Tri Subekso Sebut Semarang Punya Banyak Peninggalan Periode Hindu-Buddha
Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan (FITL) kembali menggelar diskusi ruang rabu dengan tema Se
Penulis: Adelia Prihastuti | Editor: muh radlis
Di sana ia menemui banyak para heredik, brahman (penganut hindu) dan sedikit penganut buddha.
Fakta menarik adalah hanya sedikit penganut buddha di tempat itu diduga berada di pesisir pantai utara Jawa.
“Saya menduga itu berada di pantai utara Jawa.
Bisa saja di Semarang, Kendal, Batang dan sebagainya,” lanjutnya.
Ia juga menceritakan kebiasaan unik masyarakat Jawa pada masa itu yakni pada bulan ke-5 menaiki perahu ke laut.
Sedangkan pada bulan ke-10 mereka berlibur ke pegunungan.
Mereka mempunyai kuda poni pegunungan yang dapat ditunggani dengan baik.
Kemudian menurut data Belanda ditemukan arca dua orang penunggang kuda yang di pegunungan Ungaran, Kabupaten Semarang.
“Bisa saja ini merupakan kebiasaan yang terjadi di masa itu.
Ada kuda, ada masyarakat yang menggunakannya, dan rujukan berita Cina.
Kalau kita bicara peninggalan masa hindu-buddha di Semarang sangat banyak sekali,” imbuhnya.
Ada beberapa catatan belanda yang jadi rujukan peninggalan periode hindu buddha di Semarang antara lain :
1. Temuan nekara di Randusari.
2. Temuan arca Siwa, Buddha dan dua ornamen di Jomblang.
3. Temuan fragmen candi hindu dengan ukiran berbentuk lonceng di Gereja Katedral Randusari.