Wabah Virus Corona
Kabar Baru Virus Corona: Sebanyak 78 WNI Diisolasi di Jepang dan Sudah 811 Korban Meninggal Dunia
Korban meninggal akibat virus itu kini bahkan sudah melampaui korban yang tewas akibat wabah SARS atau infeksi saluran pernapasan akut
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Korban meninggal dunia akibat wabah virus corona baru (novel coronavirus) terus bertambah.
Korban meninggal akibat virus itu kini bahkan sudah melampaui korban yang tewas akibat wabah SARS atau infeksi saluran pernapasan akut pada tahun 2002 – 2003.
Kementerian Kesehatan China pada Minggu (9/2) pagi mengumumkan ada delapan kematian baru akibat virus corona.
Dengan demikian, jumlah pasien meninggal akibat virus itu kini menjadi 811 di China.
Pengumuman ini disampaikan beberapa jam setelah China melaporkan jumlah korban yang meninggal akibat virus novel corona ini sebesar 803.
Angka kematian itu membuat kasus virus corona kini lebih mematikan dibanding Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang pernah menyerang secara global pada 2002-2003, yakni 774 orang.
Kasus kematian dengan lonjakan terbesar terjadi di Provinsi Hubei yang menjadi tempat awal penyebaran wabah, yaitu 81 kematian.
• Mengenal Sosok Pahlawan Nasional Ruhana Kuddus: Rohana Bikin Surat Kabar Khusus Perempuan 1912
• Harga Emas Hari Ini: Harga Emas Dunia Bisa Tembus 1.600 Dollar
• Kala Chef Arnold Sebut Chef Juna Keras Kepala Setelah Amelia Gagal Tereliminasi dari MasterChef
• Hasil Survei 100 Hari Kabinet Jokowi-Maruf: Inilah Menteri Yang Paling Disukai dan Paling Dikenal
Adapun korban meninggal terbanyak tercatat di Provinsi Hubei 780 orang. Hubei merupakan provinsi di mana Wuhan – kota awal penyebaran virus corona – berada.
Di luar dataran China, telah ditemukan satu korban meninggal akibat virus ini yakni di Filipina dan Hong Kong.
Selain jumlah korban meninggal, Pemerintah China juga mengumumkan ada 2.600 kasus baru yang dilaporkan di negara tersebut.
Dengan tambahan kasus baru tersebut, jumlah penderita virus corona di negara Tirai Bambu itu melonjak menjadi 37.198 kasus.
Jumlah kasus infeksi baru pada Sabtu (8/1) kemarin sebenarnya mencatat penurunan pertama sejak 1 Februari, berkurang lagi di bawah 3.000 menjadi 2.656 kasus.
Sebanyak 2.147 kasus di antaranya berada di Provinsi Hubei.
Namun menurut profesor epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Michigan, Joseph Eisenberg, terlalu dini untuk menentukan apakah epidemik tersebut sedang mencapai puncaknya, lantaran ketidakpastian dalam jumlah kasus.