Berita Banyumas
Siswa di Lereng Gunung Slamet Jalan Kaki Berburu Sinyal dan Pakai Ponsel Bergantian demi Ikut Ujian
Persoalannya, sekolah yang berada di dusun paling ujung dan berbatasan langsung dengan lereng hutan Gunung Slamet ini sangat sulit mendapatkan sinyal.
"Gampang-gampang susah," ujar Yani malu-malu.
Guru sekaligus pendiri MTs Pakis Isrodin mengatakan, sebelum pandemi para siswa biasanya mengikuti ujian di MTs Maarif NU 2 Cilongok, sebagai sekolah induk.
"Biasanya ujian di sana, tapi karena pandemi jadi ujiannya online.
Di bukit ini titik yang paling ideal, titik tertinggi di antara permukiman warga, sinyalnya bagus," kata Isrodin.
Selain terkendala sinyal, ujian daring juga menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua siswa memiliki pon.
Dari 20 siswa yang ada, sekitar seperempatnya tidak memiliki HP.
"HP saya buat gantian.
HP saya juga digunakan untuk tethering di sini.
Siswa dibagi tiga kelompok, ada yang ujian di sini, ada juga yang di rumah pengurus BUMDes di bawah sana, ada WiFi-nya," ujar Isrodin.
Isrodin mengaku tidak bisa memaksakan siswa memiliki HP dan membeli kuota internet. Pasalnya sebagian besar orang tua siswa hanya bekerja sebagai buruh tani di hutan.
"Kalau untuk lokasi ujian di bukit enggak masalah, karena mereka terbiasa belajar di alam," kata Isrodin.
Sekolah yang berdiri tahun 2014 ini memang memiliki konsep pembelajaran yang unik.
Pada kondisi normal, pembelajaran lebih sering dilakukan di luar ruang.
Tanpa seragam pula.
Di tengah kegiatan belajar mengajar, para siswa juga praktik bercocok tanam, beternak dan budidaya ikan.