Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Penyelam Ceritakan Pencarian Sriwijaya Air SJ 182: Begitu Masuk Kantong Jenazah, Langsung Hancur
Saat itu, tim Simon menemukan bagian pesawat berupa potongan jok penumpang serta sejumlah bagian tubuh manusia yang diduga sebagai korban.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Penyelam berperan penting dalam pencarian serpihan pesawat dan jasad korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1/2021).
Simon Boyke Sinaga (42) merupakan satu dari dua anggota Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) yang bertugas dalam pencarian tersebut.
Dikutip dari Kompas.id, Selasa (12/1/2021), sejak bermalam di atas Kapal Negara (KN) SAR Wisnu pada Minggu (9/1/2021), Simon melakukan penyelaman pertama pada Senin (11/1/2021) sekitar pukul 10.00 WIB.
Baca juga: Hari Ini Anak yang Polisikan Ibu Kandung di Demak Cabut Laporan
Baca juga: Akan Menikah, Ini Alasan 2 Penumpang Sriwijaya Air Terbang ke Pontianak Pakai Identitas Orang Lain
Baca juga: 9.888 KPM Kota Tegal Terima Bantuan Sosial Tunai
Baca juga: Kabar Duka, Dokter Prasetya Hudaya Meninggal Gara-gara Terpapar Corona di Solo
Dari kapal tersebut, terdapat sekitar 10 tim yang terjun ke laut untuk pencarian dan evakuasi pesawat yang jatuh setelah 4 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang tersebut.
Dalam pencarian pertamanya, tim Simon rupanya menemukan sejumlah bagian badan pesawat dan semacam tas ransel yang berisi kartu kredit serta surat izin mengemudi (SIM).
Identitas pada SIM yang ditemukan tersebut merujuk pada seorang perempuan asal Pontianak, Kalimantan Barat, kota tujuan pesawat nahas tersebut.
Upaya pencarian tim Simon kembali membuahkan hasil pada penyelaman kedua yang dilakukan pukul 14.00.
Saat itu, tim Simon menemukan bagian pesawat berupa potongan jok penumpang serta sejumlah bagian tubuh manusia yang diduga sebagai korban.
Namun, mereka kesulitan untuk mengangkat bagian-bagian tubuh yang ditemukan tersebut.
"Begitu masuk ke kantong jenazah, langsung hancur lebur,” kata Simon.
Berbagai kendala
Simon yang merupakan aparatur sipil negara di Kementerian Kelautan dan Perikanan ini mengatakan, timnya menyelam di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, yang berkedalaman 17-20 meter.
Saat menyelam, jarak pandang yang terbatas menjadi salah satu kendala mengingat dasar laut yang berlumpur.
Pada penyelaman pertama, jarak pandang Simon dan kawan-kawan hanya sekitar 4-5 meter. Sedangkan penyelaman kedua hanya 1 meter.
Kondisi itu diperparah dengan langit yang mendung.