Opini
OPINI Antoni M Laot Kian : Membumikan Hati pada Kuliah Daring
Dunia sedang berubah. Peradaban manusia sedang diuji. Yuval Noah Harari, filsuf dan Guru Besar Sejarah di Universitas Hebrew, dalam Homo Deus (2015)
Dedikasih adalah sebentuk pengabdian dengan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia. Dedikasih memberikan kesadaran bahwa kuliah daring mendekatkan jarak fisik,menyatukan ruang-ruang individu ke dalam satu forum sosial, mendengarkan yang tak terdengar (karena mahasiswa bahkan lebih berani berdebat secara daring), merasakan yang tak terungkapkan (karena mahasiswa lebih berani bertanya secara daring), dan mampu menciptakan kepedulian manusia (karena mahasiswa akhirnya peduli pada tujuan hidupnya).
Tak ada satu sistem yang sempurna, namun kesempurnaan sistem justru ada dalam passion yang sempurna dari dosen. Dedikasih hanya bisa dilakukan bila dosen kembali pada hakikatnya sebagai pengajar, peneliti, dan pengabdi masyarakatdengan hati.
Hati, sebagaimana kata Blaise Pascal, Matematikawan dan Filsuf asal Prancis, memiliki alasan-alasan yang tidak dimengerti akal, “le coeur a ses raison ne connait point”. Kemampuan rasio manusia dalam teknologi, harus dilengkapi dengan hati yang mengabdi, karena manusia adalah wajah sesungguhnya dari teknologi itu. Bukankah untuk itu dosen pun disebut pahlawan tanpa tanda jasa? (*)