UIN Walisongo
Keren! Limbah Plastik di Semarang Disulap Jadi Bunga, Tas dan Aneka Barang Berharga
Upaya mengurangi limbah plastik di lingkungan sekitar nampaknya dilakukan serius oleh civitas akademika UIN Walisongo.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Upaya mengurangi limbah plastik di lingkungan sekitar dilakukan serius oleh civitas akademika UIN Walisongo.
Kalangan kampus itu pun menggelar festival dengan tema utama daur ulang sampah plastik.
Festival pemanfaatan limbah plastik dipusatkan di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang, Rabu (19/2/2020).
Festival ini terlaksana atas kerjasama sinergis antara LP2M UIN Walisongo, Pemkot Semarang, PKK Kota Semarang, Dharma Wanita Semarang, dan KKN MIT Kota Semarang.
Pengolahan limbah plastik digiatkan karena plastik telah menjadi masalah global.
Berdasar data PBB, pada 2015, ada 400 juta ton limbah plastik.
Pada tahun berikutnya diprediksi akan terus bertambah jika dibiarkan.
Sampah akan menjadi ancaman lingkungan hidup manusia, karena plastik tidak mudah diurai.
“Di media sosial, ada plastik bekas produk mie instan 1993 itu masih ada ada. Artinya plastik sangat sulit diurai. Kalau dibiarkan bisa menjadi ancaman keberlangsungan hidup manusia. Ini harus ada kebijakan konkret,” kata ketua panitia Dr. Akhmad Arif Junaidi.
Berdasarkan keinginan itu, UIN Walisongo mendorong agar ada pengolahan limbah plastik di masyarakat.
Salah satunya mengirim 510 mahasiswa untuk melaksanakan KKN di 34 kelurahan di Kota Semarang dengan tema utama pengolahan limbah plastik.
Rektor UIN Semarang Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag mengatakan, produksi sampah di Semarang rata-rata mencapai 900 ton per hari.
Jika dirinci, rata-rata tiap warga Semarang membuang sampah 1/2 kg per-hari.
Tempat pembuangan akhir di Jatibarang hanya bisa tampung 60 persen.
Rektor mengajak agar pengolahan sampah dilakukan dengan etos yang baik.