Tangis Remaja Perempuan WNI Eks ISIS di Suriah, Menangis Histeris Rindukan Suasana Damai Indonesia
Nada Fedulla, remaja asal Indonesia, hanyalah satu dari ribuan bahkan puluhan ribu anak-anak petempur ISIS dari berbagai negara
Dalam wawancara khusus dengan BBC, Nada mengisahkan awal mula dia serta seluruh keluarga diboyong ayahnya ke Suriah, demi bergabung dengan ISIS, sekian tahun lalu.
Nada harus meninggalkan sekolah dan melupakan cita-citanya menjadi dokter.
"Dulu saya bercita-cita menjadi dokter. Saya suka belajar," katanya.
Berikut petikan wawancara Nada - didampingi neneknya - dengan koresponden Timur Tengah BBC, Quentin Sommerville:
Anda dan nenek Anda telah melakukan perjalanan jauh dari rumah kalian di Indonesia. Bagaimana Anda akhirnya berakhir di sini?
Malam itu kami pergi dengan mengendarai mobil, bersama ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, serta nenek saya.
Kami membuat keputusan bahwa kami ingin keluar dari ISIS. Kami ingin pergi ke Turki untuk menyelamatkan hidup kami.
Tetapi, sebelumnya, kami berpikir tidak mungkin kami dapat langsung ke Turki.
Kita kemudian pergi dengan mobil, tapi saya tidak tahu pergi ke mana, barangkali ke Shadadi. Kami tiba dan keluar dari mobil, lalu naik bus. Lantas mereka membawa kami ke (kamp pengungsian) Al-Hol.
Kami hanya sepanjang hari di Al-Hol dan kemudian kami datang ke sini.
Katakan kepada kami, seperti apa kehidupan di wilayah yang dikuasai ISIS?
Di beberapa tempat, kami mendapatkan listrik, tetapi di beberapa tempat lainnya tidak ada listrik. Kita harus memasang generator untuk mengisi daya (charger) telepon seluler dan lampu.
Adapun air tidak begitu baik. Anda tahu seperti persediaan air di sini. Jadi kami harus membeli air untuk minum.
Apakah kondisi seperti itu terkadang membuat Anda ketakutan?