Berita Semarang
Kisah Imigran di Wisma Husada Semarang : Di Afghanistan Anak Kecil Diculik Harus Ikut Perang
Tak banyak, namun hampir semua anak antusias mengikuti pelajaran Wisma Husada, Semarang Barat, Kota Semarang.
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tak banyak, namun hampir semua anak antusias mengikuti pelajaran Wisma Husada, Semarang Barat, Kota Semarang.
Satu di antaranya adalah Maryam, anak berusia 10 tahun.
Maryam adalah seorang anak dari pengungsi imigran asal Afganistan yang kini tinggal di Wisma Husada Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang.
• BREAKING NEWS: Kecelakaan di Tol Jatingaleh Semarang, Truk Tangki Solar Hangus Terbakar
• Cerita Jemaah Asal Indonesia Berhasil Umroh, Tapi Tak Ada Jaminan Boleh ke Madinah
• Polisi Amankan Bra Hitam, Celana Dalam hingga Uang dalam Penggerebekan Prostitusi Online di Sunter
• Sadisnya Cara Ayah Kandung Paksa Mayat Putrinya Masuk Gorong-gorong dan Dibonceng Motor Dulu
Ya, maryam bersama kedua orangtuanya kini tinggal di Wisma setelah dipindahkan dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Semarang sejak dua tahun lalu.
Maryam bersama sekira sembilan anak lainnya selalu antusias mengikuti les yang diberikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Terutama saat les matematika.
Maryam dengan sembilan rekan lainnya terlihat bergegas memasuki gedung sambil menenteng buku serta sebuah kursi lipat.
Tak butuh lama bagi mereka untuk menata kursinya berjejer di depan papan tulis.
Gedung les tersebut berada di dalam wisma, tepatnya di aula Wisma Husada.
Pembelajaran dimulai selepas salat magrib.
Maryam yang kini berada di bangku SD kelas 5 itu sangat menyukai hitung-menghitung.
Tiap Senin sampai Kamis, Maryam sering diajar oleh seorang guru yang biasa disebut para anak pengungsi lainnya sebagai Teacher Tiara.
"Kalau pagi sekolah, malamnya baru belajar di sini.
Enak banget kalau diajari sama Teacher Tiara.
Saya jadi gampang ngerjain matematika," kata Maryam yang sudah fasih berbahasa Indonesia kepada Tribun Jateng.
Bagi Maryam, tinggal di sebuah tempat penampungan bersama para pengungsi dari berbagai negara, bukanlah perkara gampang.
Dia bersama anak-anak lainnya dari berbagai latar negara dan suku harus membaur.
Untuk mempermudah komunikasi, Maryam pun sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia dengan anak dari negara lainnya.
"Sekalian biar cepat berbaur juga dengan penduduk sekitar.
Saya bersyukur, tinggal di sini (Indonesia), orang-orangnya baik kepada saya," ceritanya.
Beragam kegiatan dan acara memang menghibur bagi Maryam dan lainnya.
Bahkan, bisa menjadi obat untuk melupakan kenangan masa lalu di negaranya.
Beberapa anak masih trauma.
Mereka menyatakan tak mau balik ke negaranya
Seperti dirasakan oleh teman Maryam yakni Alisyah.
Seperti Maryam, Alisyah berasal dari Afghanistan.
Alisyah secara terang-terangan tak mau lagi pulang ke negara asalnya.
Selain keamanan yang kacau, Ali juga terbayang mengenai tragedi pembunuhan di jalanan.
Seingatnya, banyak anak-anak seusianya yang diculik.
Mereka pun dipaksa ikut berperang.
Itulah sepintas masa lalu yang berusaha diceritakan Ali.
"Di Afghanistan, anak kecil seperti saya diculik.
Harus ikut perang.
Saya gak mau balik ke sana.
Orangnya kejam.
Enakan di Indonesia, orangnya baik-baik.
Juga ramah-ramah," kata bocah tambun berusia 11 tahun tersebut.
Sementara, Teacer Tiara, sehabis mengajar berkesempatan memberikan pengalamannya selama mengajar les di sini.
Dara muda berusia 23 tahun ini menuturkan, selain matematika, dirinya pun mengajar Bahasa Inggris dan Indonesia.
"Les ini khusus bagi anak-anak yang tinggal di sini.
Sudah berjalan sejak beberapa tahun terakhir.
Jangan salah, mereka juga punya mimpi.
Seperti Maryam, dia ingin jadi dokter," Tiara tersenyum lebar.
Dia mengatakan, les yang diadakan di Wisma Husada jadi kegiatan rutin dari PKBI Kota Semarang.
Les ini dilakukan untuk menyiapkan anak-anak pengungsi masuk ke sekolah.
"Ini nama programnya migran care.
Biar mereka gak ketinggalan pelajaran di sekolah.
Rata-rata, mereka sekolah di swasta.
Dibayari juga oleh NGO asing," pungkas Tiara. (Tribunjateng/gum).
• Ini Strategi Ganjar Pranowo Hadapi Wabah Virus Corona Agar Tak Berdampak pada Ekonomi di Jateng
• JF Tiago Sesumbar Manado Jadi Tanah Kemenangan Persipura Jayapura atas PSIS Semarang
• Bupati Purbalingga Lihat Jamaah Umroh Asal Indonesia Langsung Dipulangkan saat Sampai di Jeddah
• Di Hari Jadi ke-449 Kabupaten Banyumas, Bupati Achmad Husein Gelar Sayembara Cari Calon Mantu