Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Asal Usul

Asal Usul Nama Kelurahan Randugunting Tegal, Abdi Amangkurat II dan Pengikut Tumenggung Martoloyo

Asal usul penamaan Kelurahan Randugunting di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal

Asal usul penamaan Kelurahan Randugunting di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal

TRIBUNJATENG.COM,TEGAL - Suatu daerah atau tempat terkadang memiliki cerita menarik di balik penamaannya.

Tak ubahnya Kelurahan Randugunting di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah.

Kelurahan yang terkenal sebagai sentral kuliner kupat glabed ini memiliki cerita yang cukup menarik menyangkut toponimi atau asal-usul penamaannya.

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Ceri Meninggal Kecelakaan Beruntun Mobil Honda Jazz Vs 2 Motor

Kisah Sedih Bayi Tsamara di Sragen, Jarinya Terancam Diamputasi Setelah Digigit Kutu Kucing

Usai Kaus Gubernur Garis Lucu Jadi Sorotan, Kini Ganjar Kenakan Kaus Cawetku Cawetmu Cawet Kita

Ratna Ibunda APA Bocah Dibunuh Siswi SMP Mayat Disimpan di Lemari : di Hati Saya Tidak Ada Apa-apa

Berdasarkan cerita masyarakat dari mulut ke mulut atau gethok tular, ada pohon randu (Ceiba pentandra) besar yang berbentuk menyerupai gunting di sebuah makam di kelurahan ini.

Dalam kisah lain, Randugunting adalah nama sosok pengikut setia Sunan Amangkurat II atau Adipati Anom, putra Amangkurat I raja Mataram.

Konon pemakaman yang ditumbuhi pohon randu berbentuk gunting itu adalah makam dari Mbah Randu Gunting.

Seorang warga setempat, Rianto (43) mengatakan cerita rakyat yang berkembang nama Kelurahan Randugunting berasal dari pohon yang memiliki dua batang tumbuh ke atas seperti gunting.

Pohon itu berjenis randu dengan perkiraan tinggi sekira 5 meter.

Menurut Rianto, pohon itu saat ini sudah tidak ada.

Namum bekas tebangannya masih dapat dilihat di belakang SDN Randugunting 1.

Ia pun pernah mendengar cerita tentang Mbah Randu Gunting tapi banyak warga tidak mengetahui siapa sosoknya.

“Pohon randu itu ada di belakang SDN Randugunting 1. Dulu lahan SD itu juga pemakaman tapi sudah dialihfungsikan menjadi sekolah,” kata Rianto kepada Tribunjateng.com, Minggu (23/2/2020).

Warga lain, Herlambang (39), mengatakan, letak pohon randu berada di pemakaman Mbah Randugunting.

Namun dia tidak mengetahui nama asli dari Mbah Randugunting.

Seingatnya, pohon randu di belakang SDN Randugunting 1 ditebang pada Setember atau Oktober 2019.

Pohon randu tersebut berukuran besar dengan dua batang yang tumbuh ke atas.

Saking lebatnya, ranting pohon randu itu menyentuh tanah dan menjadi akar.

Dulu sebelum ditebang, banyak orang yang sengaja datang melakukan ziarah.

“Terkenalnya memang ada sosok Mbah Randugunting.

Kadang orang ke sini untuk melakukan spiritual.

Malah akhir 2018 saya ngantar orang untuk sowan,” kata Herlambang yang sehari-sehari bekerja sebagai penjaga SDN Randugunting 1.

Awal bekerja sebagai penjaga SDN I Randugunting pada 2016, banyak warga bercerita kepadanya mengenai sosok Mbah Randugunting.

Cerita mereka, saat jalan menuju makam masih gelap, sering tampak sesosok orang memakai jubah putih.

Namun ada juga cerita yang melihat sosok seram berbentuk tinggi, besar, dan hitam.

Herlambang sendiri mengaku pernah ditemui Mbah Randugunting dalam mimpi saat pohon randu akan diitebang.

Menurutnya, sosok Mbah Randugunting memakai baju putih dan memakai ikat kepala seperti Pangeran Diponegoro.

Kemudian membawa tongkat yang atasnya agak melengkung.

“Persis sebelum ditebang, saya mimpi.

Beliau keluar dari situ.

Pesannya, nitip tempat ini. Jangan sampai kotor dan jangan sampai ada yang berbuat tidak- tidak,” ungkapnya.

Sementara arsip sejarah yang dibacakan Lurah Randugunting Duryani menyebutkan sosok Mbah Randugunting memang betul adanya.

Mbah Randugunting adalah prajurit dan pengikut Amangkurat II atau Adipati Anom, putra Amangkurat I.

Duryani menjelaskan, nama Randugunting berasal dari nama pohon randu yang batangnya bercabang menyerupai gunting terbuka yang ditemukan oleh seorang prajurit pengikut setia Amangkurat I.

Setelah Amangkurat I wafat, prajurit tersebut melanjutkan pengabdiannya kepada Amangkurat II dan Tumenggung Martoloyo bupati Tegal.

“Tapi nama asli Mbah Randugunting sampai saat ini belum diketahui.

Beliau dinamai dengan pohon randu berbentuk gunting terbuka yang ia temui saat bertugas.

Berkat penemuannya itu, beliau makin terkenal kemudian menjadi nama Ki Gede Randugunting atau Mbah Randugunting,” ungkapnya.

Atas rekomendasi Tumenggung Martoloyo, Mbah Randugunting dinobatkan Sunan Amangkurat II sebagai Lurah Dalem Kabupaten Tegal pada 1677.

Ia ditugaskan Tumenggung Martoloyo untuk mengampu wilayah Randugunting yang dahulu mencakup luas Kelurahan Kemandungan, Pekauman, Kraton, dan Tegalsari.

Kemudian dalam catatan sejarah, menurut Duryani, Mbah Randugunting wafat padai usia 90 tahun.

Dia dimakamkan di Makam Kemuning yang saat ini berada di belakang SDN I Randugunting.

“Sosok Mbah Randugunting sangat berpengaruh.

Beliau cakap dan mampu mengatasi masalah- masalah sosial masyarakat.

Bahkan kepeduliannya saat itu diceritakan dengan wujud mengadakan perbaikan dan penyempurnaan sistem pengairan.

Juga membuka lahan- lahan baru secara gotong royong,” jelasnya. (fajar bachruddin achmad)

Pernyataan SY Berbelit-belit, Akhirnya Polisi Tetapkan Tersangka Pembunuh Siswi MTs, Mayat Diperkosa

Taksi Terbang Frogs 282 Karya Orang Jogja Berhasil Terbang Perdana, Mampu Angkut 2 Penumpang

Sudah Live Instagram, Tak Ada Lawan Tawuran, Geng Dua Kampung Semarang Bacok Pemuda Lagi Nongkrong

BREAKING NEWS: Puting Beliung Terjang 5 Rumah dan SPBU Ngampin di Ambarawa Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved