Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona Jateng

Kisah Dokter Galih Asal Blora Sembuh Dari Infeksi Virus Corona, Ini Gejala yang Ia Alami

Galih Puspitasari, satu di antara dokter asal Kabupaten Blora, dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona atau covid-19 baru-baru ini.

ISTIMEWA
Dokter Galih Puspitasari saat menyampaikan kisahnya sembuh dari virus corona, Senin (22/6/2020) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Galih Puspitasari, satu di antara dokter asal Kabupaten Blora, dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona atau covid-19 baru-baru ini.

Ia merupakan salah satu tenaga medis yang bekerja di RSUD Blora.

Dia menyatakan awalnya mengalami demam tinggi karena kemungkinan kelelahan bertugas, ternyata setelah semalam demam masih tinggi.

Viral Video Anggota Yonif Para Raider Tempeleng Jambret Sampai Pipis di Celana

Anggota TNI Serda S Tewas Ditusuk pada Bagian Dada di Sebuah Hotel, Pelaku Penusukan Terekam CCTV

Kronologi Camat Ungaran Barat Meninggal Dunia, Tiba-tiba Tubuhnya Tegang dan Memegang Dada

Kecelakaan Mobil Terios Tabrak Motor dan Petugas SPBU di Solo, Pengemudi Kabur

Karena merasa punya resiko tinggi sebagai tenaga medis, ia pun langsung melakukan isolasi mandiri di rumah.

Ia bermaksud agar tidak terjadi kontak langsung antara dirinya dengan anggota keluarga yang lanjut usia.

"Selama 3 hari isolasi mandiri hingga dinyatakan harus lawat inap," ungkap dr Galih seperti dikutip dari rilis yang diterima Tribunjateng.com, Senin (23/6/2020).

Dari hasil lab pertama, menurut dr. Galih dirinya mengalami limfositopeni ringan, trombositopeni ringan, resiko sedang Covid-19.

Selanjutnya dari ct scan dada menghasilkan adanya glass ground opacity yang mengarah khas ke Covid-19.

Seiring dengan kesiapan ruang isolasi di RSUD, Galih memutuskan menjalani rawat inap di ruang isolasi.

Ia mengaku berat hati sebab harus menyendiri di kamar 3x5 meter yang tanpa ada AC agar udara tidak tersebar kemana mana.

"Saya rawat inap di ruang isolasi selama 11 hari dan demam selama 10 hari,"katanya.

Selama rawat inap, Galih mengaku ada perasaan sedih dan kecewa karena itu manusiawi.

Namun dirinya sadar untuk terus bangkit dan tetap makan meskipun mengalami mual-mual.

"Jadi gejala saya hanya demam dan mual. Tidak ada sesak, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak ada batuk.

Karena memang Covid-19 ini penyakit seribu wajah. Ada yang tidak demam tapi swab nya positif, bahkan ada yang tidak bergejala namun swab nya positif," tuturnya

"Tergantung dimana virusnya nempel di reseptor. Jika virusnya nempel di mata maka gejalanya ada di sekitar mata, jika ada di tenggorokan maka aka nada gangguan pernafasan, jika di sistem pencermaan maka akan muncul mual muntah dll," jelasnya.

Dirinya pun menyadari memang sulit untuk menegakkan diagnosis karena covid-19 ini seribu wajah. Terkadang meskipun rapid non reaktif, namun swab nya positif akan sering terjadi.

"Saat itu rapid test saya non reaktif, kemungkinan saat itu tubuh saya belum membentuk antibody yang sempurna sehingga belum bisa terdeteksi reaktif oleh rapid-test. Namun setelah diswab hasilnya positif," kata dia.

Menurut Galih, Covid-19 ini bukan merupakan penyakit sosial. Ini merupakan penyakit infeksius yang bisa menyerang siapa saja, dan memang resiko tinggi ada di tenaga medis dan beberapa orang yang sering kontak dengan banyak orang.

Dirinya mengaku ikut prihatin, sebab banyak masyarakat yang memperlakukan pasien Covid-19 dengan stigma negatif yang berlebihan.

Seperti menjauhi, mendiskriminasi dan mengisolasi keluarganya.

"Meskipun saya tidak mengalami stigma negative ini, namun saya merinding membaca banyak pasien lain yang diperlakukan dengan stigma negative dari masyarakat.

Perlakuan stigma negative dari masyarakat inilah yang membuat seseorang enggan periksa dan takut jika terdiagnosa Covid-19, ucapnya.

Setelah dirinya selesai rawat inap selama 11 hari, dirinya menjalani isolasi mandiri minimal 14 hari di rumah sampai dinyatakan hasil swabnya negative sebanyak dua kali berturut-turut untuk sembuh total.

"Total swab test yang saya jalani selama 67 hari adalah 10 kali swab.

Sempat ada perasaan kok tidak sembuh-sembuh. Tapi ternyata setelah saya baca teori, kemungkinan masih ada badan virus mati yang masih tersisa dalam tubuh.

Sehingga harus tetap mematuhi protokol kesehatan sampai swabnya dinyatakan negative dua kali berturut turut. Alhamdulillah 16 Juni kemarin swab saya sudah dua kali hasilnya negative sehingga dinyatakan sembuh," katanya.

Kepada masyarakat, dirinya berpesan agar masyarakat dalam setiap menghadapi masalah agar tetap tenang dan tidak panik.

Menurutnya pandemi ini adalah masalah bersama sehingga perlu dilawan bersama.

Adapun saat ini, di Kabupaten Blora jumlah kasus covid-19 mencapai 45. Ada tambahan satu dari Kecamatan Jiken, tepatnya Desa Nglobo, dari sebelumnya 44 kasus.

“Kali ini yang dirawat ada 35, sembuh 6 orang, dan meninggal 4 orang. Untuk persebarannya dan dimana pasien dirawat bisa lihat di laman corona.blorakab.go.id.

Adapun reaktif rapid-test masih ada 41 orang, PDP 3, ODP 18, dan OTG 81,” kata Lilik Hernanto, PLT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, dalam kesempatan yang sama.(*)

Inilah Penyebab Kelompok John Kei Serang Nus Kei Padahal Masih Keluarga, 1 Tewas

Diduga Gangguan Jiwa, Anak Mengamuk Lalu Bunuh Ibu Pakai Celurit di Boyolali, 2 Tetangga Jadi Korban

Benarkah Golongan Darah Menentukan Tingkat Keparahan Gejala Covid-19? Ini Hasil Studi Terbarunya

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Bayi 40 Hari Meninggal Kena Corona, Tertular Tamu yang Menjenguk

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved