Berita Regional
Pasutri Buta Gunungkidul Kemalingan Handphone Milik Putrinya, Bikin Kesulitan Belajar Online
Ishma Tukha Nur Solechah (13) dengan bangga menunjukkan belasan medali dan piala yang diperolehnya dari perlombaan panjat tebing.
"Suatu saat saya ingin jadi guru olahraga, karena memang suka olahraga terutama panjat tebing," ucap dia.
Upaya untuk mencapai mimpinya sempat terganggu ketika pada Selasa (19/8/2020), karena gawai yang biasa untuk belajar dan mengirim tugas dicuri orang.
Saat itu sore hari ada dua orang, lelaki dan perempuan mengaku kenal dengan bapak dan ibunya.
Setelah berbincang, kedua orang tidak dikenal itu bercerita sedang mencari model untuk rias.
Ishma sempat disuruh mencari seorang lagi yang akan dijadikan model.
Naasnya, setelah sampai di rumah kedua orang itu pergi, dan juga gawai miliknya pun ikut raib.
Slamet dan Turislah tidak mengetahui jika ada yang masuk kamar anaknya karena keterbatasan penglihatannya.
"Sempat kesulitan beberapa hari, karena hp orang tua juga digunakan adik (Muhammad Nastain), kalau pas jamnya bareng ya tidak bisa. Kemarin sudah dibantu oleh anggota DPR RI Subardi (partai Nasdem) dan dibelikan HP baru," ucap dia.
Slamet mengaku, di tengah pandemi Covid-109 seperti saat ini, orang yang datang untuk pijat tidak sebanyak hari biasanya.
Namun demikian, Slamet tetap bersyukur anaknya mampu berprestasi di tengah keterbatasan yang dimiliki.
Sebagai tukang pijat dirinya dan istri tak menetapkan tarif, tergantung hati nurani pengguna jasanya.
"Kadang dua orang kadang sama sekali tidak ada, ya disyukuri yang terpenting anak bisa sekolah," ucap Slamet.
Sambil merapikan baju yang dipakainya, Slamet bercerita panjang tentang bagaimana dirinya, istri dan kedua anaknya tetap semangat.
Keluarga ini tinggal di Padukuhan Siyono Wetan sejak 2009, dan membuka praktek pijat sejak 2000-an awal, yang dimulai mengontrak rumah di wilayah Gedong Kuning, Kota Yogyakarta.
Slamet adalah warga asli Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, dan Turisah merupakan warga Kulon Progo.