Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Antara Kemanusiaan dan Protokol

Kamu jangan meninggal dulu saat-saat seperti ini, nanti malah dikira kena corona, tidak boleh disembahyangi, tidak boleh dimakamkan oleh keluarga

Penulis: arief novianto | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
ARIEF NOVIANTO Wartawan Tribun Jateng 

Oleh Arief Novianto
Wartawan Tribun Jateng

"Kowe ojo mati sik wayah-wayah ngene, mengko malah dikiro keno corona, ora entuk disembahyangi, ora entuk dikuburke keluargane, repot

(Kamu jangan meninggal dulu saat-saat seperti ini, nanti malah dikira kena corona, tidak boleh disembahyangi, tidak boleh dimakamkan oleh keluarga, repot-Red)," ujar satu tetangga saya, dalam diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.

Yah, hal itu diungkapkan tetangga saya menanggapi wabah virus corona yang tak kunjung tertangani, dan terus menggegerkan dunia, termasuk Indonesia, dengan jumlah penderita yang makin meningkat, bahkan angka kematiannya juga makin bertambah.

Di Indonesia, Gugus Tugas Pecepatan Penanganan Covid-19 pada Selasa (7/4) mencatat penambahan kasus positif baru sebanyak 247 pasien dalam 24 jam terakhir.

Dengan penambahan itu, total jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air hingga sore kemarin telah mencapai 2.738 pasien, dengan jumlah 221 jiwa meninggal dunia, atau ada tambahan 12 kematian baru dalam sehari terakhir.

Berdasarkan data Worldometers, sampai Selasa (7/4) sore kemarin tercatat jumlah total kasus positif corona di seluruh dunia telah menyentuh angka 1,35 juta pasien, dan telah menelan korban sebanyak 75.299 jiwa.

Angka kematian pasien covid-19 di seluruh dunia itu bertambah 5.700 orang dalam waktu satu hari.

Angka yang terus bertambah setiap hari itupun telah menebarkan ketakutan cukup dasyat, terlebih dengan informasi mudahnya penularan virus itu antara sesama manusia.

Celakanya, ketakutan itupun cenderung membuat sejumlah kalangan menjadi kalap, dengan timbulnya kecurigaan dan kekhawatiran berlebihan, bahkan di level-level tertentu sampai mengabaikan sisi kemanusiaan, dengan embel-embel 'takut tertular'.

Banyak kasus sudah terjadi dan viral di media sosial, seperti baru-baru ini seorang pengidap epilepsi berumur 50 tahun di Kendal tiba-tiba terjatuh dari sepeda motor, dan tidak ada seorang pun yang menolong, hingga tiba petugas medis.

Ada juga seorang pemuda di Magetan, Jawa Timur tiba-tiba terjatuh dari sepeda motor dan tergeletak tak bergerak di pinggir sawah. Warga mengira ia terkena virus corona, tetapi ternyata ia sedang patah hati.

Masih banyak lagi kasus serupa di Tanah Air, bahkan di tahap lain, beberapa pasien meninggal dengan riwayat medis tertentu pun harus dimakamkan dengan protokol penanganan virus corona, yang tentunya juga menyebabkan kekhawatiran tersendiri, seperti diungkapkan tetangga saya.

Tak hanya itu, di level yang berbeda, jamak terjadi penolakan pemakaman jenazah pasien corona oleh warga, seperti terjadi di Banyumas, Lampung, dan terakhir kemarin terjadi di Kudus.

Rasanya, edukasi mengenai penyebaran, penanganan, dan pencegahan virus yang bermula dari Wuhan, China itu sangat perlu untuk terus disosialisasikan secara masif hingga betul-betul dipahami semua kalangan masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved