Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Angkat Potensi Lokal, Desa Japan di Kudus Tawarkan Kopi Tiga Rasa

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus mendorong potensi wisata di Desa Japan, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

Penulis: raka f pujangga | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Raka D Pujangga
Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus menyuguhkan wisata menarik, di antaranya keberadaan Rejenu atau mata air tiga rasa, di mana pengunjung diajak untuk menikmati kopi menggunakan air seduhan yang berasal dari mata air itu. 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus mendorong potensi wisata di Desa Japan, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

Desa Japan, Kecamatan Dawe,  Kabupaten Kudus menyuguhkan wisata menarik, di antaranya keberadaan Rejenu atau mata air tiga rasa, di mana pengunjung diajak untuk menikmati kopi menggunakan air seduhan yang berasal dari mata air itu.
Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus menyuguhkan wisata menarik, di antaranya keberadaan Rejenu atau mata air tiga rasa, di mana pengunjung diajak untuk menikmati kopi menggunakan air seduhan yang berasal dari mata air itu. (Tribun Jateng/Raka F Pujangga)

Desa yang berjarak sekitar 20,6 kilometer dari pusat kota Kabupaten Kudus itu menyuguhkan wisata menarik.

Di antaranya keberadaan Rejenu atau mata air tiga‎ rasa yang masing-masing sumbernya memiliki rasa berbeda.

Sumber air pertama memiliki rasa air yang asam, sumber air kedua menyerupai minuman soda, dan sumber air kedua mirip tuak.

Selain wisata unik di lereng Gunung Muria tersebut, masyarakat lokal juga memproduksi Kopi Japan.

Kopi asli dari Desa Japan tersebut saat ini juga telah mengantongi sertifikasi resmi dari Java Legend sehingga memiliki kualitas yang terstandarisasi.

‎Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kudus, HM Hartopo memuji potensi wisata alam yang ada di wilayah utara Kabupaten Kudus tersebut.

"Saya sering blusukan di wilayan utara ini memang sangat baik," ucapnya, Sabtu (24/10/2020).

Kendati demikian, dia menilai perlunya kreatifitas untuk dapat meningkatkan kunjungan wisatawan di sana.

Misalnya wisatawan diajak untuk menikmati kopi menggunakan air seduhan yang beras‎al dari mata air tiga rasa.

Hartopo yang datang menggunakan sepeda di akhir pekan tersebut ikut memanen kopi dan menjajal Kopi Tiga Rasa untuk mempromosikan potensi wisata di sana.

Dia mencoba menikmati secangkir kopi ‎yang menggunakan air seduhan berasal dari mata air tersebut.

"Air biasanya itu hanya kopinya saja yang nendang. Kalau pakai mata air ini, ada rasa asemnya. Tapi rasa trencem-trencem' sodanya itu sudah nggak ada," ujar dia.

Menurutnya, kreativitas pelaku wisata sangat diperlukan untuk menggaet wisatawan agar tertarik datang ke sana.

Terlebih wisatawan potensi hasil bumi masyarakat lokal Kopi Japan dan sumber mata airnya yang sudah cukup menjual.

"Disamping kreatifitas perlu, maka perlu juga dukungan finansial," kata dia.

Dia berjanji akan membantu menyiapkan akses jalan menuju tempat wisata tersebut untuk memberikan rasa nyaman pengunjung.

"Ya nanti akses jalannya kami bantu dari APBD, sedangkan tempat wisatanya bisa menggunakan anggaran DAK," ujar dia.

‎Selain itu, Hartopo juga berharap masyarakat lokal dapat membudidayakan tanaman buah sehingga bisa menjadi agrowisata yang menarik.

Dibandingkan hanya menanam jenis tanaman semusim yang tidak bisa panen setiap tahunnya.

"Kalau menanam buah-buahan bisa dipanen sepanjang tahun. Tidak seperti jagung yang ditebas setelah panen," ujar dia.

Sementara itu, Kepala ‎Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Bergas C, kreatifitas masyarakat dengan membuat Kopi Tiga Rasa yang memadukan Kopi Japan dan Mata Air Tiga Rasa itu akan menjadi kekhasan Desa Japan.

Pasalnya, pengalaman tersebut tidak bisa dicari di tempat yang lainnya karena hanya ada di Desa Japan.

"Mata air tiga rasa itu berbeda-beda rasanya, ada sodanya, asamnya, yang memberikan perbedaan ketika dicampurkan dalam secangkir kopi," jelas dia.

Menurutnya, hal tersebut merupakan ‎potensi wisata yang sangat menjual untuk menarik wisatawan.

Terlebih selama ini, lereng Gunung Muria yang dikenal masyarakat secara umum hanyalah wisata religi.

"Kami ingin mengenalkan potensi wisata alam di lereng Muria. Potensi alamnya bisa menjadi tambahan wisata baru di Kudus," ujar dia.

Berbagai hasil tanaman pertanian lainnya pun bisa dicampurkan ke dalam kopi misalnya buah alpukat, pisang byar dan parijoto.

"Alpukat dicampurkan kopi menjadi avocado coffee, bisa juga dicampurkan pisang byar atau parijoto yang merupakan potensi lokal," ujar dia.

Dia berharap potensi alam ini dapat dikemas secara cantik agar menjadi kebutuhan masyarakat Indnesia dan dunia.

Kemasan pariwisata yang baik itu dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kudus.

"Potensi itu jika dikemas secara ekonomi kreatif dan profesional, masyarakat akan memperoleh manfaatnya," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Ternadi, Nur Hamid menyampaikan, Perhutani mengizinkan pengelolaan kawasan hutan untuk dimanfaatkan sebagari Argo forestry.

Terutama tanaman kopi yang menjadi tanaman endemik lokal Kabupaten Kudus yang berada di kawasan Gunung Muria.

Semakin dikenalnya kopi sebagai minuman yang populer di kalangan generasi milenial dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

"Karena sekarang sudah banyak kafe yang menyajikan kopi di pinggir-pinggir jalan. Ini akan membuat roda perekonomian ‎dari tingkat petani akan merasakannya," ujar dia.

Tanaman kopi di wilayah Kudus ini tersebar di beberapa titik dari Desa Japan, Colo, dan Rahtawu.

Baik tanaman kopi yang ditanam di kawasan hutan, dan ada juga yang ditanam di lahan milik pribadi.

"Tanaman kopi ini juga bisa didaur dalam jangka waktu yang cukup lama, sekitar 30 tahun sampai 50 tahun," ujar dia. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved