Berita Semarang
Tim Dosen Unnes Terapkan Penggunaan Karbon Aktif untuk Jernihkan Minyak Bekas Penjual Gorengan
Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap makanan gorengan telah mendorong banyak pelaku usaha di bidang kuliner untuk membuka usaha gorengan.
Penulis: m zaenal arifin | Editor: muh radlis
Kulit pisang yang telah menjadi karbon tersebut diaktivasi menggunakan basa KOH dan dipanaskan kembali di suhu 200 derajat selama 5 jam hingga menjadi pasta, kemudian pasta yang terbentuk dipanaskan kembali di suhu 800 derajat selama 1 jam dengan dialiri gas nitrogen.
"Karbon yang telah diaktivasi tersebut kemudian dicuci dengan asam HCl dan air berturut-turut hingga pH-nya turun menjadi 6-8," terangnya.
Selanjutnya, karbon diayak dan dikeringkan dalam oven di suhu 105 derajat hingga kering. Penggunaan karbon aktif tersebut cukup mudah, hanya memerlukan instalasi sederhana yaitu pompa, pipa dan kolom kaca atau akrilik.
Kemudian, minyak goreng bekas diumpankan dengan pompa yang menuju kolom yang berisikan karbon aktif dan filter. Pada kolom akan terjadi proses penyerapan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak bekas.
"Minyak yang keluar kolom tersebut adalah minyak bersih yang sudah dihilangkan kandungan asam lemak bebasnya dan bisa digunakan lagi," ujarnya.
Berangkat dari hasil penelitian tersebut, selanjutnya sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, tim pengabdian dari Unnes melakukan kegiatan pengabdian pemberdayaan masyarakat.
Anggota tim pengabdian Unnes, Fulia Aji Gustaman menambahkan, kegiatan pengabdian pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di Kelurahan Pakintelan, Gunungpati, Semarang pada September 2020 lalu. Sasaran kegiatan adalah masyarakat yang berprofesi sebagai penjual gorengan dan ibu rumah tangga.
"Pada waktu kegiatan pelatihan, metode yang digunakan adalah Metode Training of Trainner (TOT) dengan cara pemberian materi melalui ceramah, kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung oleh masing-masing peserta," katanya.
Cara itu dianggap efektif karena transfer pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dapat tersampaikan dengan baik jika peserta dilibatkan dalam praktik dan simulasi sehingga masyarakat bisa merasakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bermanfaat bagi dirinya.
"Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak," tandasnya.
Ditambah lagi, kerja sama yang kompak antar tim pelaksana dan respon positif yang diberikan masyarakat sasaran juga menjadi penentu dalam keberhasilan program.
"Secara umum program pengabdian yang telah dilaksanakan berjalan sesuai rencana, khususnya dari aspek subtansi," ujarnya.
Antusiasme peserta pengabdian juga terlihat dari partisipasi aktif yang ditunjukan dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan kepada tim fasilitator.
"Dengan adanya aksi pemberdayaan masyarakat tersebut maka tidak mustahil untuk menerapkan konsep sehat dan tanpa limbah pada usaha gorengan," pungkasnya. (Nal)
Baca juga: Nikita Mirzani Tegas Tanggapi Pengakuan 2 Pelaku Pemukulan Isa Zega Disuruh Dirinya
Baca juga: Bupati Sebut Covid-19 di Banyumas Sudah Tak Terkendali
Baca juga: Devano Danendra Minta Iis Dahlia Tak Lagi Tampil di Acara TV Penuh Gimmick
Baca juga: Ganjar: Ibarat Perang, Muhammadiyah Tak Khawatir Strategi dan Senjata Musuh