Berita Kebumen
Dibangun Usai Waduk Sempor Jebol, Masjid Pancasila Kebumen Jadi Simbol Pemersatu Umat
Hari kesaktian pancasila 1 Oktober menjadi momentum refleksi bagi bangsa Indonesia untuk memperkokoh persatuan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN -- Hari kesaktian pancasila 1 Oktober menjadi momentum refleksi bagi bangsa Indonesia untuk memperkokoh persatuan.
Ideologi Pancasila terbukti mampu menyatukan seluruh perbedaan di negeri ini, baik suku, agama, ras, dan antar golongan dalam bingkai NKRI, hingga sekarang.
Meski di sisi lain, falsafah kebangsaan itu perlu terus dirawat dan diperkuat keberadaannya karena ancaman perpecahan tidak pernah hilang.
Potensi perpecahan bukan hanya bisa terjadi pada antar suku atau umat dengan agama berbeda. Dalam satu agama pun, perbedaan pemikiran atau ajaran bisa melahirkan perpecahan.
Keberadaan sebuah masjid di Desa Tunjungseto Kecamatan Sempor Kebumen ini mengajarkan arti penting persatuan itu.
Sekilas, dari kejauhan, bangunan di sisi jalan raya itu tidak tampak seperti masjid pada umumnya. Tidak terlihat adanya kubah bulat yang merupakan khas bangunan masjid di dunia.
Tidak terlihat papan nama masjid dengan huruf Arab seperti umumnya masjid atau musala.
Yang terlihat justru plang bertuliskan Masjid Pancasila dengan huruf latin.
"Masjid Pancasila dibangun setelah masjid yang dulu hancur karena bencana,"kata Kepala Desa Tunjungseto Kecamatan Sempor Kebumen Yusiman, (1/10)
Bukan namanya saja menarik, bangunan masjid pun cukup unik. Bangunan masjid berbentuk persegi lima.
Jumlah saka atau tiang utama masjid pun berjumlah lima. Bentuk bangunan dan jumlah saka masjid itu seolah menggambarkan lima sila Pancasila.
Di luar nama dan bangunannya yang unik, Masjid Pancasila ternyata memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Karena itu, sejak didirikan sekitar tahun 1967 lalu, masjid itu dibiarkan utuh. Kecuali cat yang diperbarui dan perbaikan ringan lainnya.
Sebelum berdiri Masjid Pancasila, di lahan sama, berdiri masjid lama yang hancur karena bencana, di era pemerintahan Presiden Soeharto, tahun 1967.
Bendungan waduk Sempor saat itu jebol hingga banjir meluluhlantakkan desa-desa di sekitarnyak. Ratusan penduduk nyawanya terenggut akibat bencana itu.
Sebuah masjid yang terletak di sisi selatan atau bawah bendungan pun ikut hancur karenanya.
"Masjid Pancasila dibangun untuk pengganti masjid lama yang hancur,"katanya
Setelah tragedi berlalu, pemerintah mendirikan masjid baru di bekas lahan masjid lama yang hancur. Tetapi masjid yang dibangun di era kepemimpinan Presiden Soeharto itu didesain tak biasa.

Masjid dibangun dengan simbol-simbol persatuan. Bangunan dibuat dengan bentuk persegi lima. Tiang utama pun dibuat berjumlah lima.
Tempat ibadah yang diserahkan ke masyarakat desa oleh pemerintah itu kemudian dinamai Masjid Pancasila.
Yusiman mengatakan, Masjid Pancasila didirikan dengan makna dan tujuan mulia.
Sesuai namanya, masjid itu adalah simbol pemersatu umat. Masjid Pancasila menegaskan pentingnya persatuan umat, khususnya umat Islam.
Tak dipungkiri, dalam tubuh umat Islam sendiri, lahir banyak kelompok aliran maupun organisasi keagamaan. Tempat ibadah pun terkadang diidentikkan milik atau hanya diperuntukkan bagi kelompok aliran atau organisasi keagamaan tertentu.
Padahal, perbedaan pemikiran atau ajaran ini mestinya jangan sampai melahirkan perpecahan yang bisa membahayakan keutuhan bangsa.
"Ini masjid bukan untuk golongan tertentu saja. Semua umat Islam dari kelompok manapun boleh berjamaah di sini, bebas," katanya. (*)
• Tim Task Force Apresiasi Pemkab Kebumen Penanganan Corona
• Indahnya Keberagaman, Warga Katolik Kebumen Suplai Sayuran untuk Santri Ponpes terdampak Covid 19
• Proyek Jalan Lingkar Utara Kebumen Terkendala Jalan yang Melintas di Lahan Perhutani