Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kisah Hadijah Bayi 14 Bulan Hobi Minum Kopi 5 Gelas per Hari, Berawal Orangtua Tak Mampu Beli Susu

Seorang bayi perempuan berusia 14 bulan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Hadijah Haura, menghabiskan lima gelas

Editor: galih permadi
(KOMPAS.COM/JUNAEDI)
Bayi 14 Bulan Habiskan 5 Gelas Kopi atau Setara 1,5 liter Perhari 

TRIBUNJATENG.COM, POLEWALI MANDAR – Kisah pilu seorang bayi minum kopi lantaran orangtua tak mampu beli susu.

Seorang bayi perempuan berusia 14 bulan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Hadijah Haura, menghabiskan lima gelas atau setara 1,5 liter kopi setiap hari.

Kebiasaan menyeruput kopi tubruk ini dilakoni bayi itu sejak ia berusia 6 bulan.

Warga Kaget Ada Semburan Muncul dari Aspal di Jalan Puspogiwang Barat Semarang, Ternyata Ini

7 Guru SD di Cilacap Positif Covid-19, Berawal dari Menantu yang Pulang Kampung

Anggota TNI Terlibat Kasus Tabrak Lari Tewaskan Polisi Briptu Andry, Pomdam Jaya Bertindak

2 Pedagang Meninggal Dunia Diduga Terpapar Covid-19, Pasar Kayen Pati Ditutup 3 Hari

Kedua orangtuanya beralasan terpaksa menyuguhi kopi tubruk ke anaknya lantaran tak mampu membeli susu.

Meski mengonsumsi kopi, pertumbuhan fisik bayi itu seperti anak normal lainnya. Hadijah tergolong anak super aktif.

Meski usianya baru 14 bulan, Hadijah sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.

Anak pertama pasangan Sarifuddin dan Anita dari Desa Tonro Lima ini bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.

Anita mengaku kerap memberikan kopi karena ia tak mampu membeli susu.

Gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.

"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu.

Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi.

Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi.

Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).

Menurut Anita, Ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.

Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved