Berita Purbalingga
Foto Viral Semrawutnya PKL di Purbalingga Hasil Rekayasa AI, Ini Kata Lurah
Foto viral semrawutnya penataan PKL di depan RS Harapan Ibu Purbalingga diduga hasil rekayasa AI.
Penulis: Yayan | Editor: M Zainal Arifin
- Foto viral kondisi PKL di depan RS Harapan Ibu diduga rekayasa AI, karena tidak sesuai dengan situasi di lapangan, jumlah PKL hanya sekitar 12 orang.
- Kelurahan dan Satpol PP melakukan pembinaan, memberi teguran, pendataan, dan meminta pedagang tidak memakai trotoar, sambil tetap mengedepankan pendekatan humanis.
- Masalah kemacetan bukan hanya karena PKL, tetapi juga parkir kendaraan di bahu jalan; PKL dan pengelola parkir sepakat menata ulang dan bersedia tertib, termasuk jika nantinya harus direlokasi.
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA — Pemerintahan Kelurahan Kalikabong dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Purbalingga turun tangan melakukan pembinaan terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar Rumah Sakit Harapan Ibu (HI) Purbalingga. Semrawutnya penataan PKL di kawasan tersebut dikeluhkan warga dan sempat viral di media sosial (medsos).
Dalam unggahan di media sosial, warga mengeluhkan soal akses pejalan kaki yang diserobot oleh PKL untuk tempat berdagang. Lurah Kalikabong, Irfan Naufal, kemudian merespons keluhan warga di medsos tersebut.
"Setelah ada laporan, saya cek. Memang kondisi di lapangan banyak PKL di sana, namun semrawutnya tidak separah seperti yang ada dalam foto viral," terang Irfan, Jumat (21/11).
Baca juga: Terus Meluas, Pergerakan Tanah di Maribaya Purbalingga Sebabkan Puluhan Keluarga Mengungsi
Baca juga: Pedagang PKL Dipukuli, Satpol PP yang Menolong Malah Jadi Korban Pengeroyokan
"Kami menduga, foto viral itu hasil rekayasa AI. Karena fakta di lapangan, kondisi PKL tidak sepadat yang digambarkan," sambung dia.
Berdasarkan pengecekan di lapangan, ia menyebut, jumlah PKL pada area tersebut hanya sekitar 12 orang. "Belasan PKL tersebut juga sudah terkoordinasi dalam sebuah paguyuban dan menarik iuran kebersihan untuk dikelola bersama," paparnya.
Meski demikian, kelurahan tetap menanggapi keluhan warga. Irfan bersama Satpol PP turun ke lapangan untuk melakukan pembinaan. “Untuk sementara, kami baru memberikan teguran dan pendataan,” katanya.
Ia menegaskan, penanganan tetap mengedepankan sisi kemanusiaan. Para pedagang diingatkan agar tidak menempatkan meja dan kursi di atas trotoar. “Fungsi trotoar sebagai ruang pejalan kaki jangan sampai hilang. Pengguna jalan juga punya hak,” tegasnya.
Menurut Irfan, kesan sesak di sekitar RS Harapan Ibu bukan hanya disebabkan PKL, tetapi juga karena keterbatasan lahan parkir rumah sakit. Kelurahan pun berkoordinasi dengan pengelola parkir RS HI agar menata ulang area parkir dan melarang kendaraan parkir di bahu jalan.
“Parkir di bahu jalan membuat kendaraan lain harus melebar ke kanan, sehingga arus lalu lintas terlihat makin sempit,” tambahnya.
Dari hasil koordinasi, baik PKL maupun pengelola parkir sepakat untuk ikut membenahi kondisi di lokasi tersebut. PKL juga bersedia tidak lagi menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan.
“Kami akan pantau secara berkala. Kalau teguran ini tidak diindahkan, baru akan ada tindakan lanjutan,” ujarnya.
Irfan menyebut, pembinaan ini menjadi langkah awal sebelum pemerintah daerah dan Satpol PP memutuskan kebijakan jangka panjang, termasuk kemungkinan relokasi. “Berdagang di area itu tetap menyalahi aturan. Pembinaan ini jadi peringatan awal, agar ketika nanti ada kebijakan relokasi, para pedagang sudah siap,” katanya.
PKL siap ditertibkan
Sutomo, salah satu PKL yang sudah tiga tahun berjualan di lokasi tersebut, mengaku memahami keresahan warga. “Saya tidak membenarkan sepenuhnya, tapi kami di sini juga mencari nafkah untuk keluarga,” ucapnya.
Ia menyayangkan unggahan viral yang seolah-olah hanya menyalahkan PKL. Menurutnya, tanpa gerobak pedagang pun, bahu jalan di lokasi sudah sesak karena sering jadi tempat parkir mobil dan motor. "Justru itu yang lebih makan bahu jalan, apalagi kalau mobil. Kami di sini bukan untuk hal negatif, hanya mencari rezeki,” keluhnya.
Meski begitu, ia mengapresiasi pendekatan humanis dari kelurahan dan Satpol PP. “Kami tidak masalah ditegur. Kami sepakat menjaga kebersihan dan tetap memberi ruang bagi pejalan kaki. Kalau nanti harus dipindah, kami siap, asalkan ada solusi dan tidak mempersulit kami mencari nafkah,” tutupnya. (Farah Anis Rahmawati)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251121_PKL-di-Purbalingga-viral.jpg)