Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Smart Women

Atik Tak Sungkan Belajar dari Nol untuk Memulai Menggerakkan Usaha Tas Custom

Tanpa bekal keterampilan, Sukrismiyarti memulai usaha produksi tas dengan tekad ingin mengembangkan diri. Kini resellernya tersebar di Nusantara.

Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: moh anhar
ISTIMEWA
Sukrismiyarti, pengusaha tas Almasyaa Collections 

USAHA Kecil Menengah (UKM) naik kelas. Para pelaku UKM pasti ingin mencapai level tersebut. Menuju ke arah sana mungkin cukup terjal. Tak sekadar produk bagus, konsistensi, serta trik pemasaran yang jitu pun wajib dilakukan agar tidak sekadar heboh di awal. Begitulah sedikit kenangan yang diingat Sukrismiyarti saat memulai usaha tas dan dompetnya.

Atik, sapaan akrabnya, merupakan pemilik dari Almasyaa Colection. Nama merek ini sendiri merupakan singkatan dari panggilan lima anaknya yakni, Alia, Malik, Syifa, Akbar, dan Akmal. Atik memulai usaha ini sejak akhir tahun 2010. Tas kreasi Atik sudah tersebar di berbagai penjuru Indonesia, mulai Sumatra, kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Pulau Jawa pun tentu jadi basis pasarnya.

Ibu berusia 41 tahun ini juga memiliki banyak reseller. Totalnya lebih dari 50 reseller, tersebar di banyak daerah. Semua proses produksi itu ternyata Atik lakukan dari rumahnya sendiri di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa tengah.

Baca juga: Viral Mobil Honda Jazz Tabrak Lari, Korban Ojol, Sopir ABG Lagi Pacaran

Baca juga: Cerita 3 Pesepeda Tersesat di Hutan Kutatandingan, Merasa Hanya Diputar-putarkan, Tak Bisa Keluar

Baca juga: Tagihan PBB Menunggak, Bisa Gak Mengajukan Keringanan?

"Kebetulan ukuran rumah saya luas. Akhirnya, sebagian saya jadikan tempat produksi dan toko. Sejauh ini, saya punya tujuh karyawan tetap. Mereka para penjahit saya. Lalu, saya juga dibantu lima penjahit lepas. Kalau pesanannya besar, saya bisa memanggil lebih banyak penjahit lepas lagi karena saya dulu sempat dapat pesanan sampai 2.000 unit tas untuk ke Kalimantan," ungkap Atik kepada Tribun Jateng belum lama ini.

Almasyaa Colection sudah memiliki hak paten sejak 2016. Khusus untuk tas buatan, Atik dapat dikatakan sebagai salah satu produsen tas terbesar sekaligus pelopor tas modern di Grobogan. Selain membuat secara massal, Atik juga memproduksi tas ataupun dompet berdasar pesanan, sesuai selera pribadi pembeli. Namun, jauh sebelum seperti sekarang ini, Atik sebenarnya hanya ibu rumah tangga biasa.

Tepat 10 tahun yang lalu, ia sama sekali tak memiliki latar belakang sebagai penjahit maupun desainer. Semua ini benar-benar berbekal dari nol. Anak kedua dari tiga bersaudara ini awalnya terinspirasi bisnis tas dari perkumpulan teman-teman arisannya dulu. Saat itu, ia sering sekali mendengar dari mereka yang mengeluh lantaran tasnya tak awet atau cepat rusak.

Baru dipakai beberapa bulan, kulit tasnya sudah mengelupas. Begitu pun dengan tas berbahan kain yang mudah robek. Beragam curhatan itu sering sekali Atik dengar, termasuk dirinya juga yang mengeluh karena tasnya tak awet. Dari sanalah Atik melihat peluang. Ia meyakini jika bisnis ini memiliki prospek yang jelas. Sebab, sepengalaman Atik ketika itu tak ada produsen tas mumpuni di daerahnya. Peluang itu kian disambut Atik, mengingat ia sadar banyak perempuan yang hobi mengoleksi tas.

"Dari sanalah dimulai. Berangkat dari obrolan-obrolan di arisan. Dulu, saya ga punya latar belakang apa-apa soal menjahit. Makanya, saya ngajak teman saya yang bisa jahit, namanya Septi. Kala itu, aku benar-benar serius belajar bagaimana membuat tas. Mulai dari memilih bahan, mesin jahit, hingga cara menjahitnya saya pelajari. Selama dua bulan belajar, akhirnya saya bisa membuat tas pertama saya. Tas itu saya buat memang sangat lama karena benar-benar dari nol," Atik bercerita.
Produk perdana

Saat belajar itu benar-benar menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Atik. Ia pun lebih memilih tas buatan pertamanya itu dipajang ketimbang dijual. Setelah itu, ia bersama kawannya mulai membuat 10 tas sebagai produksi pertamanya yang siap dijual. Dengan berbekal pahitnya memiliki tas tak awet, ia pun tentu sangat selektif dalam memilih bahan.

Tas buatannya tentu laku dibeli oleh teman arisannya. Dari sana, pegiat di Federasi Pekerja Mandiri (FPM) Jateng ini tak menyangka jika satu persatu pesanan mulai berdatangan. Dari teman, terus berangsur ke teman-teman lainnya yang bahkan tak dikenali Atik. Tas buatan Atik yang mengutamakan kualitas jahitan serta bahan itu perlahan mulai banyak digemari warga Grobogan.

Baca juga: Panjang Landasan Pacu Bandara Ngloram Blora Akan Ditambah Jadi 1.600 Meter

Baca juga: Kenangan Ganjar Pranowo Baru Tahu Ada Bandara Ngloram, Tak Sengaja Makan Opor di Blora

Baca juga: RESMI! Jembatan Penghubung Blora Bojonegoro Sudah Bisa Dilewati

Di momen awal-awal merintis, Atik sebenarnya belum memiliki nama merek untuk tasnya. Ia baru memiliki nama merek Almasyaa Colection di tahun 2016, setelah anak keempat dan kelimanya lahir.

Atik melanjutkan, bisnisnya ini bisa terus berkembang dan bahkan dikatakan naik kelas berkat teman-temannya. Kekuatan silaturahim lyang mengantarkan tas-tas buatan Atik bisa sampai ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam berdagang, ia selalu berprinsip bahwa pembeli juga teman. Ia selalu berusaha ramah dan sangat terbuka akan kritik saran layaknya hubungan pertemanan. Ia tak mau hubungannya dengan para pembeli selesai hingga transaksi rampung juga. Menurut Atik, beberapa hal itulah yang mungkin membuat usahanya bisa terus berkembang hingga saat ini.

"Bikin pembeli itu berkesan. Agar kita bisa dapat promosi gratis dari mereka. Misalkan, mereka memberi tahu kalau ada tas bagus ke teman-temannya. Nah dari sana lah, alhamdulillah usaha tas saya bisa eksis sampai sekarang. Yang membedakan tas saya dengan yang lain adalah keawetannya. Saya juga memberi garansi selama setahun, jika tas rusak kurang dari setahun, maka bisa ganti baru. Itu komitmen saya," ujarnya.

Lelah pasti sering dirasakan Atik. Jika capai melanda, Atik punya cara jitu nan simpel yang bisa dicoba. Caranya ialah dengan membuat mindset jika apa yang dilakukannya adalah permulaan. Ia tahu kebanyakan orang yang sedang memulai bisnis biasanya sangat bersemangat di awal. Maka dari itu, ia memposisikan dirinya selalu merasa mau memulai sebuah usaha sehingga rasa malas dan ingin menyerah pun bisa segera pudar.

"Yang paling penting dari semua ini sebenarnya adalah rasa berserah diri kita kepada Allah SWT. Menjalankan usaha dengan dilandasi spiritual yang kuat mesti akan selalu dimudahkan dan diberi jalan. Maka dari itu, silaturahim amat penting bagi saya. Karena jika tidak ada teman-teman dan Allah SWT, usaha saya mustahil bertahan. Promosi dagangan saya selama ini pun selalu dimudahkan lewat teman-teman," papar Atik.

Terus Belajar ke Arah Bisnis Digital

Sejauh ini, dalam menjalankan bisnisnya, Atik jarang mengandalkan promosi lewat iklan, media sosial, website, ataupun platform digital lainnya. Selama ini ia lebih mengandalkan promosi getok tular. Ia mengakui memang belum begitu konsen pada penjualan secara online. Akun instagrammnya, @almasyaa_collection pun belum lama dibuat. Ia telat menyadari adanya peluang online. Pada tahun 2021 ia akan berfokus membenahi penjualan secara online. Dimulai dengan membuat website dan melakukan reorganisasi para reseller yang ada.

"Para reseller juga belum kami kelola dengan benar. Makanya cukup terbengkalai. Ke depannya, saya bakal buat grup buat mereka. 2021, saya bakal fokus juga ke penjualan online baik lewat website, Instagram, dan Facebook. Namun untuk saat ini, saya belum mau pakai platform marketplace mana pun. Saya mau fokus satu per satu dulu ke website, lalu media sosial," sambung ibu yang hobi berfoto-foto ini.

Telatnya menyadari akan peluang online ini sempat menghambat laju penjualan Atik, terutama ketika adanya pandemi saat ini. Ia mengaku bahkan pernah beberapa bulan berhenti tak memproduksi apapun karena kendala akses penjualan. Adanya pandemi memang sangat berdampak. Ia yang biasa memasok tas untuk berbagai acara pun akhirnya lenyap karena pandemi. Ya, seperti diketahui, pandemi memang membuat acara-acara berkumpul hilang.

Baca juga: Teror Uang Palsu di Jateng Meningkat, Pecahan Terkecil Rp 5.000: Disarankan Pakai Transaksi NonTunai

Baca juga: 3.011 Warga Sragen Tertular Corona, 224 Orang Sudah Dirawat, Ruang Karantina Tak Cukup

Baca juga: Ivan Gunawan Tolak Banyak Klien yang Minta Kebaya Model Anne Avantie: Datang Aja Ke Bunda Anne

"Kendala sebenarnya banyak. Apalagi bagi ibu dengan anak lima orang. Semuanya masih kecil. Aktivitas saya tentu terbatas. Inginnya sih bisa bekerjasama dengan banyak pemda di Jateng. Untuk sementara ini memang belum bisa bergerak leluasa. Tapi, insya Allah tetap bakal ada rencana ke sana kalau anak-anak sudah mulai gede. Yang penting, rencana untuk fokus ke online dan reorganisasi para reseller harus kelakon tahun 2021 ini. Di tahun ini juga saya bakal menjual varian baru berupa sepatu dan sandal," pungkas relawan di Rumah Makan Rakyat (RMR) Grobogan ini.  (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved