Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Cerita Mistis Bimo Sekti Penunggu Dukuh Sibimo Batang yang Hanya Boleh Berdiri 7 Rumah: Jadi Musibah

Dukuh Sibimo yang menempati wilayah sekitar Alas Kupang atau hutan di wilayah Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, sangat sarat kepercayaan mistis

Penulis: budi susanto | Editor: galih permadi
TribunJateng.com/Budi Susanto
Jalan menuju Dukuh Sibimo, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, masih berupa jalan tanah, dan dikeliling hutan pinus serta perkebunan sengon, Rabu (14/10/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Cerita mistis menghiasi keberadaan Dukuh Sibimo Batang.

Tak hanya aturan cuma 7 rumah yang berdiri, juga sosok penunggunya yakni Bimo Sekti.

Dukuh Sibimo yang menempati wilayah sekitar Alas Kupang atau hutan di wilayah Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, sangat sarat kepercayaan mistis.

Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Warga Boyolali Tewas Kecelakaan Tabrak Truk di Tol Batang-Pemalang

Baca juga: Selepas Adzan Subuh, Suami di Kebumen Terhenyak Temukan Istri Tewas Gantung Diri

Baca juga: 5 Hari Setelah Dinikahi Kapolres Kudus, Shita Gabung Pasukan Perdamaian PBB, Ini Kisah Cinta Mereka

Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Sahrul Gunawan Dikabarkan Tewas Kecelakaan, Ini Faktanya

Jalan menuju Dukuh Sibimo, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, masih berupa jalan tanah, dan dikeliling hutan pinus serta perkebunan sengon, Rabu (14/10/2020).
Jalan menuju Dukuh Sibimo, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, masih berupa jalan tanah, dan dikeliling hutan pinus serta perkebunan sengon, Rabu (14/10/2020). (TribunJateng.com/Budi Susanto)

Pasalnya, di Dukuh Sibimo tak boleh dibangun lebih dari tujuh rumah.

Hingga kini hal itu tetap diyakini oleh masyarakat sekitar.

Masyarakat percaya jika melanggar pantangan tersebut, beberapa warga atau orang yang mendirikan rumah lagi di Dukuh Sibimo akan terkena musibah.

Dengan penduduk hanya 22 jiwa yang menempati enam rumah, keseharian warga diisi dengan kegiatan berkebun, membuat kerajinan bambu berupa keranjang, dan memelihara ternak.

Dukuh tersebut juga belum dialiri listrik sepenuhnya.

Masih mengandalkan listrik dari tempat ibadah yang berjarak 1 kilometer.

Dikelilingi hutan pinus dan perkebunan sengon, Dukuh Sibimo menjadi pemukiman yang terisolir dari hingar-bingar kota.

Akses menuju dukuh tersebut juga kurang baik karena masih berupa jalan tanah tanpa penerangan jalan pada umumnya.

Menurut Modriah (40) warga Dukuh Sibimo, pantangan tak diperbolehkannya membangun lebih dari tujuh rumah sudah ada dari leluhur warga yang menetap.

"Kalau dilanggar akan muncul bencana dan hal itu tetap dipercaya oleh warga di Dukuh Sibimo," ucapnya saat ditemui Tribunjateng.com di kediamannya, Rabu (14/10/2020).

Selama ia tinggal di Dukuh Sibimo, Modriah merasa tenang, aman dan nyaman.

"Saya percaya sesepuh atau penunggu di Dukuh Sibimo menjaga warga, jika di kota banyak pencuri di sini tidak ada.

Kalau pun ada yang berniat jahat pasti dihadang oleh penjaga dukuh yang biasa disebut warga sebagai Bimo Sekti," ucapnya.

Mukmin, Kepala Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal, yang ditemui Tribunjateng.com, di Dukuh Sibimo, menjelaskan, pantangan tak boleh membangun lebih dari tujuh rumah bukan mitos belaka.

"Beberapa tahun lalu, pernah ada yang membangun rumah di Dukuh Sibimo, bahkan jumlahnya ada 12.

Namun beberapa orang yang membangun rumah selalu mendapatkan musibah dan pergi dari dukuh," paparnya.

Mukmin menjelaskan, hal paling parah saat dibangun lebih dari tujuh rumah, ada dua warga meninggal secara tak wajar.

"Yang pertama ada yang gantung diri, dan satunya meninggal minum racun serangga.

Ada juga yang tak krasan, akhinya meninggalkan dukuh," ujarnya.

Hingga kini dijelaskannya, hanya ada enam rumah dengan 22 jiwa yang menempati Dukuh Sibimo.

"Kepercayaan itu masih dipercaya oleh masyarakat yang tinggal di dukuh yang ada di tengah hutan ini," imbuh Mukmin.

Warga Dukuh Sibimo, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, membuat kerajinan dari bambu, berupa kerjang, Rabu (14/10/2020).
Warga Dukuh Sibimo, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, membuat kerajinan dari bambu, berupa kerjang, Rabu (14/10/2020). (TribunJateng.com/Budi Susanto)

Tribunjateng.com, sempat mendatangi sesepuh Dukuh Sibimo, yaitu Mbah Tarji yang kini berusia 98 tahun di kediamannya yang tak jauh dari dukuh.

Ingatan Mbah Tarji yang mengaku lahir pada 1927 itu masih tajam.

Bahkan ia menceritakan pada era tahun 1980-an ada warga yang bunuh diri karena melanggar pantangan tinggal di Dukuh Sibimo.

"Karena menghiraukan pantangan dukuh membangun lebih dari tujuh rumah, akhirnya kena musibah," jelasnya.

Ditambahkan Mbah Tarji, sedari era penjajahan Belanda dan Jepang, Dukuh Sibimo aman dan tentram.

"Meski daerah lain ada kerusuhan Dukuh Sibimo tetap tentram.

Saya juga masih ingat orang-orang Belanda dan Jepang datang ke Dukuh Sibimo, namun mereka tak melakukan apa-apa ke warga, bahkan mereka membagikan roti ke anak-anak ataupun warga lainya," tambahnya. (bud)

Baca juga: Cerita Brigadir Shita Istri Kapolres Kudus Gabung Pasukan Perdamaian PBB: Sering Ada Peluru Nyasar

Baca juga: Brotoseno Dikabarkan Menikahi Tata Janeeta, Bagaimana Angelina Sondakh?

Baca juga: Hanya Boleh Ada 7 Rumah di Dukuh Sibimo Batang, Pernah Ada yang Melanggar, Hal Mengerikan Terjadi

Baca juga: BREAKING NEWS: Pria di Semarang Meninggal Mendadak: Saya Buatkan Minum, Dia Duduk Seperti Sembahyang

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved