Berita Sragen
Renggut Nyawa 3 Aparat, Perlintasan KA Kalijambe Sragen Tanpa Palang Ditutup, Warga Keberatan
Perlintasan kereta api tanpa palang di Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen akhirnya ditutup permanen oleh PT KAI
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Perlintasan kereta api tanpa palang di Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen akhirnya ditutup permanen oleh PT KAI.
Perlintasan tersebut ditutup menggunakan besi dengan panjang sekitar 2,5 meter. Pantauan Tribunjateng.com warga memadati TKP, baik di perlintasan maupun sungai.
Penutupan perlintasan ini dianggap salah satu warga yang tidak mau disebut namanya tidak adil. Dia menilai banyak insiden tabrakan kereta dengan kendaraan di perlintasan lain, namun tidak ditutup.
Baca juga: Suami Istri Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Kamar Mandi, Ini Temuan Polisi di Lokasi
Baca juga: Rektor UMP Dr Anjar Nugroho Meninggal di Semarang, Sebelumnya Ada Agenda Ketemu Gubernur
Baca juga: Pengantin yang Nangis Histeris karena Mantan Datang Mengaku Khilaf, Suami: Saya Memaklumi
Baca juga: Sedang Makan Malam Tetiba Jadi Gelap Ternyata Kakek Nenek Tertimbun Longsor di Tasikmalaya
"Penutupan ini (perlintasan kereta api) jelas tidak adil. Lainnya yang kemarin tabrakan di perlintasan kereta api lain tidak ditutup," kata warga yang tidak mau disebut namanya itu.
Dia mengatakan palang kereta api yang telah menewaskan dua anggota polisi dan satu TNI ini, perlintasan paling aman dibandingkan perlintasan lainnya.
Pasalnya warga yang melintas di perlintasan tersebut telah membayar dua orang untuk menjaga perlintasan kereta api tersebut. Satu orangnya dibayar Rp 1,5 juta sehingga warga membayar Rp 3 juta.
Uang tersebut dikumpulkan dari iuran warga setiap RT-nya. Setiap RT akan secara bergantian membayar setiap bulannya.

"Perlintasan ini sebenarnya malah paling aman karena dijaga dua penjaga. Satu penjaga dibayar Rp 1,5 juta per bulan," lanjut dia.
Namun dua penjaga ini hanya menunggu palang kereta api hingga pukul 22.00 WIB. Naasnya kecelakaan maut tersebut terjadi satu jam setelah palang tidak dijaga yakni pukul 23.00.
Dia melanjutkan, di perlintasan kereta api ini warga iuran baik donatur maupun perorangan untuk membuat palang pintu kereta api.
"Warga sudah membayar iuran untuk membuat palang pintu kereta api. Agustus lalu sudah ada perbaruan, sebelumnya hanya pakai bambu," katanya.
Narasumber yang tidak mau disebut namanya itu melanjutkan palang kereta api ini dilintasi setidaknya tujuh RT. Ditutupnya palang pintu kereta api ini membuat warga harus berputar lewat jalan yang lebih jauh.
"Kalo ditutup saya harus muter jauh ke Kaliwuni jaraknya hampir lima kilometer. Setelah ini akan kami upayakan untuk bisa membuka jalan ini," tandasnya.
Pencarian Pelda Eka Budi Dilanjutkan
Proses pencarian satu anggota TNI Pelda Eka Budi M (50) korban kecelakaan mobil patroli yang tertabrak kereta api Brantas di Kalijambe, Sragen dihentikan sementara.
Sebelumnya, tim SAR gabungan hingga masih belum dapat menemukan keberadaan korban yang diduga hanyut di aliran Sungai Cemoro.
On Scene Commander (OSC) Basarnas Pos SAR Surakarta, Tri Puji Sugiharto mengatakan pada pukul 17.00 WIB pihaknya telah menutup sementara evakuasi.
"Pukul 17.00 WIB (tim pencari) kita tarik kita. (Operasi pencarian) tutup sementara, proses evakuasi dilanjutkan operasi besok pagi (pagi ini)," kata Tri, Senin (14/12/2020).
Evakuasi hari sebelumnya dikatakanya belum ada tanda-tanda atau masih nihil. Jarak 300 meter dari mobil terseret hanya ditemukan kap mobil, namun korban belum ada.
Proses pencarian sudah dilakukan hingga empat kilometer. Pihaknya juga sempat mencari dengan alat bambu namun belum ditemukan.

"Jarak sekitar 300 meter di temukan kap mobil hanya puing puing mobil aja. Tapi yang bersangkutan belum ada. Ini sudah sampai 4 kilometer kurang lebih," lanjut dia.
Pihaknya mencurigai ada satu, dua titik yang dimungkinkan hari ini akan diturunkan tim selam. Kendati demikian pihaknya juga tetap mengingat cuaca.
Jika cuaca memungkinkan dan tidak hujan akan dilakukan penyelaman, namun apabila kondisi atau cuaca tidak mendukung pihaknya tidak akan melakukan penyelaman.
"Besok untuk tim selam belum ada konfirmasi, tapi dari Basarnas ada dua tabung, dari teman teman UNS ada 2 tabung, dari MTA ada dua tabung kemukiman bisa nambah lagi," katanya.
Dia melanjutkan yang menjadi titik perhatian seperti palung pusaran, bebatuan. Untuk barongan atau carang malah tidak terlalu menjadi titik perhatian.
Evaluasi yang dilakukan sebelumnya terkendala medan dengan bebatuan tajam dan arus bawah kenceng. Selain itu perubahan cuaca di hulu sebanyak dua kali mengalami hujan.
Bahkan tim gabungan yang diterjunkan sebanyak 250 orang. Sementara untuk besok terkonfirmasi teman-teman SAR sudah siap sebanyak 50 orang.
"Untuk TNI- Polri kami belum tercopy, karena tadi banyak kegiatan dan beberapa personil dari TNI Polri juga stay disini, ikut pendampingan di kami," katanya.
Kendati pencarian ditutup, malam tadi tetap dilakukan pemantauan di dua titik yakni dam Nambangan dan Jembatan Sari.
Mengantisipasi terlewat, SAR dari Himalamu sudah menyiapkan jaring di Jembatan Sari namun tetap ditunggu oleh tim.
"Kalau estimasi kami dengan berbagai faktor, ini kan belum ada 24 jam. Kalau nanti sudah 24 jam harapan kami bisa mengambang. Kalau airnya suhunya dingin jadi ya untuk naiknya cukup lama,"katanya.
Diberitakan sebelumnya kecelakaan maut di perlintasan kereta api tanpa palang di Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Minggu (13/12/2020) menelan tiga korban
Dua anggota dan satu personel TNI. Dua korban Aipda Samsul Hadi (57) dan Bripka Slamet Mulyono (45) telah dimakamkan. Sementara, satu anggota TNI Pelda Eka Budi M (50) hingga kini belum ditemukan. (uti)