Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kalau di Ruangan ICU Jangan Tunjukin Kamu Lemah, Buktikan Kamu Kuat!

Meski anaknya telah menjadi korban gengster Sukun Stres Semarang, Mujiono (40) telah memaafkan pelaku.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: galih permadi
ISTIMEWA
Korban keganasan gangster di Semarang Muhammad Khoirul Rizal (14) kini masih tidak sadarkan diri di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip Tembalang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pasangan Mujiono (40) dan Nunung (34) sore itu kaget selepas mendengar kabar anak mereka Muhammad Khoirul Rizal (14) dibawa ke Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip Tembalang.

Mereka mengira anaknya mengalami kecelakaan selepas berpamitan ingin pergi ke Tembalang dengan seorang temannya.

"Rizal berpamitan kepada ibunya, dia juga berjanji waktu Asar sudah sampai di rumah," ujar Mujiono kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/6/2020).

Baru Sehari Kota Solo Dinyatakan Zona Hitam, Hari Ini Pasien Positif Corona Bertambah 7

Dilatarbelakangi Balas Dendam Sopir, Bus Terjun ke Waduk dan Bunuh 21 Penumpang

Hasan Dipaksa Kerja Meski Sedang Sakit, Dipukuli dan Tak Diberi Makan Selama Tiga Hari

Update Virus Corona Kota Semarang Selasa 14 Juli 2020, Semarang Utara Tertinggi Mijen Terendah

Namun hingga kini Rizal belum sampai di rumahnya, dia malah harus menginap di rumah sakit entah sampai kapan.

Tepat hari ini dia sudah sepuluh hari di rawat di ruang ICU RSND Semarang.

"Kondisinya sudah membaik, sempat koma selama sembilan hari.

Tadi malam dia sudah sadar dan sempat menggerakan jarinya," ujar Mujiono.

Bapak dua anak ini menuturkan, perkembengan Rizal membuat semangatnya semakin membuncah.

Terutama ibunya yang sebelumnya syok berat mendapati anak mereka terkapar tidak berdaya di rumah sakit.

Bahkan, dari penuturan Mujiono, istrinya hanya dapat menangis setiap hari meratapi kondisi anaknya.

"Tapi saya pesan ke istri saya, kalau mau nangis di luar ruangan saat tidak ada Rizal.

Kalau masuk di ruangan ICU jangan tunjukin kamu lemah, buktikan kamu kuat."

"Kasihan Rizal nanti ikut sedih, dengan sikap itu harapannya Rizal cepat sembuh," ungkapnya.

Mujiono juga mengaku mengalami kendala pembayaran rumah sakit yang mencapai Rp. 56 juta.

Namun dia tetap berusaha mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Dia meyakini pasti ada jalan meski harus dengan menjual atau meminjam untuk mendapatkan uang.

"Demi kesembuhan anak lanang ku uang nanti bisa dicari, yang penting dia sembuh," beber kuli bangunan ini.

Mujiono menuturkan, biaya rumah sakit anaknya memang tidak masuk ke jaminan sosial BPJS kesehatan lantaran pihak rumah sakit mengarahkannya ke layanan umum.

"Kata petugas karena anak saya korban kriminal jadi tidak bisa BPJS, saya manut saja yang penting anak saya ditangani," terangnya.

Dia mengatakan, sangat bersyukur di tengah kesulitan masih ada kepedulian baik pribadi maupun kelompok yang peduli terhadap anaknya dan keluarga.

Sejuah ini dana bantuan yang sudah terkumpul mencapai Rp. 24, 5 juta.

"Jujur saya sangat terharu dengan kepedulian orang, saya itu siapa hanya orang kecil tetapi ternyata diperhatikan," ujarnya sambil menahan isak tangis.

Kendati Mujiono dan Nunung harus terus berpikir keras agar dapat membayar biaya rumah sakit tersebut.

"Setiap habis salat saya doakan semoga para donatur dibalas berlipat dari Allah SWT," ujarnya.

Di sisi lain, dia dan istrinya sempat khawatir atas prediksi dokter yang memeriksa anaknya.

Pasalnya dokter memberitahu resiko terburuk dari kejadian yang menimpa anaknya yakni akan lumpuh separuh badannya.

"Mengingat itu tidur jadi tidak bisa, habis salat saya terus berdoa terutama setelah solat subuh meminta betul kepada Allah SWT, hanya bisa berserah diri," terangnya.

Musibah dialami oleh Rizal, mendorong berbagai pihak untuk peduli.

Satu di antaranya dari tim Semarang Peduli.

Mereka mendatangi kediaman orangtua Rizal di Jalan Kenangan gang Belimbing RT 2 RW 2 Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik Semarang telah disambangi Tim Semarang Peduli.

Relawan Semarang Peduli, Erik Cristian mengatakan, donasi yang digalakan pihaknya sudah masuk tahap kedua.

Tahap pertama terkumpul Rp 3 juta sedangkan tahap kedua Rp 6 juta.

"Tahap pertama sudah kami serahkan ke Pak Mujiono, tahap kedua sedang terus kami usahakan demi mengurangi beban beliau," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, pelaku penganiyaan terhadap korban, DAR (15) mengungkapkan alasannya melempar batu ke kepala korban.

"Saya lihat jemper yang dipakai korban mirip yang dipakai gangster KP Srinindito," jelasnya kepada Tribunjateng di kantor Polsek Tembalang, Senin (6/7/2020).

Gangster KP Srinindito yang dimaksud DAR adalah gangster kampung Srinindito yang berada di Kecamatan Semarang Barat.

Menurutnya, gangster tersebut merupakan musuh gangster Sukun Stres dan beberapa kali terlibat saling ancam di media sosial Instagram.

Selepas melihat jemper warna putih yang dikenakan pelaku tanpa berpikir panjang pelaku mencari batu saat melintas di Jalan Dengkek Tembalang.

Lalu menyimpannya di saku jemper sebelah kanan.

Ketika korban melintas di perempatan Jembatan Sikatak Jalan Prof. Soedharto Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang.

Pelaku melempar batu seukuran kepalan orang dewasa ke arah kepala korban.

"Saya salah sasaran, saya kira dia musuh kami yaitu KP Srinindito," paparnya.

DAR juga mengaku ketika melakukan kejadian dalam kondisi sadar tidak terpengaruh minuman keras maupun obat-obatan.

Dia ambisius ingin balas dendam sebab sebelumnya anggota gangsternya ada yang dikejar oleh gangster tersebut.

"Saya lempar dengan tangan kanan dari jarak 1 meter," katanya.

Di sisi lain, DAR sedikit membeberkan tentang gangster Sukun Stres.

Gangster Sukun Stres dibentuk tahun 2019.

Tempat kumpul mereka di angkringan belakang sebuah swalayan di Banyumanik.

"Anggota kami ada sedikit hanya 15 orang gabungan anak di kecamatan Banyumanik dan Tembalang."

"Tujuan dibentuk gangster hanya untuk kumpul-kumpul dan jalan bareng," katanya.

Sudah Memaafkan

Rizal masih koma setelah dianiaya gangster Sukun Stres Semarang.

Biaya perawatannya pun mencapai puluhan juta rupiah.

Besaran biaya itu tentu memberatkan orangtua Rizal yang hanya buruh bangunan dan penjual jamu keliling.

Meski anaknya telah menjadi korban gengster Sukun Stres Semarang, Mujiono (40) telah memaafkan pelaku.

"Ya tetap dimaafkan, untuk Ibu Rizal memang masih jengkel, tetapi insya Allah kami tidak dendam," jelasnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/7/2020).

Mujiono melanjutkan, sangat rindu terhadap tawa riang anaknya yang selama sepuluh hari ini tidak terdengar.

Anak pertama dari pasangan tersebut tercatat sebagai siswa kelas 3 di SMP Pesantren Terpadu Ulul Abshor Banyumanik.

Setiap berangkat dan pulang sekolah di antar jemput oleh kedua orangtuanya.

"Setiap berangkat saya yang mengantar,kalau pulang nanti dijemput ibunya.

Dua hari dalam seminggu dia harus tidur di pondok pesantren untuk mendalami ilmu agama," jelasnya.

Mujiono tidak menyangka anaknya bakal menjadi korban penganiayaan.

Pasalnya setiap malam anaknya juga tidak pernah keluar rumah.

Bermain handphone juga dibatasi.

"Tidak menyangka saja, namun yang penting tersangka sudah ditangkap Polisi, sekarang yang penting kesembuhan Rizal," paparnya.

Dari aksi penganiyaan yang dialami Rizal, dia harus menjalani operasi selama dua kali di bagian kepala belakang.

Menurut Mujiono, operasi pertama dilakukan untuk mengembalikan tulang kepala yang masuk ke bagian dalam.

Operasi kedua untuk mengeluarkan darah-darah yang harus dikeluarkan di bagian kepala.

"Setahu saya itu, luasan luka saya tidak tahu, ada luka di pelipis namun sudah agak mengering," bebernya.

Kini Mujiono dan keluarga berharap anaknya segera diberi kesembuhan seperti sedia kala.

Kendati biaya perawatan terus membengkak lantaran Rizal dirawat di ruang ICU RSND yang mencapai Rp 2 juta perhari.

"Nanti biaya kami usahakan, sekarang yang penting hanya kesembuhan Rizal, kami mohon doanya," jelasnya.

Butuh Bantuan

Korban keganasan gangster di Semarang Muhammad Khoirul Rizal (14) kini masih tidak sadarkan diri di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip Tembalang.

Kondisi memprihatinkan tidak hanya dialami oleh Rizal, begitupun dengan kedua orangtuanya yakni pasangan Mujiono dan Nunung.

Mereka sekarang harus memikirkan biaya perawatan anak pertama mereka yang tidak sedikit.

Hal ini diungkapkan relawan Semarang Peduli Erik Cristian kepada Tribunjateng.com, Senin (13/7/2020).

"Biaya rumah sakit yang harus ditanggung orangtua Rizal sampai saat ini sekira Rp. 45 juta," jelasnya.

Menurut Erik, kedua orangtua Rizal yang bekerja sebagai buruh bangunan dan tukang jamu keliling sangat kesulitan untuk membayar biaya rumah sakit.

Pasalnya biaya tersebut memang tidak dapat ditanggung layanan kesehatan BPJS maupun jaminan sosial lainnya.

"Penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.

Bahkan, ucap Erik, selepas mengunjungi kediaman orangtua Rizal di Jalan Kenangan gang Belimbing RT 2 RW 2 Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik Semarang.

Dia merasa perlu membantu kedua orangtua korban dengan menggalang donasi, sebab kondisi mereka yang memang bukan termasuk golongan orang mampu.

"Kami sudah membuka donasi tahap pertama yang terkumpul dana Rp. 3 juta."

"Memang tidak banyak membantu namun kami terus berusaha menggalang dana kembali di tahap kedua ini," jelasnya.

Dikatakan Erik, open donasi untuk biaya rumah sakit Rizal ini juga melihat kondisi Rizal yang masih belum sadarkan diri selama sembilan hari.

Dengan kondisi Rizal seperti itu dimungkinkan biaya perawatannya juga bertambah.

"Biaya sekira Rp 45 juta itu waktu terakhir ketemu kemarin, biaya di ruang ICU mencapai Rp 2 juta setiap hari," terangnya.

Selain itu, Erik yakin membantu Rizal lantaran korban bukan anggota gangster.

Korban merupakan anak pesantren sekaligus pelajar kelas 3 SMP yang ketika kejadian sedang berlibur lantaran masih ada wabah virus Corona.

"Sebelum kejadian nahas itu korban juga pamitan ke orangtua akan pergi jalan-jalan ke Tembalang."

"Bahkan sebagai remaja korban ternyata tidak memiliki handphone jadi tidak mungkin korban terlibat dalam gangster," paparnya.

Di sisi lain, pelaku penganiyaan terhadap korban, DAR (15) mengungkapkan alasannya melempar batu ke kepala korban.

"Saya lihat jemper yang dipakai korban mirip yang dipakai gangster KP Srinindito," jelasnya kepada Tribunjateng di kantor Polsek Tembalang, Senin (6/7/2020).

Gangster KP Srinindito yang dimaksud DAR adalah gangster kampung Srinindito yang berada di Kecamatan Semarang Barat.

Menurutnya, gangster tersebut merupakan musuh gangster Sukun Stres dan beberapa kali terlibat saling ancam di media sosial Instagram.

Selepas melihat jemper warna putih yang dikenakan pelaku tanpa berpikir panjang pelaku mencari batu saat melintas di Jalan Dengkek Tembalang.

Lalu menyimpannya di saku jemper sebelah kanan.

Ketika korban melintas di perempatan Jembatan Sikatak Jalan Prof. Soedharto Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang.

Pelaku melempar batu seukuran kepalan orang dewasa ke arah kepala korban.

"Saya salah sasaran, saya kira dia musuh kami yaitu KP Srinindito," paparnya.

DAR juga mengaku ketika melakukan kejadian dalam kondisi sadar tidak terpengaruh minuman keras maupun obat-obatan.

Dia ambisius ingin balas dendam sebab sebelumnya anggota gangsternya ada yang dikejar oleh gangster tersebut.

"Saya lempar dengan tangan kanan dari jarak 1 meter," katanya.

Di sisi lain, DAR sedikit membeberkan tentang gangster Sukun Stres.

Gangster Sukun Stres dibentuk tahun 2019.

Tempat kumpul mereka di angkringan belakang sebuah swalayan di Banyumanik.

"Anggota kami ada sedikit hanya 15 orang gabungan anak di kecamatan Banyumanik dan Tembalang."

"Tujuan dibentuk gangster hanya untuk kumpul-kumpul dan jalan bareng," katanya.

Sedangkan Kapolsek Tembalang Kompol Mas'ud menambahkan, seluruh anggota Gangster Sukun Stres juga ikut diamankan.

Orang tua mereka juga ikut dipanggil.

"Kami lakukan pembinaan agar perbuatan yang dilakukan DAR jangan sampai terulang," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Polsek Tembalang mengamankan seorang remaja pentolan gangster Sukun Stres.

Remaja itu yakni DAR (15) warga Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.

Diki ciduk Polisi lantaran melakukan aksi penganiyaan terhadap korban yang dikira pelaku merupakan anggota dari gangster lain.

Korban yaitu MK (14) Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik Semarang.

Menurut Kapolsek Tembalang Kompol Mas'ud, penganiyaan bermula saat melihat korban melintas di perempatan Jembatan Sikatak Jalan Prof. Soedharto Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang Kota Semarang, Minggu (5/7/2020) sekira pukul 15.00 WIB.

Pelaku yang masih berstatus pelajar kelas 3 SMP itu berusaha untuk melakukan kekerasan dengan cara mencari batu untuk melakukan serangan.

Penyerangan dilakukan lantaran mengira korban musuhnya dari gangsret Kp. Srinindito Semarang Barat.

Padahal korban tidak terlibat dari gengster manapun.

Pelaku lalu menghadang laju sepeda motor yang dikendarai korban.

Kemudian melemparkan batu kearah kepala korban dari jarak kurang lebih 1 meter dari posisi depan korban.

Mendapat serangan seperti itu seketika korban oleng hingga sepeda motor yang ditunggangi tersebut menabrak trotoar.

Motor Honda Supra yang dikendarai korban mengalami kerusakan terutama di sayap tebeng depan sebelah kiri lepas.

"Korban jatuh tersungkur dan pingsan dengan luka berdarah di bagian kepala sebelah kanan," jelas Kapolsek Kepada Tribunjateng.com, Senin (7/6/2020).

Kompol Mas'ud melanjutkan, korban lalu ditolong warga sekitar dengan dibawa ke IGD RSND Undip, Tembalang, Semarang.

Hingga kini korban belum sadarkan diri dan dirawat intensif akibat luka yang dialaminya yakni pendarahan di otak.

Dari kejadian tersebut, anggota Reskrim yang dipimpin Panit 2 Reskrim Polsek Tembalang Ipda Endro Soegijarto melakukan penyelidikan.

Pelaku berhasil ditangkap di rumahnya Senin (6/7/2020) sekira pukul 01.00 WIB.

Petugas juga menyita barang bukti berupa batu seukuran kepalan tangan orang dewasa, jemper, celana pendek, dan motor milik pelaku Yamaha Jupiter warna merah berplat nomor H 3994 YR.

"Pelaku kami jerat pasal 351 KUHPidana tentang penganiyaan dengan undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak," tandasnya. (iwn)

Sudah Diperingatkan untuk Pulang dari Perkumpulan MC, Pria Purbalingga Ngeyel Lalu Dikeroyok

Ternyata Bruno Silva Pernah Ditawari Persela Selain PSIS, Suporter Jadi Salah Satu Pertimbangan

Ini Alasan Ruben Onsu Larang Sarwendah Keluar Uang untuk Kebutuhan Rumah: Beli Garam pun Gue Haramin

Gisella Anastasia Mengaku Rela Berkorban demi Bisa Bersama Pacar: Kalau Perlu Aku yang Jemput

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved