Virus Corona Jateng
Dampak Virus Corona, Permintaan Kerupuk Rambak di Pegandon Kendal Turun hingga 60 Persen
Terkena wabah pandemi covid-19, produsen kerupuk rambak kerbau atau sapi di Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal terancam merugi, terlebih
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: muh radlis
"Yah bagaimana lagi tetap harus produksi disesuaikan permintaan saja biar tidak mandek (berhenti)," terangnya.
Dijelaskan Samsudin, pembuatan kerupuk rambak sendiri memerlukan waktu 10-15 hari.
Dalam prosesnya, pihaknya mengandalkan panas matahari untuk menjemur kulit kerbau atau sapi secara berulang.
Proses awal, kulit kerbau atau sapi dipanaskan dalam air mendidih setidaknya 5-7 menit.
Kulit kemudian diangkat serta dibersihkan dari bulunya.
Setelah bersih, kulit hewan dipotong dengan ukuran sedikit lebar serta dipanaskan kembali dalam air mendidih bersuhu 100 derajat celcius selama 1 jam.
Kulit pun kemudian potong lebih kecil lagi serta dijemur hingga mengering selama 2 hari.
Tak berhenti di sini, kulit kemudian dipotong kembali ke ukuran minimum serta dijemur kembali hingga benar-benar mengering selama 3 hari.
Hasilnya, potongan kulit diopen atau diungkep bersama bumbu racikan buatan sendiri selama 24 jam dengan panas arang atau api stabil.
Tujuan pengungkepan dimaksudkan agar menghasilkan rasa sedap dan gurih pada kerupuk rambak nanti.
"Setelah diungkep, kemudian dijemur kembali sampai mengering untuk menghilangkan kadar minyak.
Setelah itu baru siap untuk digoreng dan dikemas," ujarnya.
Biasanya, rumah produksi kerupuk kulit milik Sri Mulyani ini mengambil bahan dasar kulit kerbau atau sapi di beberapa daerah.
Kecamatan Limpung Batang, Kota Semarang, maupun Pekalongan.
Satu kulit biasa dibanderol Rp 17.000 - Rp 23.000 per kilogramnya.