Berita Internasional
Israel Bebaskan Polisi yang Tembak Mata Bocah di Palestina, Disebut Tak Ada Alasan untuk Penuntutan
Pemerintah Israel membebaskan polisi dari kesalahan menembak seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, Malik Eissa, yang kehilangan mata.
TRIBUNJATENG.COM, JERUSALEM - Pemerintah Israel membebaskan polisi dari kesalahan menembak seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, Malik Eissa, yang kehilangan mata.
Korban ditembak di wajah oleh seorang perwira Israel pada awal tahun ini.
Malik Eissa, dikejutkan oleh apa yang tampak seperti amunisi berujung spons pada Februari 2020 dan kehilangan penglihatan di mata kirinya.
Baca juga: Jepang Ambil Sampel Tanah dari Asteroid, Bakal Jadi Petunjuk Asal Usul Tata Surya
Baca juga: JK Blak-blakan Alasan Dukung Anies di Pilgub DKI Bukan Ahok, Mengaku Semua Demi Jokowi
Baca juga: Beredar Pesan WhatsApp 6 Pedoman Pemudik Ingin Masuk Solo, Benar atau Hoaks? Ini Faktanya
Baca juga: Barikade Gus Dur Meminta Jokowi Tunda Pilkada 2020, Kemanusiaan di Atas Segalanya
Keluarganya mengatakan dia belum kembali ke sekolah karena perawatan medis yang berulang dan rasa malu karena cacat serta bergantung pada mata palsu.
Warga mengatakan dia baru saja turun dari bus sekolah di lingkungan Palestina di Issawiya, Jerusalem Timur ketika polisi melepaskan tembakan.
Polisi mengatakan saat itu mereka telah menanggapi kerusuhan di lingkungan yang tegang dan menggunakan apa yang mereka sebut senjata tidak mematikan.
Dalam pernyataan yang dikirim ke The Associated Press (AP) pada Sabtu (5/12/20200, Kementerian Kehakiman Israel mengatakan penyelidikan internal polisi menyimpulkan insiden itu menyedihkan.
Tetapi, tidak ada alasan yang cukup untuk penuntutan setelah mewawancarai saksi dan meninjau rekaman video dan bukti lainnya.
Dikatakan polisi sedang melakukan operasi penangkapan saat itu dan diserang oleh sekelompok pelempar batu.
Dikatakan juga para ahli medis tidak dapat menentukan apakah bocah itu terkena peluru atau batu.
Namun, dikatakan unit investigasi memerintahkan peninjauan atas perilaku operasional, termasuk penggunaan peluru berujung spons di wilayah sipil.
Ayah Malik, Wael Issa, mengatakan keluarganya telah dua kali menjadi korban ketidakadilan.
Pertama ketika bocah itu ditembak dan sekarang penyelidikan ditutup.
“Ketika anak saya ditembak, anggota unit investigasi datang ke rumah sakit," ujarnya.
"Mereka hampir menangis," tambahnya.