Berita Korea Utara
Kim Il-soon: Anak Lihat Potongan Lengan hingga Mayat Tahanan Politik Dijadikan Pupuk Tanah Gersang
Kabar terkini, Korea Utara diduga telah menggunakan tubuh tahanan politik sebagai pupuk untuk menanam tanaman bagi penjaga fasilitas kamp
TRIBUNJATENG.COM, KOREA UTARA -- Cerita tentang Korea Utara seakan tidak akan pernah selesai dan menjadi perhatian dunia.
Kabar terkini, Korea Utara diduga telah menggunakan tubuh tahanan politik sebagai pupuk untuk menanam tanaman bagi penjaga fasilitas kamp, kata seorang mantan tahanan politik.
Mantan tahanan itu, yang menggunakan nama samaran Kim Il-soon, mengungkapkan praktik mengerikan tersebut.
Setelah dirinya selamat dari neraka kamp konsentrasi Kaechon, yang terletak di utara Pyongyang, Korea Utara.
Para penjaga kamp menganggap metode itu telah berhasil dan menyarankannya diluncurkan di tanah pegunungan yang sulit untuk ditanami di sekitar kamp, kata Il-soon.
• Heboh! Penemuan Mayat Kakek Tergeletak di Pos RW
• Aurelia Margaretha, Mahasiswi Mabuk Soju Tabrak Pejalan Kaki hingga Tewas & Jambak Istri Korban
• Hindari Pemeriksaan, Banyak Pemudik Turun di Pinggir Jalan, Bupati Sragen Surati PO Bus
• Kisah Perjalanan Bob Hasan: Raja Kayu Anak Juragan Tembakau Kedu
Kesaksian Il-soon datang pada saat Korea Utara tengah menghadapi kecaman internasional, setelah meningkatkan tes misilnya di tengah pandemi Virus Corona atau Covid-19.
Kim Il-soon berkata: "Tanahnya sangat subur, dan pertaniannya berhasil di sana karena tubuh manusia yang terkubur berfungsi sebagai pupuk alami.
'Beberapa penjaga mengatakan bahwa mereka harus mengubur mayat secara merata di seluruh tanah sehingga akan membuahi seluruh area."
Kil Il-soon menambahkan, "Mereka mengubur orang-orang di pegunungan.
Suatu kali, seorang anak sedang kencing di pegunungan dan melihat lengan mencuat dari dalam tanah karena mereka lupa untuk menutupinya dengan benar."
Nona Kim Il-soon membuat pengungkapan mengejutkan kepada Komite Hak Asasi Manusia di Korea Utara (HRNK) setelah dia melarikan diri ke Seoul, Korea Selatan.
Dengan mem-backup buktinya, panitia mencatat bahwa mereka tidak memiliki kesaksian
yang menyebutkan krematori di kamp, juga tidak dapat melihat fasilitas seperti itu dalam citra satelit.
Greg Scarlatoiu, direktur eksekutif HRNK, mengatakan kesaksian baru itu berfungsi untuk mengingatkan kita bahwa, bahkan di tengah pandemi, tidak ada kelonggaran dari kejahatan rezim Kim.
"Ini adalah rezim yang telah melestarikan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan kekejaman yang tak terbayangkan terhadap rakyat Korea Utara," katanya.
"Saat dunia sedang berjuang untuk mengatasi krisis COVID-19, rezim Kim Jong-un terus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan brutal dan mengorbankan rakyatnya sendiri," tambah Greg Scarlatoiu.
Dalam laporannya yang baru di kamp, HNRK menggambarkan bagaimana tahanan yang sudah mati dibaringkan di lubang yang dangkal, digali dengan terburu-buru dan hanya ditutupi dengan lapisan tanah yang tipis.
Namun, jika terlalu banyak yang mati, para tahanan yang masih hidup 'menggali lubang sebesar rumah' untuk kuburan massal, kata nona Kim saat bersaksi.
Sayuran yang ditanam, tambahnya, diberikan kepada para penjaga kamp dan keluarga mereka, dan termasuk kubis, lobak, dan bayam.
Kamp konsentrasi Kaechon, juga dikenal sebagai kamp pendidikan ulang nomor satu, berdiri sekitar 50 mil di utara Pyongyang, dan diperkirakan menahan antara 2.000 dan 6.000 tahanan.
Meskipun kondisi brutal di dalam temboknya, kamp itu sebenarnya adalah salah satu tempat di mana orang-orang dikirim untuk kejahatan yang kurang serius.
Seorang mantan tahanan, Lee Soon-ok, mengatakan kepada komite pemerintah AS pada tahun 2002 bahwa tahanan menghadapi 18 jam hari kerja, berbagi satu toilet antara 300 orang, dan memakan tikus mentah untuk makanan.
Pejabat Terinfeksi Corona Ditembak
Karena diduga terinfeksi virus corona, seorang pejabat Korea Utara (Korut) yang sedang menjalani karantina dieksekusi tembak mati.
Pejabat korea ditembak mati karena yang bersangkutan dikabarkan pergi ke pemandian umum.
Pejabat bidang perdagangan itu ketahuan dan ditangkap.
Dia dieksekusi di lokasi pemandian oleh otoritas negara komunis tersebut.
Si pejabat yang tidak disebutkan identitasnya itu langsung dikarantina setelah kembali dari perjalanan di China, dilansir Donga via Daily Mirror Kamis (13/2/2020).
Begitu petugas pemerintahan Korea Utara itu ketahuan pergi ke pemandian umum, dia segera diseret dan ditembak mati.
Sedangkan pejabat lain yang bekerja di Badan Keamanan Nasional Korea Utara diturunkan jabatannya di pertanian karena diam-diam melakukan perjalanan ke China.
Pemerintah Korea Utara telah mengklaim tidak ada kasus virus corona dalam perbatasannya namun hal ini masih belum diverifikasi secara independen.
Klaim itu disambut skeptis oleh mereka yang berada di luar negeri. Khususnya yang berbagi perbatasan dengan China dan memiliki puluhan ribu kasus terkonfirmasi.
Bir Mandal dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkapkan, "Pihak berwenang Korea Utara mengatakan kepada FAO bahwa tidak ada kasus virus corona baru tapi kami curiga terhadap klaim tersebut."
Sebab, beberapa outlet media di Pyongyang telah mengakui adanya beberapa warga yang dikarantina.
JoongAng Ilbo, sebuah outlet berita di wilayah tersebut membantah klaim bahwa tidak ada kasus yang terkonfirmasi.
Sebuah sumber mengatakan kepada surat kabar lokal tersebut bahwa ada warga Pyongyang yang baru kembali dari China dan mengidap virus corona.
Meski begitu, pemerintah otoriter Korea Utara telah melakukan serangkaian langkah pencegahan.
Dia telah menutup perbatasannya dengan China dan melarang masuknya semua turis asing.
Selain itu, pemerintah negara yang dipimpin Kim Jong Un tersebut juga memblokir lalu lintas internasional.
Mereka juga melaporkan telah melakukan tes untuk semua orang yang memasuki ibukota Pyongyang melalui jalan darat dan siapa saja yang hendak bepergian ke luar negeri.(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul BREAKING NEWS: Tubuh Manusia Tahanan Politik Korea Utara Dijadikan Pupuk di Tanah Gersang