Dulu Dibuang-buang karena Hanya Dianggap Makanan Ular, Kini Porang Laku Keras di Pasar Ekspor
"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Tanaman porang kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah.
Umbi porang yang diolah jadi tepung ini laku keras di pasar ekspor.
Siapa sangka, tanaman ini dulu hanya dibuang-buang saja, tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.
• Seusai Pelantikan Sekda, Ganjar Punguti Sampah Berserakan di Halaman Pendopo Kota Tegal
• Tak Terima Ahok Disindir, Yunarto Wijaya Balas Andre Rosiade: DPR Rasa Satpol PP
• Ningsih Tinampi Berurusan dengan Polisi Polda Jatim Hingga Satpol PP, Terkait Bisa Panggil Nabi?
• Bebi Silvana Istri Opick Minta Maaf Bikin Gaduh Kaitkan Virus Corona dengan Tulisan Iqra
Umbi dari porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.
Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen.
Diberitakan Harian Kompas, 17 Juni 2011, porang awalnya tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan di Madiun, Jawa Timur.
Terinspirasi sifat tumbuh dan nilai ekonominya, warga setempat membudidayakan tanaman ini di balik rimbunnya tegakan pohon di hutan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga tak perlu lagi menebang pohon di area hutan.
Di Madiun, porang banyak ditanam petani di lahan-lahan Perhutani yang dikerjasamakan.
Rupanya, peningkatan kesejahteraan petani di kawasan hutan, sampai membuat angka pencurian kayu hutan milik Perhutani menurun drastis.
Ide untuk menanam porang tak lepas dari pertimbangan ekologis.
Tumbuhan ini cocok untuk tumbuh kembang di bawah tanaman tegakan hutan.
Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.
Umbi porang laku dijual.
Saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik.