Berita Sragen
3 Bulan Teki Warga Sragen Keliling Toko Bangunan, Mencari Batu Bersuara untuk Gamelan
Alat musik Gamelan ini terbuat dari batu hitam dan batu alam yang telah dikumpulkan Teki selama hampir tiga bulan
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: muslimah
Sejauh ini baru tiga kali dimainkan pertama ketika digunakan Teki keperluan Thesis S2, Sragenesia art, kemudian di SIPA September 2020.
Bakat seni Teki nampaknya telah turun dari kedua orangtua Teki. Sang ayah, Sugino merupakan pegiat seni yang juga bergelut di karawitan sementara sang ibu merupakan sinden atau penyanyi.
Gamelan batu ini dimainkan oleh delapan penabuh dan satu penyanyi. Penabuh dan penyanyi sendiri berasal dari keluarga dekat Teki, sang ibu merupakan sinden atau penyanyi dan sang ayah menjadi penabuhnya.
"Kebetulan memang bakat ini turunan dari orangtua saya. Akhirnya alat musik ini juga dimainkan oleh bisa dibilang keluarga besar anak dari paman saya. Jadi penabuh gamelan batu sudah ada pemilihan tim sendiri," lanjut Teki.
Teki mengaku timnya tidak hanya memainkan lagu tradisional atau klasik namun juga menggarap lagu sragenan hingga seni kontemporer.
Ketika Tribunjateng.com berkunjung di Sanggar Adi Raos, mereka dapat memainkan lagu tradisional yakni "Sue Ora Jamu ciptaan R C Hardjosubroto, Caping Gunung ciptaan Waldjinah dan Prahu Layar ciptaan Didi Kempot.
Meski telah memiliki empat alat musik dari watu, Teki mengaku ingin terus menambah alat instrumen dan persobil agar lebih ramai dan meriah.
"Setiap seni pasti ada perkembangan setelahnya, jadi saya juga berencana untuk menambah alat instrumen dan personil agar lebih ramai dan meriah," harap Teki. (uti)