Berita Banyumas
Guru Sejarah Banjarnegara Protes Wacana Penghapusan Mata Pelajaran Sejarah oleh Kemendikbud
Reaksi keras pun muncul, salah satunya dari elemen guru sejarah Kabupaten Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Wacana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menempatkan mata pelajaran Sejarah sebagai mata pelajaran pilihan, bahkan menghilangkannya dari sekolah menengah kejuruan atau meleburnya ke dalam mapel IPS menuai kontroversi.
Reaksi keras pun muncul, salah satunya dari elemen guru sejarah di Kabupaten Banjarnegara.
Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Banjarnegara Heni Purwono menyatakan, jika draft rancangan kurikulum baru itu menjadi kebijakan yang diterapkan, itu akan sangat mencederai upaya penguatan pendidikan karakter yang saat ini sedang digalakan.
• Magelang Sempat Memanas, Ormas Nyaris Bentrok dengan Peserta Deklarasi KAMI Dihadiri Gatot Nurmantyo
• Polisi Tegaskan Deklarasi KAMI Dihadiri Gatot Nurmantyo Nyaris Bentrok di Magelang Tak Berizin
• Korban Mutilasi Punya Istri Seorang Pramugari
• Kisah Mbah Min Penggali Kubur Mayat Mr X di Semarang: Bismillah, Alfatihah, Ojo Ganggu Aku
Pelajaran sejarah, menurut dia, amat penting, terutama untuk pembentukan karakter siswa.
" Kita menjadi NKRI yang utuh hingga saat ini, karena ada ikatan dan pemahaman sejarah.
Para pemangku kebijakan mestinya memperhatikan hal itu" tegas Heni, Sabtu (19/9)
Sekretaris Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Banjarnegara itu menyebut Kemdikbud membuat kebijakan yang keliru jika sampai menghilangkan pelajaran sejarah.
Selama ini, persoalan yang sering dikeluhkan dari pendidikan di Indonesia adalah nilai Programme for International Student Assesment (PISA) yang rendah.
Ia menilai, solusi dari permasalahan itu bukan dengan menghilangkan atau mengurangi pelajaran sejarah.
Jika mau PISA meningkat, menurut dia, kualitas pembelajaran harus diperbaiki, khususnya yang terkait PISA itu.
"Karena sejak Kurikulum 2013 kan sudah dicoba, hasilnya belum ada kemajuan berarti.
Solusinya bukan dengan menepikan mata pelajaran sejarah.
Itu seperti gatal di kepala, tapi pantat yang digaruk, tidak nyambung" tandasnya.
Sementara itu, sejarawan Universitas Airlangga Surabaya yang juga Dewan Pakar AGSI Banjarnegara Purnawan Basundoro menilai menempatkan sejarah sebagai pelajaran pilihan atau bahkan dihilangkan sama sekali di sekolah akan sangat berbahaya.
Identitas atau jati diri bangsa akan luruh, bahkan tidak dikenal oleh anak muda.