Berita Semarang
Wajah Preman Eks Terminal Terboyo Semarang yang Diringkus Setelah Jotos Penumpang Bus
Seorang preman berkedok calo di kawasan eks Terminal Terboyo Semarang diciduk Polsek Genuk lantaran menjotosi seorang penumpang bus.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Seorang preman berkedok calo di kawasan eks Terminal Terboyo Semarang diciduk Polsek Genuk lantaran menjotosi seorang penumpang bus.
Pelaku segera diburu kepolisian lantaran aksinya meresahkan dan mengganggu keamanan di bekas Terminal Terboyo Semarang.
Petugas langsung dikerahkan setelah polisi mendapat laporan dari korban yang dihajar gara-gara karcis bus.
Baca juga: Warga Puspowarno Semarang Lihat Punggung Korban Berdarah-darah Luka Bacokan
Baca juga: Wakil Bupati Karanganyar Menikah dengan Dokter Puskesmas, Tersipu Saat Ditanya Bulan Madu
Baca juga: Heboh Video Kawah Gunung Merapi Terkini Direkam Pendaki, BPPTKG: Itu Sangat Berisiko
Baca juga: Pak Guru Menangis Karena Semua Siswa Tak Muncul di Kelas Online, Ponsel Mereka Matikan
Preman itu ternyata berusaha menghilang dengan melarikan diri ke Kudus namun polisi tak kehilangan akal mengejarnya.
"Kami segera buru pelaku saat mendapat laporan penganiayaan tersebut.
Pelaku berhasil kami tangkap di daerah Kudus," terang Kapolsek Genuk Kompol Subroto kepada Tribunjateng.com, Sabtu (28/11/2020).
Dia mengatakan, kronologi penganiayaan bermula saat korban bernama Mashadi (50) warga Desa Sluke, Kecamatan Sluke, Rembang hendak menuju Pekalongan dengan menaiki bus.
Korban bersama rekannya naik bus dari Rembang.
Kemudian turun di eks Terminal Terboyo untuk pindah ke bus lain yang menuju Pekalongan pada Kamis (12/11/2020) pukul 11.30 WIB.
Ketika sudah mendapat bus jurusan Pekalongan, korban segera masuk.
Dia duduk persis di belakang bangku sopir.
Saat itu kondisi bus masih terhitung sepi penumpang.
Rekan korban juga belum naik ke dalam bus, dia memilih duduk merokok di luar terlebih dahulu.
Ketika Mashadi berada di dalam bus, tersangka bernama Darsono (37), warga Jalan Tanggungrejo III, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, menghampirinya.
Pelaku langsung menyodorkan tiket ke korban seharga Rp 70 ribu.
Harga tiket tersebut hampir dua kali lipat dari harga normal sehingga korban enggan membayar.
Mendapat penolakan dari korban, pelaku terus memaksa hingga keduanya adu mulut.
Lantaran emosi, pelaku menghajar korban dengan melayangkan dua bogem mentah yang bersarang di hidung korban.
"Pelaku bukanlah kondektur, dia hanya preman yang ingin memeras korban," kata Kapolsek.
Selepas dihajar oleh preman, korban segera meminta tolong rekannya.
Mereka lantas mendatangi Polsek Genuk yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Kedunya membuat laporan tentang penganiayaan oleh preman tersebut.
Menurut Kapolsek, selain hidung berdarah wajah korban juga mengalami luka sobek.
Setelah mendapatkan laporan, Unit Opsnal Polsek Genuk melakukan penyelidikan.
Mereka mengetahui pelaku berada di Kudus, selanjutnya dilakukan penangkapan.
"Pelaku dijerat Pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman 2 tahun penjara," ujarnya.

Di sisi lain, Kapolsek mengimbau kepada masyarakat terutama warga luar kota Semarang untuk berhati-hati saat berada di eks Terminal Terboyo.
Pasalnya ada beberapa oknum preman yang mencuri-curi kesempatan memeras para korban yang notabene para penumpang bus.
"Kami sering patroli preman di wilayah tersebut namun ada saja oknum preman yang mengincar para pendatang luar kota Semarang.
Ke depan akan kami tingkatkan lagi patrolinya.
Kami berpesan setiap terjadi aksi kejahatan laporkan ke kami," tandasnya.
Perlu diketahui, ulah premanisme di kawasan eks Terminal Terboyo Semarang memang sudah sering terjadi.
Terutama menyasar penumpang atau warga luar kota yang hendak naik bus.
Pada Februari lalu, operasi penertiban oleh Polsek Genuk menciduk sembilan preman dan satu barang bukti berupa gunting besi beton.
Seorang korban premanisme, Surya menuturkan pernah mengalami hal tidak menyenangkan di eks Terminal Terboyo pada Minggu (9/2/2020) pukul 09.00 WIB.
Bermula saat dia akan pulang ke Klaten setelah menyelesaikan pekerjaan di Semarang selama dua hari.
"Ada satu orang minta uang ke saya, saya tolak, terus yang lain datang.
Awalnya satu orang namun karena saya melawan yang lain datang ada lima orang," katanya.
Namun menurut Surya tidak sampai terjadi tindak kekerasan.
Hanya saja keponakannya didorong oleh seorang preman dari gerombolan tersebut.
"Terpaksa saya bayar bus jurusan Klaten Semarang seharga Rp 370 ribu.
Padahal info dari kondektur hanya Rp 30 ribu per orang," jelasnya. (Iwn)
Baca juga: Dikabarkan Perangkat Desa di Sragen Terjaring Razia Bersama 3 Janda Dalam Hotel, Ini Faktanya
Baca juga: Pakar Virologi Jerman Ungkap Virus Corona Bukan Berasal dari Wuhan China
Baca juga: Fadli Zon Jadi Menteri Kelautan dan Perikanan? Pengamat: Tak Terbayang Tiap Hari Puji Pemerintah
Baca juga: Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun, Dokter Zufrial Arief Meninggal Dunia Terpapar Covid-19