Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona Jateng

2 Tenaga Medis Slawi Tegal Babak Belur Dihajar Warga & Keluarga Jenazah Pasien Corona Saat Pemakaman

Nasib naas harus dialami oleh dua tenaga medis di RSUD dr Soeselo Slawi, karena harus menjalani perawatan sekaligus mengalami trauma

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: galih permadi
TribunJateng.com/Desta Leila Kartika
Tim medis dari RSUD dr Soeselo Slawi, Waras, yang menjadi korban amukan warga Dusun Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, saat melakukan prosesi pemakaman pasien Suspec Covid-19. Korban sedang menjalani perawatan di RSUD dr Soeselo, Rabu (23/9/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Aksi brutal dilakukan keluarga pasien meninggal akibat Corona di Slawi Tegal.

Mereka bersama oknum warga menganiaya dua tenaga medis RSUD dr Soeselo Slawi hingga babak belur.

Hal itu dialami saat dua korban membantu pemakaman sesuai protokol kesehatan.

Selain Pratama Arhan Timnas U-19 Indonesia, PSIS Semarang Juga Punya Pelempar Jauh Lebih Senior

Viral Dalang Cilik Ngamuk ke Bapaknya Karena Salah Nada Saat Latihan: Mboten Kados Niki

Viral Penjual Online Roti Pisang Rugi Banyak karena Pembeli Salah Tulis 1/2 Jadi 12

Ratusan Mantan Pengurus & Sesepuh Golkar Pindah Dukungan dari Fadia ke Petahana Pilkada Pekalongan

Nasib naas harus dialami oleh dua tenaga medis di RSUD dr Soeselo Slawi, karena harus menjalani perawatan sekaligus mengalami trauma.

Mereka mendapat perlakuan tidak terduga dari warga dan keluarga pasien Suspect Covid-19 yang meninggal dunia pada Selasa (22/9/2020) kemarin.

Adapun kedua tenaga medis yang menjadi korban yaitu Ida Wahyu (41), dan Waras (38).

Saat ini keduanya masih dirawat di RSUD dr Soeselo Slawi, dengan kondisi masih trauma.

Dijelaskan oleh Direktur RSUD dr. Soeselo Slawi, Guntur Muhammad Taqwin, Keributan yang terjadi antara warga dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Bumijawa, dengan tim Gugus Tugas Covid-19 Kecamatan Bumijawa, dipicu saat proses pemakaman jenazah Hamam (15)

Berawal tambang yang dipegang oleh pihak keluarga bernama Abdul Kholik, lepas dari genggaman sehingga peti jenazah menjadi miring.

Saat itu juga yang memegang tali (Abdul Kholik) langsung turun ke liang Lahat, sedangkan yang lainnya secara perlahan melepaskan tali tambang untuk mengimbangi peti jenazah.

Namun tidak diduga, setelah loncat ke bawah liang lahat, Abdul Kholik merusak peti jenazah dan langsung melempar keatas, sambil berteriak "petinya dibanting seperti pemakaman binatang."

Seketika, warga sekitar yang jumlahnya sangat banyak kurang lebih ratusan orang dan sedang menyaksikan proses pemakaman, langsung mendekat ke liang lahat.

Setelahnya mereka menyerang tim pemakaman dari pihak RSUD dr Soeselo Slawi, dan relawan PMI Kecamatan Bumijawa.

Karena terjadi Keributan, Tim pemakaman dari RSUD dr Soeselo Slawi dan PMI Kecamatan Bumijawa, lari dari lokasi kejadian (area pemakaman) menuju mobil untuk melindungi diri dari amukan warga.

Selanjutnya jenazah dimakamkan oleh pihak keluarga dengan tidak menggunakan protokol kesehatan.

"Dua tenaga medis kami yang menjadi korban mengalami luka-luka, seperti untuk Ida mengalami memar di kepala bagian belakang yang menurut informasi terkena lemparan batu.

Sedangkan untuk saudara Waras, mengalami luka pada telinga kanan yang benjol, lutut kaki kanan memar, pantat memar, dan pipi kanan lecet.

Tidak hanya luka fisik, kedua korban ini juga mengalami trauma yang masih dirasakan sampai sekarang," ungkap Guntur, pada Tribunjateng.com, Rabu (23/9/2020).

Guntur menyebut, Hamam ini statusnya memang masih Suspect Covid-19, dan hasil swab nya juga belum keluar.

Namun sesuai penuturan dokter yang menangani pasien tersebut, ada gejala-gejala yang mengarah ke Covid-19.

Seperti mengalami sesak napas, dan saat melakukan rappid test hasilnya reaktif.

Karena kondisinya yang memang sejak awal sudah memburuk, sehari dilakukan perawatan di RSUD dr Soeselo Slawi, Pasien Hamam ini meninggal dunia.

Kemudian, dilakukan prosedur pemakaman sama seperti pasien-pasien infeksius, dengan standar memakai APD dan lain sebagainya.

Kenapa dengan cara demikian? Tujuannya tentu untuk mencegah penularan, karena masih dalam masa pandemi Covid-19. Apalagi di Kabupaten Tegal juga kasusnya semakin meningkat.

"Sebelum pemakaman, kami sudah memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien, untuk dilakukan protokol kesehatan dalam proses pemakamannya.

Dari pihak keluarga juga menyetujui, dan kami juga sudah berkoordinasi dengan aparat disana.

Namun tidak terduga saat tali tambang terlepas ini, mulai terjadi kesalahpahaman dan berakhir keributan.

Saya tegaskan, tidak ada unsur kesengajaan dari tim medis kami untuk merendahkan atau lain-lain," terangnya.

Sampai saat ini, Guntur mengatakan, kondisi sudah kondusif karena dari pihak Polres, Danramil, dan aparat sekitar sudah menyelesaikan atau meluruskan.

Sekali lagi, Guntur menegaskan, pihaknya tidak ada niatan atau unsur apapun.

Pihaknya hanya ingin pandemi ini segera berakhir dengan menerapkan protokol kesehatan yang maksimal.

Termasuk standar pemakanan, walaupun Suspec Covid-19 tetap sesuai regulasi atau aturan yang berlaku memang harus menggunakan protokol kesehatan.

"Tindak lanjut apakah akan melaporkan kejadian ini ke polisi atau tidak, kami koordinasikan dulu dengan Bupati, Sekda, dan OPD terkait termasuk kepolisian juga. Nantinya keputusan ada di beliau ini, ya intinya kami mengikuti arahan dari bu Bupati," tegasnya.

Ditambahkan, saat kejadian, warga juga sempat merusak mobil Tim Rekasi Cepat (TRC) Bumijawa, yang di dalamnya ada tim Pemakaman dari relawan PMI Kabupaten Tegal, dokter puskesmas Bumijawa, dan Satgas Covid-19 Puskesmas Bumijawa.

Material yang rusak seperti spion mobil bagian kanan dan kiri rusak (patah), badan mobil, plat nomor mobil bagian depan dan belakang rusak.

Sementara itu, salah satu korban dari tim medis RSUD dr Soeselo Slawi, Waras menceritakan apa yang dialaminya saat kejadian tersebut.

Waras mengatakan, saat pertama kali mobil ambulans datang, warga yang jumlahnya ratusan sudah berkumpul di area pemakaman.

Ditanya mengenai pemicu keributan atau warga menjadi emosi, Waras tidak terlalu ingat, namun ia menuturkan memang ada yang berteriak-teriak.

"Jujur saya masih sangat trauma sekarang, karena tidak menyangka akan menjadi korban amukan warga seperti ini.

Dan masih saya ingat, ada yang memberitahu saya kalau masih di sini terus (di lokasi pemakaman), kamu bisa mati diamuk warga yang sedang emosi dan jumlahnya sangat banyak," ungkap Waras. (dta)

Munculnya Nama Jaksa Agung di Sidang Jaksa Pinangki Jadi Bukti Keterbukaan MA

Ini Alasan Faozi Bunuh Itang yang Mayatnya Ditemukan di Petungkriyono Pekalongan

Pasukan Korut Tembak Mati Pejabat Korsel Diduga Membelot

Polisi Sempat Evakuasi Pengunjung Menara Eiffel akibat Ancaman Bom

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved