Berita Internasional
Ambisi Besar Erdogan Bebaskan Masjid Al Aqsa Setelah Ubah Fungsi Hagia Sophia
Ambisi besar diusung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan usai resmi mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid.
TRIBUNJATENG.COM - Ambisi besar diusung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan usai resmi mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid.
Erdogan menegaskan keinginannya untuk membebaskan Masjid Al Aqsa dari jajahan Israel.
Mantan Walikota Istanbul tersebut menegaskan perubahan fungsi Hagia Sophia menjadi langkah awal untuk merudukan pembebasan Al Aqsa.
• Gempa Selatan Jawa 13 Juli 2020 Bersebelahan Gempa 8.1 M 23 Juli 1943, Pernah Bikin 213 Orang Tewas
• Pedagang Kain Solo Teriak Banyak Suplier Surabaya Bebas Masuk BTC: Mereka dari Zona Hitam Corona!
• Ini Identitas Pria yang Booking Artis FTV HH, Begini Respons Nicco Manajer
• Biaya Rumah Sakit Rp 45 Juta, Rizal Korban Keganasan Gangster Sukun Stress Semarang Butuh Bantuan

“Kembalinya Hagia Sophia (sebagai masjid) merupakan permulaan dari pembebasan Masjid Al Aqsa dan juga langkah umat muslim untuk meninggalkan hari-hari berat,” ujarnya kepada harian Turki, Yeni Safak.
Pernyataan tersebut juga mensinyalkan keinginan Erdogan agar Israel menghentikan okupasi di wilayah Yerusalem.
Sebelumnya, pengubahan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid menimbulkan pro dan kontrak.
Kaum Islam konservatif di Turki memang menginginkan bangunan bersejarah itu kembali difungsikan sebagai masjid.
Namun, pertentangan datang dari masyarakat sekuler Turki dan sejumlah negara Eropa serta Amerika Serikat (AS).
Erdogan meresmikan penggunaan Hagia Sophia sebagai masjid, setelah pengadilan Turki mencabut dekret peruntukan bagunan tersebut sebagai museum.
Hagia Sophia dibangun pada abad keenam sebagai gereja, namun kemudian berfungsi sebagai masjid di era Kesultanan Ottoman.
Baru pada 1935, Bapak Turki Modern, Mustafa Kemal Attaturk mengubahnya menjadi museum.
Angkat Imam dan Muazin
Setelah resmi dialihfungsikan menjadi masjid oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Jumat (10/7/2020), diangkat 2 imam dan 4 muazin untuk bertugas di masjid Hagia Sophia.
Melansir Turkish Minute pada Senin (13/7/2020), kabar itu disampaikan oleh Kepala Direktorat Urusan Agama Turki, Ali Erbas.
Namun, belum ada informasi lebih rinci terkait pengangkatan 2 imam dan 4 muazin tersebut.

Hagia Sophia adalah magnet bagi wisatawan di seluruh dunia dengan arsitektur bangunan yang didirikan sejak Kekaisaran Bizantium sebagai katedral.
Kemudian, pada 1453 Kekaisaran Ottoman yang berkuasa mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
Setelah lengsernya Kekaisaran Ottoman, Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, mengubah Hagia Sophia menjadi museum dan berjalan selama 86 tahun, sebelum akhirnya menjadi masjid kembali hari ini.
Sejak 1934, Hagia Sophia berfungsi sebagai museum yang dibuka untuk umum dan memiliki tarif masuk.
Langkah Erdogan menuai banyak pro-kontra masyarakat internasional, yang mana para kritikus menilai bahwa keputusan Erdogan tesebut telah memangkas pilar sekulerisme di dalam negeri, yang mayoritas Islam.
Kendati kontroversi masih terjadi hingga peresmian alihfungsi bangunan diumumkan, Erdogan telah menetapkan pada 24 Juli mendatang, umat Islam sudah mulai bisa beribadah di situs warisan dunia UNESCO tersebut.
Erbas melanjutkan bahwa saat ini, Direktorat Urusan Agama Turki tengah menyiapkan langkah-langkah untuk menutup ikon, mosaik, dan lukisan di Hagia Sophia agar umat Islam dapat beribadah dengan khusyuk di sana.
Pada Minggu (12/7/2020), Erbas telah melakukan pengecekan bersama dengan menteri kebudayaan dan gubernur Istanbul.
Mengutip Kompas.com Travel (11/7/2020), keputusan Hagia Sophia menjadi masjid tidak berarti melarang pengunjung umum atau turis untuk datang ke dalam bangunan itu.
Seorang juru bicara untuk Presiden Turki menuturkan, wisatawan masih akan disambut untuk mengunjungi tempat wisata paling populer di Turki tersebut.
“Membuka Hagia Sophia menjadi tempat ibadah tidak akan mencegah wisatawan lokal dan asing untuk berkunjung ke situs tersebut,” tutur Ibrahim Kalin kepada kantor berita Turki, Anadolu, awal pekan ini, mengutip National Geographic.
Sementara itu, mengutip Independent, Sabtu (11/7/2020), melalui sebuah pidato, Erdogan mengumumkan, seluruh biaya untuk masuk ke Hagia Sophia akan dihapus alias tidak diberlakukan.
Erdogan: Ini Hak Negara Kami
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menegaskan bahwa perubahan status Hagia Sophia merupakan urusan internal negara mereka.
Pernyataan itu dia sampaikan setelah pengadilan setempat mencabut status museum bangunan yang masuk ke dalam warisan dunia UNESCO itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dalam pertemuan kelompok partai di Majelis Nasional Besar Turki di Ankara, pada 5 Februari 2020. (Adem ALTAN / AFP)
Pencabutan Hagia Sophia dari museum memberikan jalan bagi pemerintah Turki untuk mengembalikan bangunan itu menjadi masjid.
"Pengambilan keputusan Hagia Sophia adalah hak negara Turki, bukan yang lain. Ini adalah urusan internal kami," tegas Erdogan kepada Kriter.
Dikutip Anadolu Minggu (12/7/2020), dia menekankan setiap negara harusnya menghormati negaranya, dan menjelaskan mengapa dia mengambil langkah yang menjadi sorotan itu.
Dalam pandangan mantan Wali Kota Istanbul tersebut, perubahan dari masjid menjadi museum pada 1934 merupakan "keputusan menyakitkan buat mereka".
Dia mengabaikan kritik baik dari dalam negeri maupun luar, dengan menyatakan argumentasi yang mereka sampaikan "tak ada artinya".
Pada Jumat (10/7/2020), pengadilan tertinggi Turki, Dewan Negara, membatalkan dekrit kabinet yang sudah diterapkan selama 85 tahun terakhir.
Dalam putusan, disebutkan bangunan itu merupakan milik yayasan yang didirikan oleh Sultan Mehmet II, penakluk Istanbul, yang dipersembahkan sebagai masjid.
Bangunan itu awalnya merupakan katedral di bawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium selama berabad-abad, dan kemudian jadi masjid pada 1435.
Pakar menyatakan, keputusan tersebut memberi keleluasaan bagi Erdogan untuk menguatkan pendukungnya sekaligus memecah oposisi.
Jean Marcou, peneliti French Institute for Anatolian Studies mengatakan, bagi pendukung sang presiden, status museum Hagia Sophia merupakan perampasan.
"Niat Erdogan adalah menegaskan kekuasaan Turki dan Muslim lewat pendekatannya di nasional seperti halnya agama," beber Marcou.
Ozgur Unluhisarcikli, Direktur German Marshall Fund di Ankara menjelaskan, manuver itu jelas akan merebut hati mayoritas rakyat.
"Ini adalah debat di mana Erdogan tak bisa kalah dan oposisi tak bisa menang. Faktanya, keputusan ini berpotensi memecah penentang," paparnya dilansir AFP.
Meski begitu, pakar menyebut pengembalian status Hagia Sophia menjadi masjid bisa memanaskan relasi Erdogan dengan negara Barat.
Apalagi, saat ini pemerintahannya tengah berjibaku dengan krisis ekonomi dan konflik yang mereka dukung di sejumlah kawasan Timur Tengah.
Yunani Ancam Jadikan Rumah Mustafa Kemal Ataturk Museum Genosida
Yunani melalui Menteri Pembangunan Pedesaan, Makis Voridis, melontarkan ancaman setelah Turki hendak mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
Voridis mengancam bakal menjadikan rumah Mustafa Kemal Ataturk, bapak Turki modern sekaligus presiden pertama, sebagai museum genosida.
Dalam wawancaranya dengan MEGA, Voridis mengatakan bahwa keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia jadi masjid "menjijikkan".
Dia menekankan Ankara sama sekali tidak mempunyai ketertarikan untuk menjalin relasi positif dengan negara Barat maupun komunitas internasional.
"Kemarahan, kebencian, kesedihan, dan rasa penghinaan yang dalam terutama terjadi di Yunani," kata Voridis dikutip Greek City Times Minggu (12/7/2020).
Dia mengatakan, Hagia Sophia tidak sekadar bangunan kebudayaan, sekaligus simbol bagi Kekristenan dan Ortodox.
Voridis kemudian ditanya jawaban seperti apa yang bakal diberikan oleh Athena, setelah pengadilan Turki mencabut status museum pada Jumat (10/7/2020).
Dia menjawab yang paling cepat dan jelas adalah "simbol paling ekstrem" adalah mengubah rumah kelahiran Mustafa Kemal Ataturk di Thessaloniki sebagai museum genosida.
Dia kemudian menyatakan bahwa dunia seharusnya menyadari Turki menjadi ancaman stabilitas dunia, dengan Barat harus memberi pesan tegas.
"Kita harus menegaskan bahwa Erdogan benar-benar tak terkendali dan negara Barat akan segera menghadapinya," jelas Voridis.
Selain Voridis, koleganya, Menteri Luar Negeri Nikos Dendias juga meminta agar Komisi Eropa menyiapkan langkah tegas bagi Ankara.
Dia menuturkan, dia akan berusaha membawa permasalahan tersebut dalam pertemuan para menteri luar negeri Komisi Eropa Senin (13/7/2020).
Menurutnya, mencabut status Hagia Sophia dan mengubahnya menjadi masjid seharusnya mendapat perhatian Uni Eropa hingga PBB.
"Kami punya kewajiban konstitusional untuk melindungi hak kami. Yunani jelas akan melindungi kepentingannya, dan Uni Eropa harus mengakuinya," jelas Dendias.
Hagia Sophia dulunya merupakan katedral terbesar dunia yang dibangun pada masa Kaisar Bizantium, Justinian, sekitar 537 Massehi.
Sejak Konstantinopel jatuh ke tangan Sultan Mehmet II dari Turki Ottoman pada 1435, bangunan itu kemudian berubah menjadi masjid.
Mustafa Kemal Ataturk yang merupakan "Bapak Turki Modern" kemudian menjadikan Hagia Sophia sebagai museum pada 1935, sebelum dicabut oleh pengadilan Turki 2020 ini.
Respons Patriark Theodore II
Patriark Theodore II dari Alexandria, Mesir dalam sebuah pernyataannya pada Sabtu siang (11/7/2020) waktu setempat, mengatakan bahwa Turki telah menaruh duri besar dalam kehidupan bersama dan perdamaian antar-agama.
Patriark Theodore II Alexandria dan Seluruh Afrika itu mengungkapkan kesedihan mendalamnya soal perubahan status Hagia Sophia.
Paus sekaligus Patriark Alexandria dan Seluruh Afrika, Theodore II (kanan). (AFP/ALBERTO PIZZOLI)
Hagia Sophia, merupakan monumen Kristen bersejarah di Timur yang kini diubah statusnya oleh Pengadilan Turki kembali menjadi masjid seperti era Kekhalifahan Usmani.
"Turki telah menambah duri besar lain dalam hidup damai berdampingan antar-masyarakat dan antar-agama," ungkap Paus sekaligus Patriark Gereja Ortodoks Timur dan Seluruh Afrika itu.
Berikut ini pernyataan yang diungkap Patriark Theodore II atas perubahan status Hagia Sophia kembali menjadi masjid.
"Dengan sangat sedih dan prihatin, saya diinformasikan tentang perubahan monumen Kristen paling bersejarah di Timur, Hagia Sophia menjadi masjid.
Tantangan ini mengguncang segalanya dan memperkeruh keadaan yang sudah bermasalah dengan adanya wabah virus corona.
Sementara selama periode ini, kita semua harus berjuang bersama secara harmonis, melawan musuh pandemi yang tak terlihat, Turki malah menambah duri besar lain dalam hidup damai antara manusia dan agama.
Sementara itu, kita di Mesir menikmati kebebasan beragama dan hidup berdampingan dalam damai.
Presiden Mesir, Abdel Fattah El Sisi memberikan kita sertifikat untuk gereja-gereja Kristen, otoritas politik dan negara di negara kita secara bebas mengizinkan kita mengoperasikan gereja-gereja kita, memelihara mereka, merenovasi dan memperbagus mereka...
Di Turki, kita lihat hak-hak beragama dan budaya digunakan untuk tujuan lain, dan di atas segala-galanya, kita lihat sejarah telah diubah dan divisi baru telah dibuat untuk kepentingan pribadi. Dari kursi Santo Mark, kami berdoa supaya logika akan tetap menang dan kedamaian Allah akan menguasai seluruh dunia!"
Sementara itu, melansir Kantor Berita Athena (ANA), dari Yunani, Uskup Agung Leronymos menyatakan bahwa keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid adalah suatu bentuk penghinaan.
"Instrumentisasi agama demi kepentingan partai politik, geopolitik dan geostrategis menunjukkan 'siapa' orang yang melakukannya.
Ini adalah penghinaan yang tidak hanya ditujukan kepada Ortodoksi dan Kekristenan, tapi juga secara umum, dan kepada seluruh umat manusia yang beradab, pada setiap orang yang berpikir tanpa memandang agama.
Tapi, percuma saja melawan atau protes pada sesuatu yang tak bisa dilawan karena itu hanya akan melukai diri kita sendiri," tandas Uskup Agung itu seraya mengutip salah satu ayat Acts 9:5 dari Alkitab.(*)
• Anggota DPRD Jateng PDP Corona Meninggal, 50 Orang Dewan dan Staf Jalani Rapid Test, Ini Hasilnya
• Ketua KPU Diduga Selingkuh Langsung Diberhentikan: Tak Bisa Jaga Kehormatannya
• Terpisah 17 Tahun saat Operasi Militer Aceh dan Tsunami, Bapak Anak Asal Banjarnegara Rindu Bertemu
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, 1 Tewas Kecelakaan Mobil Avanza di Tol Lampung, Ini Penyebabnya