Berita Regional
Inilah Sosok Rino Pengamen Boneka Mampang Sisihkan Uang Untuk Rawat Lansia & ODGJ Terlantar di Yogya
Rino, pengamen boneka mampang menyisihkan sebagian hasil ngamennya untuk menghidupi lansia dan orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) terlantar
TRIBUNJATENG.COM, YOGYAKARTA- Rino, pengamen boneka mampang menyisihkan sebagian hasil ngamennya untuk menghidupi lansia dan orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) terlantar di wilayah Kota Yogyakarta dan Bantul.
Kisah Rino sempat viral beberapa hari terakhir.
Kepada Kompas.com , Rino mengisahkan perjalanan hidupnya.
• Inilah Sosok Kepala Daerah Sombong yang Disebut Ganjar Pranowo: Demi Citra Sukses Tangani Corona
• Idul Adha 2020 Kelabu Bagi Takmir Masjid, Ganti Rugi Rp 12 Juta Buat 4 Kambing Dicuri Maling
• Anggota DPRD Digrebek Istri Saat Bersama Selingkuhan di Mobil, Pelakor Karyawati Bank Setengah Bugil
• Viral Perempuan Ini Dapat Iphone dan Mobil Hanya Dengan Modal Penjepit Rambut, Ini Faktanya
Meski berpenghasilan minim, ia mau menyisihkan sebagian hasilnya untuk orang lain.
Ditemui di Wisata Rumah Jiwa Hafara yang terletak di Dusun Blawong 2, Desa Trimulyo, Kacamatan Jetis, Bantul, Sabtu (1/8/2020), Rino bersama relawan lainnya sedang menyembelih kambing kurban.
Dengan menggunakan kaos oblong hitam dan celana panjang berwarna sama, Rino dengan ramah menemui wartawan yang sudah menunggunya di ruang tamu.
Pria itu saat ini tinggal di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul.
Rino berkisah, sejak menikah dan tinggal di Bantul, ia memilih jalan sebagai pengamen tahun 2013 lalu.
Awalnya, ia mengamen angklung di pinggir jalan kota Yogyakarta, lalu berubah menjadi boneka mampang.
Rino menyewa boneka mampang untuk mengamen.
Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 2017 di sekitar Perempatan Ketandan, Banguntapan, Bantul, ia ditangkap Satpol PP.
Waktu itu, ia langsung dimasukkan ke panti rehabilitasi bersama gelandangan, ODGJ, hingga lansia.
Saat tinggal di Panti Rehabilitasi, dirinya iba melihat lansia dan ODGJ terlantar, dan mensyukuri hidup meski hasilnya terbatas dirinya tidak seperti mereka.
Setelah keluar dan ikut di Panti Hafara-sebelum namanya berubah menjadi Wisata Rumah Jiwa- dia memantapkan diri untuk menyumbangkan sebagian hasil mengamennya untuk dibagikan ke sesama.
"Di sana kan saya direhab tapi tidak ada tindak lanjutnya, saat merenung, saya melihat orang gila (ODGJ), lansia, hati saya trenyuh," ucap Rino.
			