OPINI
Guru Bermartabat, Siswa Bermartabat
Siswa adalah sosok manusia utuh. Dalam usia dan kapasitasnya sebagai seorang anak, ia sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Penulis: - | Editor: moh anhar
Dengan suasana belajar yang menitikberatkan ‘manusianya’, maka kita turut membangun karakter anak sebagai manusia pembelajar. Anak-anak kita setting potensinya agar punya motivasi belajar, antusiasme, karakter positif, rasa ingin tahu, kritis, peka, punya cita-cita, kemauan yang kuat untuk berkembang dan memiliki dirinya secara utuh, serta punya rasa tanggungjawab atas kehidupan dirinya dan masyarakat.
Itulah mungkin, mengapa pula Mendikbud Nadiem Makarim mencetus program ‘merdeka belajar’. Merdeka untuk guru dan siswa. Merdeka dari jerat-jerat suasana orientasi administratif, kuantitatif, dan birokratif itu. Penulis sudah menulis tema ‘merdeka belajar’ itu sebelumnya. Sehingga di sini tidak menulis panjang lebar tema ‘merdeka belajar’ itu.
Tapi barangkali, ‘merdeka belajar’ cetusan Nadiem juga adalah jawaban yang relevan atas pertanyaan Prof Arief Rachman: “kurikulum atau suasana?” itu. Maka para guru memilih ‘suasana’. Merdeka belajar juga sangat relevan dengan pilihan ‘suasana’ itu ketimbang kerasukan kertas kurikulum.
Merdeka belajar juga bisa dimaknai pembebasan dari ‘kertas kurikulum’ yang menciptakan suasana pendidikan begitu terbebani beban administrasi. Administrasi penting, sangat penting. Tapi rasanya tak perlu menjadi ‘paradigma pendidikan’. Administrasi harus ditempatkan sebagai mesin pendidikan saja. Bukan menjadi paradigma. Yang menjadi paradigma adalah ‘tujuan pendidikan’ itu sendiri. Harus dimaknai, dijiwai dan menjadi platform penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan begitu rapi tertulis dan sudah sangat bagus sebagaimana tertulis tujuan pendidikan nasional di dalam UU Pendidikan Nasioanl itu. Kurang lebih menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak, mandiri, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Untuk tercapai tujuan itu, ada indikator, target dan sistem penilaiannya, bahkan di evaluasi. Di tahap penilaian dan evaluasi ini kita harus hati-hati mendiagnosa jika ada siswa yang dianggap perlu dievaluasi. Siswa adalah sosok yang memiliki kekurangan di sisi lain dan punya kelebihan di sisi lain. (*)