Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Wonosobo

Cerita Kelam di Balik Pembangunan Benteng Takeshi Kertek Wonosobo, Awal Pos Polisi Hancur Ditabrak

Bus Sugeng Rahayu yang melaju dari arah Parakan Temanggung-Wonosobo diduga mengalami rem blong hingga hilang kendali.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Benteng takeshi di pertigaan Pasar Kertek Wonosobo, Sabtu (1/8/2020), yang hancur berantakan seusai ditabrak bus. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO-Kecelakaan tragis kembali terjadi di simpang Kertek Wonosobo, Jumat malam (31/8) lalu.

Bus Sugeng Rahayu yang melaju dari arah Parakan Temanggung-Wonosobo diduga mengalami rem blong hingga hilang kendali.

Bus itu pun meluncur kencang melintasi turunan panjang itu hingga terhenti di samping pos polisi Kertek.

Beredar Video dan Foto Ijab Kabul Pernikahan Cak Malik yang Digosipkan Suami Nella Kharisma: Sah!

Inilah Sosok Kepala Daerah Sombong yang Disebut Ganjar Pranowo: Demi Citra Sukses Tangani Corona

9 Tahun Merantau di Amerika, Suami Pulang Bacok Istri: Uang Kiriman Rp 35 Juta Sebulan Jadi Kotoran

Nasib Babinsa Pengungkap Rahasia TNI Gadungan 12 Tahun

Detik-detik bus Sugeng Rahayu alami kecelakaan maut di pertigaan Pasar Kertek Wonosobo, Jumat (31/7/2020).
Detik-detik bus Sugeng Rahayu alami kecelakaan maut di pertigaan Pasar Kertek Wonosobo, Jumat (31/7/2020). (IST)

Benteng Takeshi, istilah untuk bangunan penahan di sisi pos polisi, lagi-lagi terbukti kokoh menahan laju bus itu hingga terhenti.

Tetapi nahas, bus itu tetap mengalami kerusakan parah di bagian depan.

Sopir bus meninggal di tempat, serta beberapa penumpang luka hingga dilarikan ke rumah sakit akibat insiden itu.

Benteng Takeshi terbukti berulangkali mampu mengurangi risiko kecelakaan.

Jika tak ada bangunan itu, risiko kecelakaan di ujung turunan tersebut bisa semakin parah.

Kendaraaan yang "ngeblong" dari atas bisa menabrak apapun di komplek pasar jika tidak ada penahan tersebut.

Meski bangunan itu sebenarnya masih kurang ideal sebagai pengaman.

Di tempat lain, pengaman untuk mengantisipasi kendaraan yang mengalami rem blong adalah jalur penyelamat berupa bangunan tanjakan melengkung disertai penahan di atasnya.

Jalur penyelamat semacam ini umum dibangun di sisi jalan yang memiliki turunan panjang.

Tetapi untuk membangun jalur penyelamat di tempat itu, sepertinya tidak memungkinkan.

Lokasi simpang Kertek sangat padat bangunan maupun aktivitas manusia di komplek pasar.

Tukang ojek di simpang Kertek Sabar tidak kaget dengan peristiwa kecelakaan di simpang Kertek.

Kecelakaan serupa ternyata sudah sering terjadi di tempat itu.

Bahkan sejal sebelum dibangun benteng Takeshi oleh warga.

"Sudah sering, dari dulu,"katanya

Pembangunan benteng Takeshi adalah puncak keprihatinan warga terhadap berulangnya peristiwa tragis di lokasi tersebut.

Ia mengungkapkan kisah kelah di balik pendirian benteng penahan itu.

Di lokasi tempat berdirinya Benteng Takeshi itu dulunya adalah pos polisi.

Seperti pos pada umumnya, tempat itu selalu dijaga polisi.

Nahas bangunan itu selalu jadi "korban" saat ada kendaraan mengalami rem blong dari arah Parakan yang berupa turunan panjang.

Pos itu, kata Sabar, berulangkali tertabrak kendaraan yang ngeblong dan lepas kendali.

Hingga bangunan itu hancur setelah kesekian kali ditubruk kendaraan.

"Setelah ditabrak rusak, diperbaiki lagi, terus ditabrak hancur lagi,"katanya

Karena posisinya yang membahayakan, akhirnya pos polisi itu dipindah di sampingnya yang lebih aman.

Pos itu kini dibangun dua lantai.

Kegiatan pemantauan polisi dilakukan di lantai dua sehingga lebih aman.

Lokasi bekas pos polisi lama kemudian dibangun benteng penahan.

Warga dan petugas prihatin atas rentetan kejadian kecelakaan di tempat itu.

Sementara belum ada pengaman yang efektif menekan risiko kecelakaan di lokasi itu.

Warga akhirnya gotong royong membangun penahan dengan memanfaatkan ban bekas.

Banyak ban bekas ditumpuk dan ditata hingga menggunung lalu diikat satu sama lain.

Susunan ban itu disulap layaknya tembok kokoh yang siap menahan kerasnya laju kendaraan.

Tumpukan ban itu pun sudah berkali-kali tertabrak kendaraan hingga hancur berantakan.

Warga lalu menatanya kembali agar bisa berfungsi seperti semula.

Kini, benteng itu kembali hancur hingga tumpukan ban itu tercerai berai usai tertabrak bus Sugeng Rahayu (31/7) lalu.

Benteng Takeshi kembali menjadi saksi bisu, peristiwa tragis kembali berulang.

Kehancuran benteng itu sekaligus memberikan sinyal, perlu solusi yang lebih efektif untuk mengakhiri momok di jalur mengerikan tersebut.

Bus Rem Blong

Kecelakaan tragis terjadi lagi di jalur tengkorak ruas Parakan Temanggung-Kertek Wonosobo.

Bus Sugeng Rahayu bernomor polisi W7120UZ mengalami kecelakaan tunggal di simpang pasar Kertek Wonosobo.

Bus berpenumpang sekitar 20 orang itu melaju dari arah Temanggung menuju Wonosobo, Jumat  (31/7/2020) malam.

Bus Sugeng Rahayu mengalami kecelakaan  di pertigaan Pasar Kertek, Kelurahan Kertek, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jumat (31/2/2020) malam.
Bus Sugeng Rahayu mengalami kecelakaan di pertigaan Pasar Kertek, Kelurahan Kertek, Kecamatan Kertek, Wonosobo, Jumat (31/2/2020) malam. (TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)

Kondisi jalanan sudah lengang karena malam mulai larut, sekira pukul 22.10 WIB.

Pasar yang ramai saat siang telah sepi.

Bus tersebut melewati jalanan yang menurun panjang dari arah Parakan.

Diduga mengalami rem blong hingga lajunya tak terkendali.

Kendaraan itu pun meluncur kencang melintasi turunan panjang.

Laju roda bus baru terhenti setelah membentur benteng takeshi di samping pos polisi Kertek.

Benteng yang tersusun rapi dari tumpukan ban bekas itu langsung hancur berantakan.

Bodi bus bagian depan tak kalah hancur karena benturan keras itu.

Nahas, sopir yang mengemudikan kendaraan meninggal seketika di lokasi.

"Sopir meninggal belum diketahui identitasnya," kata Kasatlantas Polres Wonosobo AKP Harman R Sitorus kepada Tribunjateng.com.

Sejumlah penumpang menderita luka dalam peristiwa tragis itu.

Tiga di antaranya dibawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah.

Sebanyak lima orang lain dirawat di Rumah Sakit Islam Wonosobo.

Musibah ini menambah daftar panjang peristiwa kecelakaan di jalur tersebut.

Musibah di pertigaan Pasar Kertek ini bukan kali pertama terjadi.

Kontur jalan berupa turunan panjang cukup berisiko bagi kendaraan yang melintas.

Kampas rem bisa cepat panas hingga rawan ngeblong.

Ujung turunan panjang itu berada di simpang tiga Pasar Kertek Wonosobo.

Di pertigaan ini sudah disiapkan dinding penahan berupa tumpukan ban yang dinamakan benteng takeshi.

Dibangunnya penahan itu karena sering terjadi kecelakaan di jalur tersebut.

Pada Januari 2019, sebuah truk pengangkut alat berat hilang kendali hingga menabrak benteng takeshi.

Kecelakaan tunggal itu melibatkan truk bernomor B9061QZ yang dikemudikan Boediyono warga Kalimas Baru Surabaya.

Beruntung sopir selamat.

Kondisi lalu lintas saat truk itu meluncur kencang itu juga pas sepi sehingga tidak memakan korban jiwa.

Pada September 2018, kecelakaan melibatkan truk tronton bermuatan kardus dan mobil pikap yang ditabraknya.

Truk tronton bernomor polisi F9450FF yang dikemudikan Warsono itu melaju dari arah Parakan Temanggung menuju Wonosobo.

Kemudian mobil bermuatan kardus kurang lebih 6 ton itu lepas kendali diduga karena rem blong.

Truk terus meluncur menghantam pikap H1745LG yang dikemudikan Nurul Anwar bersama penumpang Sandi yang diparkir.

Pikap itu terseret kurang lebih 25 meter.

Laju truk baru terhenti setelah menabrak bangunan counter HP hingga terguling.

Sopir truk Warsono warga Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dan pengemudi pikap Nurul Anwar, warga Desa Mlati Kidul Kudus, luka-luka.

Korban dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Karena luka berat, Nurul Anwar tak dapat diselamatkan.

Benteng takeshi lagi-lagi menjadi saksi bisu atas banyak kejadian mengerikan ini.

Berkali-kali dinding penahan itu hancur berantakan karena ditabrak kendaraan yang mengalami rem blong.

Kemudian petugas dan warga menatanya kembali agar bisa berfungsi. (aqy)

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kepala Inspektorat Kota Semarang Wahyu Permata Rusdiana Meninggal

Lettu Inf Gunawan Grup 3 Kopassus Meninggal saat Bertugas di Papua, Jenazah Dimakamkan di Demak

Dulu Saya Diburu Satpol PP, Sekarang Saya Memburu Satpol PP

Inilah Daftar Nama Tokoh yang Hadiri Deklarasi KAMI, Gatot Nurmantyo & Rizal Ramli Tidak Hadir

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved