Virus Corona Jateng
80% Karyawan Bekerja di Rumah karena Virus Corona, Produksi Sarung Pohon Kurma Justru Naik 20%
Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang tengah melanda Indonesia, perusahaan sarung PT Asaputex Jaya di Tegal justru memanfaatkan kelebihan
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang tengah melanda Indonesia, perusahaan sarung PT Asaputex Jaya di Tegal justru memanfaatkan kelebihan dari kebijakan work form home (WFH) atau bekerja dari rumah.
Perusahaan dengan merek Sarung Pohon Kurma tersebut, mengaku mengalami kenaikan produksi hingga 20 persen.
Selain itu, ada penambahan jumlah karyawan sebanyak 20 persen.
• Wakil Dirut PLN: Mulai Hari Ini Token Listrik Gratis dan Diskon 50 % Sudah Bisa Diakses, Ini Caranya
• Mulai Besok Jalan di Kota Semarang yang Ditutup Bakal Ditambah Lagi, Ini Titiknya
• Artis Dangdut Ini Membuat Warga Berdesakan di Zona Merah Covid-19, Polisi: Kami Sudah Berusaha
• Ramai Video Ganjar Pranowo Dicegat Tim Relawan Tanggap Corona, Ini yang Sebenarnya Terjadi
Pemilik PT Asaputex Jaya, Jamaludin Al Katiri mengatakan, peningkatan jumlah karyawan dan produksi sebanyak 20 persen itu dampak positif dari para karyawan yang bekerja di rumah.
Ia mengatakan, saat awal Maret di Indonesia ada yang positif virus corona, pihaknya langsung memberlakukan karyawan kerja di rumah.
Menurut Jamal, 80 persen karyawannya kerja di rumah, sisanya 20 persen kerja di pabrik.
Dari perusahaan mengantarkan alat tenun bukan mesin (ATBM) langsung ke rumah karyawan.
Kemudian dari perusahaan juga menjemput produk dari para karyawannya.
"Umpamnya di sini ada 1800 karyawan.
Di sini hanya ada 400 orang karyawan saja, sisanya bekerja di rumah.
Ini justru meningkatkan jumlah produksi para karyawan," kata Jamal kepada tribunjateng.com, Sabtu (4/4/2020).
Jamal mengaku prihatin, dengan beberapa perusahaan sarung yang mulai tutup.
Meski kondisinya sedang sulit karena Covid-19, ia berharap semua pengusaha sarung tetap optimis.
Jamal sendiri mengalami kesulitan dalam pengiriman barang.
Baik pengiriman barang ke dalam negeri maupun ekspor.
Padahal permintaan sarung Tegal untuk ekspor masih kuat, terutama untuk sarung goyor.
Seperti pengiriman ke Afrika, Timur Tengah, dan Myanmar.
Namun dari yang biasanya pengiriman ke Afrika ditempuh 30 hari, kini bisa memakan waktu 60 hari.
Sementara dalam negeri, menurut Jamal, ada penundaan pemesanan.
Sehari biasanya mengirim 500 sampai 700 kodi, kini hanya 50 sampai 100 kodi.
"Dalam negeri, ada penurunan pengiriman bukan penurunan permintaan.
Semua pending banyak sekali.
Pengiriman kapal antar pulau biasanya tiap hari, sekarang hanya seminggu sekali," jelasnya. (fba)
• Stok Darah Menipis karena Virus Corona, PMI Demak Siapkan Souvenir Menarik untuk Pendonor
• Saat yang Lain Diam di Rumah karena Virus Corona, Sekelompok Pemuda di Kebumen Ini Asik Main Merpati
• Tim Universitas Ngudi Waluyo Buat Hand Sanitizer Berstandar WHO, Bagikan Gratis ke Masyarakat
• Khoirunnafiyah dan 30an Alumni BLK Kendal Rela Tak Dibayar Demi Bantu Jahit APD untuk Tenaga Medis