Virus Corona Jateng
Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Ahmadi Dokter Semarang Spesialis Kejiwaan Meninggal Karena Corona
Kali ini, seorang dokter spesialis kejiwaan di RSI Sultan Agung, dr Ahmadi, kabarkan meninggal dunia karena Covid-19.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Satu persatu para dokter yang menangani pasien Covid-19 berguguran.
Kali ini, seorang dokter spesialis kejiwaan di RSI Sultan Agung, dr Ahmadi, kabarkan meninggal dunia karena Covid-19.
Dr Ahmadi meninggal dunia usai mendapat perawatan intensif di ruang ICU RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang.
• Pernyataan Resmi Nella Kharisma Soal Cak Malik Bukan Suaminya: Gak Eruh Tapi Kemeruh
• Pembunuhan Berencana Vanny Yulianita di Hotel, Mayat Korban Sempat Dimasukkan Koper Tapi Tak Muat
• Biodata Dinda Hauw Istri Rey Mbayang, Pemain Film Surat Kecil Untuk Tuhan
• Jennifer Lopez Bersepeda Pakai Baju Renang, Intip yuk!
Direktur Utama RSUD KRMT Wongsonegoro, Susi Herawati membenarkan ihwal meninggalnya dokter Ahmadi di rumah sakitnya pagi tadi.
"Beliau meninggalnya hari ini, sekitaran jam 07.15," kata Susi saat dikonfirmasi, Jumat (10/7/2020).
Lebih lanjut, Susi mengungkapkan semasa hidupnya almarhum merupakan dokter jiwa dari RSI Sultan Agung yang kerap menjadi mitra kerja untuk rumah sakitnya.
Selain itu, selama ini dr Ahmadi juga merangkap sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi di Semarang.
"Jadi dia bukan dokter organik di Wongsonegoro.
Almarhum jadi dosen sekaligus dokter jiwa di rumah sakit Sultan Agung. Kemudian juga dokter mitra kami," jelasnya.
Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Semarang, dr Elang Sumambar mengatakan pemakaman jenazah dr Ahmadi sudah dilakukan dengan protokol Covid-19.
Elang menambahkan saat ditelusuri, keluarga Ahmadi juga terjangkit virus corona.
"Keluarganya juga positif. Istrinya saat ini di rumah sakit, anaknya isolasi mandiri di rumah," ungkapnya.
Menyusul adanya dokter yang gugur dalam penanganan Covid-19, pihaknya berharap ada perhatian dari pemerintah.
"Saya harap ada pemeriksaan berkala tenaga medis. OTG itu kalau di-rapid belum tentu terlihat, kalau swab baru ketahuan. Pemerintah bisa membantu untuk sampling," jelasnya.
Sementara itu dari internal pihaknya akan melakukan inisiasi untuk lebih mengedukasi pemakaian dan pelepasan APD yang benar dengan melibatkan ahli.