Virus Corona Jateng
BERITA LENGKAP: Petugas Puskesmas Terima Ancaman terkait Rapid Test Corona, Ini Kata Ganjar Pranowo
Seorang tenaga medis perempuan penanganan dan pencegahan Covid-19 di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, mendapatkan ancaman via Whatsapp (WA).
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN -- Seorang tenaga medis perempuan penanganan dan pencegahan Covid-19 di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, mendapatkan ancaman via Whatsapp (WA).
Ancaman itu datang dari warga Kecamatan Kedawung,setelah sempat dilakukan rapid test pertengahan Ramadan lalu.
Laki-laki yang menyebut diri sebagai koordinator santri Temboro wilayah Sragen itu meneror koordinator, yang menangani langsung pencegahan pengendalian penyakit.
"Kemarin hari Jumat (29/5) malam, tiba-tiba petugas kami mendapatkan ancaman dari Whatsapp. Kami dianggap menzalimi mereka.
Dalam pesan itu, mereka pengancam akan membalas dengan caranya mereka," kata Kepala UPTD Puskesmas Kedawung, Windu Nugroho, Minggu (31/5).
Windu menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan camat terkait ancaman tersebut. Bahkan mereka telah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kedawung.
Kepada Tribun Jateng, Windu menceritakan awal mula kejadian. Di wilayahnya terdapat tiga warga yang positif Covid-19, salah satunya santri Klaster Temboro.
Temboro yang dimaksud adalah salah satu pesantren di Magetan, yang menjadi klaster terbesar pasien positif Covid-19 di Provinsi Jawa Timur.
"Satu berada di desa kami dari Klaster Temboro. Akhirnya, kami melakukan tracking dan didapatkan 18 orang dan kami rapid test Alhamdulillah hasilnya nonreaktif," kata Windu.
Dia menyampaikan, pihaknya telah melakukan prosedur yang berlaku terhadap penanganan Covid-19 baik itu pelaku perjalanan, orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP).
Walaupun hasil rapid test menunjukkan nonreaktif, dia mengimbau, agar santri Klaster Temboro itu tetap melakukan karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing. Karantina mandiri diperlukan, kata dia, karena hasil rapid test belum spesifik.
"Petugas medis yang diancam ini bertugas mengumpulkan nama-nama yang dilakukan tracking dan berkoordinasi dengan yang positif. Perlakuan kami sudah sama dan sesuai ketentuan, kenapa kami malah mendapatkan ancaman seperti ini. Bagian mana yang menunjukkan kami mendzalimi?" tanya Windu.
Dia menyampaikan, setelah mendapat ancaman tenaga medis tersebut sempat ketakutan. Namun, sekarang sudah relatif tenang, setelah mendapatkan pemahaman dari pihak kecamatan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sragen sudah agak tenang.
"Saya hanya khawatir dampaknya itu, Covid-19 ini kan belum selesai nanti kalau ada kasus-kasus lagi saya memerintahkan mereka pasti takut jika terjadi hal yang sama. Ancaman itu berisi kata-kata, 'Kami sudah mempunyai data-data panjenengan dan kelompok panjenengan.' Jadi kan itu menyeluruh ke semua petugas," terangnya.
Selama kurang lebih dua bulan bertugas, Windu menyampaikan, keluh kesah rekannya bahwa mereka sebenarnya telah jenuh dan takut dengan risiko tertular.