Mitiara Ramadhan
Marhaban ya Ramadan 1441 H, Selamat Datang Ramadan 1441 H
Nama-nama bulan dalam Islam menunjukkan makna yang ada dalam bulan tersebut, yang dialami oleh orang Islam, seperti Syawal
Oleh M. Muhtar Arifin Sholeh
Anggota Majlis Pustaka dan Informasi PW Muh. Jateng
Nama-nama bulan dalam Islam menunjukkan makna yang ada dalam bulan tersebut, yang dialami oleh orang Islam, seperti Syawal – meningkat (ketika spiritualitas orang Islam meningkat setelah dilatih Allah pada bulan Ramadan, Dzul-Qaidah (bulan saat orang Islam duduk-duduk – qa’ada, tidak berperang), Dzul-Hijjah - berhaji (bulan saat orang Islam berhaji). Sementara kata Ramadan, berasal dari kata ar-Ramdu, yang artinya "kegoncangan karena cuaca sangat panas” atau “membakar”.
Ramadan bermakna “membakar” karena cuaca saat Nabi SAW dan para sahabat berpuasa sangat panas. Ramadan dimaknai “kegoncangan” karena di tubuh mengalami kegoncangan dengan lapar, haus, dan karena ada perubahan drastis yang bagi seseorang bisa tergoncang, seperti harus bangun dini hari (yang jarang dilakukan), salat malam dengan banyak dilakukan (yang biasanya juga tidak dilakukan), mengaji (tadarus Quran) dengan banyak, dsb. Ramadan tahun 1441 H ini juga dirasakan goncangan hidup karena Covid-19.
U n i v e r s a l
Orang Indonesia menggunakan kata berpuasa, orang Inggris menggunakan to fast, sedang orang Jawa menggunakan kata poso. Kata tersebut dalam bahasa alquran (Arab) disebut shaum. Secara etimologis, kata shaum berasal dari kata shooma-yashuumu yang berarti menahan diri dari sesuatu.
Secara terminologis puasa berarti menahan diri dari makan, minum, merokok, hubungan seksual, dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik mulai terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari.
Puasa pada bulan Ramadan hukumnya wajib bagi orang-orang yang beriman. Firman Allah SWT., "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Q.S. al-Baqarah 2:183).
Secara etimologis, kata shaum berasal dari kata shooma-yashuumuyang berarti menahan diri dari sesuatu. Secara terminologis puasa berarti menahan diri dari makan, minum, merokok, hubungan seksual, dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik mulai terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari.
Puasa telah dilaksanakan sejak lama sebelum Nabi Muhammad menerima wahyu puasa. Dalam sejarah agama-agama besar puasa sudah tidak asing lagi. Ia merupakan universal institution, suatu lembaga yang umum. Hal itu karena memang Tuhan telah pernah mewajibkan puasa kepada ummat-ummat terdahulu di mana kepadanya diutus para Rasul. Puasa telah diwajibkan pada jaman Nabi Musa, Daud, maupun Isa. Bible sendiri banyak menyebut tentang puasa. Dalam Perjanjian Lama, puasa dapat ditemukan di Kitab Yesaya 58:3-6 dan Danial 10:2. Dalam perjanjian baru puasa terdapat dalam Matius 6:16-17 ; 9:14-17 , Lukas 5:33-38, dan Markus 2:18-22 (Nasruddin Razak, "Dienul Islam", 1981:200-202).
Universalitas puasa bisa dimengerti karena esensi dari puasa itu sendiri bukannya "mengerjakan" melainkan "menahan diri", yaitu menahan diri dari kebathilan atau nafsu yang menyesatkan, mencegah sifat hewani yang merusak. Waktu dan cara mengerjakan puasa berbeda-beda antara satu ummat dengan ummat yang lain.
Lapar dan haus yang dirasakan oleh orang yang berpuasa merupakan suatu fenomena universal kemanusiaan; Artinya, setiap manusia di mana saja pasti mempunyai rasa lapar dan haus. Lapar dan haus tidak memandang agama, suku, bangsa, bahasa, warna kulit, status social, kekayaan, dan kewarganegaraan. Hal ini berarti bahwa orang yang berpuasa berusaha menyatukan dirinya dengan kesatuan kemanusiaan (unity of mankind) tanpa pandang bulu.
Alquran menyatakan bahwa orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa, bukan orang yang kaya harta, bukan orang yang berstatus sosial tinggi. Nabi Muhammad saw. Menegaskan bahwa Allah tidak melihat tubuh phisik dan rupa tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatan.
Fungsi Ramadan
Dengan mengetahui fungsi Ramadan, kita dapat menemukan nilai dan keistimewaan puasa yang sangat berharga untuk pembangunan. Dalam fungsinya sebagai syahrus-salaam (bulan keselamatan), Ramadan memancarkan nilai-nilai edukatif yang dapat menciptakan keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian ummat manusia. Keadaan ummat manusia yang demikian itu yang menjadi tujuan pembangunan nasional.