Berita Viral
Viral Ledakan Kawah Oro-oro Kesongo 2020 Dicatat Terbesar 30 Tahun Terakhir
Fenomena letusan Oro-oro Kesongo di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora merupakan terbesar sejak 30 tahun terakhir.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.OCM, BLORA - Fenomena letusan Oro-oro Kesongo di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora merupakan terbesar sejak 30 tahun terakhir.
Letusan besar yang mengeluarkan material lumpur itu pun menimbun belasan ekor kerbau.
Empat warga mendapatkan perawatan medis.
• Hutang Rp 60 Juta Dibayar Pakai 4 Nyawa Keluarga di Baki Sukoharjo
• Dengan Logo Mirip PAN, Ini Nama Partai Baru Amien Rais
• Baru Lahir Keene Atharrazka Adhitya Anak Citra Kirana Punya Akun IG, Followers-nya 75 ribu
• 1 WNI Tewas Ditembak Petugas APM Malaysia, Menteri Retno Marsudi Minta Investigasi Secara Transparan
Kepala Seksi Geologi, Mineral, dan Batu Bara Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan, Budi Setyawan mengatakan, letusan yang terjadi pada Kamis (27/8/2020) merupakan fenomena yang biasa terjadi pada pada gunung api lumpur atau mud volcano.
Letusan yang menimbun 17 ekor kerbau itu sebaran material lumpur mencapai luas 3,29 hektare.
Sementara jari-jari letusan dari pusat semburan sekitar 69 meter.
Selain Oro-oro Kesongo, fenomena serupa juga terjadi di Bleduk Kuwu Grobogan.
Intensitas letupan lebih banyak terjadi di Bleduk Kuwu, namun untuk luasan area lebih besar Kesongo dibanding Bleduk Kuwu.
"Kalau itu (Oro-oro Kesongo) sampai total luasan itu 114 hektare."
"Kalau Bleduk Kuwu belum tahu, tetapi lebih kecil memang."
"Kalau Bleduk Kuwu lebih sering keluar," ujar Budi kepada Tribunjateng.com, Jumat (28/8/2020).
Sementara, proses hingga letusan pada gunung api lumpur itu terjadi lantaran adanya pengendapan secara alamiah.
Kata Budi, adanya lumpur yang terjebak di permukaan bumi kemudian terdapat dorongan dari perut bumi serta tekanan dari atas, mengakibatkan material lumpur keluar dari celah yang bisa ditembus.
Fenomena ini, katanya, berbeda jauh dengan fenomena letusan gunung berapi pada umumnya.
"Jadi di dalam tanahnya masih ada jebakan lumpur yang dulu mungkin belum sempurna untuk kering di tanah permukaan itu, ada jebakan gitu."
"Ada dorongan dari dalam juga ada pembenanan dari atas, dari atas ada tekanan ke bawah."
"Seperti yang menyebabkan tekanan dalam jebakan itu tinggi sehingga dia mencari rekahan mana yang bisa ditembus sehingga dia keluar," katanya.
Ke depan, fenomena letusan Oro-oro Kesongo bisa saja terulang kalau volume lumpur yang ada di dalam tanah terdorong gas dan ada tekanan dari atas.
Letusan tersebut merupakan terbesar sejak 30 tahun terakhir.

"Kemungkinan ada (kejadian serupa)."
"Sebelumnya terjadi tahun 2013, letusan besar itu 30 tahun yang lalu informasi dari masyarakat," katanya.
Selain lumpur, material yang terlontar saat letusan adalah gas.
Akibat letusan itu, empat warga harus mendapat perawatan medis lantaran keracunan gas.
Budi menuturkan, gas biasa dikeluarkan dalam aktivitas mud volcano adalah gas karbon, metan, juga belerang.
"Yang kemarin keracunan itu keracunan gas belerang yang menyebabkan sesak, pusing, sama mual itu."
"Itupun kalau dekat dan menghirup dengan konsentrasi tinggi."
"Kalau jaraknya jauh ya begitu dia (gas) keluar kena udara terbuka ya gasnya menguap langsung hilang," kata dia.
• Pemkot Semarang dan Bank Jateng Bantu Sembako 250 Warga Kampung Lamper Mijen
• Tonton Diskusi Pendidikan Jateng Semasa Corona Lewat Webinar TMP PDIP: Ada Hendi, Ganjar dan Nadiem
• AKBP Rudy Cahya Kurniawan Sidak Masker di Ruang Pelayanan Publik Polres Kebumen, Ini Temuannya
• Bintara Angkatan 2009 Polres Kebumen Juarai Bhayangkara Futsal League 2020