Tragedi Susur Sungai
PGRI Jateng Protes Aksi Penggundulan Tiga Guru SMPN Turi Sleman
PGRI menyoroti proses hukum yang dijalani guru SMP N 1 Turi Sleman terkait peristiwa susur sungai yang menelan korban jiwa 10 siswa.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyoroti proses hukum yang dijalani oleh guru SMP N 1 Turi Sleman terkait peristiwa susur sungai yang menelan korban jiwa 10 siswa.
Mereka menilai aksi penggundulan yang dilakukan kepolisian terhadap tiga guru yang kini berstatus tersangka itu berlebihan dan melukai hati nurani guru.
"Kami sudah melakukan protes terhadap kepolisian. Guru itu bukan penjahat, mereka lalai, pelanggaran," kata Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi dalam konferensi kerja PGRI Jawa Tengah Tahun Pertama masa bakti XXII di kampus IV Upgris, Jalan Gajah Raya Semarang, Jumat (28/2/2020) lalu.
Dalam acara tersebut, para peserta yang merupakan perwakilan dari pengurus PGRI seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mengenakan pita hitam di lengan kanan sebagai bentuk solidaritas.
• BREAKING NEWS: Kecelakaan di Tol Jatingaleh Semarang, Truk Tangki Solar Hangus Terbakar
• Persipura Telah Persiapkan Tim Selama 35 Hari Jelang Hadapi PSIS Semarang
• Polisi Amankan Bra Hitam, Celana Dalam hingga Uang dalam Penggerebekan Prostitusi Online di Sunter
• Tepat Adzan Subuh, Maling HP di Semarang Beraksi, Wajah Pencuri Berjaket Biru Terekam CCTV
Unifah Rosyidi menjelaskan, penggundulan tersebut bukan keinginan sendiri.
Namun pada saat itu ketiganya tidak memiliki nilai tawar atau kekuatan untuk menolak dan hanya bisa pasrah menerima perlakuan apapun.
Sementara itu, Ketua PGRI Jateng, Muhdi menambahkan, peristiwa apapun yang hadir di kehidupan adalah skenario mutlak dari Allah, Tuhan Yang Maha Berkehendak.
Menurutnya, kejadian susur sungai SMP 1 Turi memang membuat hati tersentak dan bersedih.
"Tapi Tuhan, Sang Sutradara Tunggal sudah menetapkan dengan Kun Fayakun yang tak ada satupun kekuatan yang bisa menahannya. Tuhan punya perhitungan khusus di luar jangkauan teori dan logika manusia," imbuhnya.
Muhdi juga menyampaikan rasa duka cita yang mendalam bagi para siswa yang menjadi korban dan para orang tua siswa.
Menurutnya, peristiwa ini bisa menjadi pelajaran terhadap para pejuang pendidikan di garda terdepan untuk selalu bekerja dengan berani tapi dengab perhitungan yang cukup.
Ia meyakini tak ada satu niat dan kesengajaan dari guru siapapun orangnya.
Kejadian itu semata-mata kecelakaan dalam menjalankan tugas negara mendidik anak bangsa.
Bagi dia, ada yang patut disesalkan pascaperistiwa tersebut.
Dia menuturkan, PGRI pada dasarnya menghormati proses hukum yang sedang berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tetapi tiba-tiba dikejutkan dengan tindakan tidak proporsional dari oknum aparat penegak hukum sehingga menjadi viral karena ada tindakan penggundulan yang tidak manusiawi itu, sehingga menjadi gelombang protes dari anggota PGRI bergema ke seantero negeri.
"Pengurus dari tingkat ranting sampai pusat cukup repot menahan solidaritas cerdas dari para anggota. Namun sebagai organisasi besar dan dewasa, PGRI tetap menahan diri dan mantap pekikkan salam satu komando, " tuturnya.
Muhdi menambahkan akan terus mengawal proses hukum dari kasus tersebut. Dia berharap ketiganya dibebaskan dari segala tuntutan pidana.
"Kepada ketiga pembina pramuka SMP Negeri 1 Turi Sleman yakinlah, kami akan selalu ada bersama kalian. Kata solidaritas yang selama ini selalu kita teriakkan, sedang diuji, apakah masih bertaji.
Semoga sahabat bertiga dilimpahkan kekuataan, kesehatan, dan kesabaran dalam menjalani proses ini serta mendapat keputusan yang seadil-adilnya, tentu harapan kami yaitu dibebaskan dari segala tuntutan pidana," pungkasnya. (kan)
• FAKTA BARU : Siswa SMPN 1 Turi Ini Ungkap Rapat Online Jelang Susur Sungai Maut di Sempor
• Isfan Tersangka Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi Buka Suara Soal Penggundulan Kepala Mereka
• 3 Pembina Jadi Tersangka Tragedi Susur Sungai Siswa SMPN 1 Turi, Ini Langkah Ketum PB PGRI