Berita Semarang
Cerita Wahid Supriyadi Mantan Dubes RI untuk Rusia Soal Negara Beruang Putih: Tak Ada Lagi Palu Arit
Dia menilai, stereotipe itu juga masih melekat di masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal itu mungkin banyak terpengaruh dari film Hollywood.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda
Mereka tahu Indonesia sebagai negara yang moderat dan toleran," ungkapnya.
Dia menyebut, selama menjadi duta besar di Rusia begitu sangat dihargai.
Setiap kunjungan selalu disambut Gubernur dan Menteri.
"Saya sendiri merasa tak enak.
Namun mereka sangat menghargai Indonesia.
Hal ini jauh berbeda ketika saya bertugas jadi duta besar di negara lain," ungkapnya.
Selama di Rusia, kata dia, berusaha menularkan budaya Indonesia ke rakyat Rusia.
Di antaranya mendirikan grup Gamelan dan tari dengan puluhan orang Rusia.
Dari kelompok kesenian itu, dia menilai warga Rusia sangat menghargai budaya negara lain.
"Mereka cepat belajar gamelan bahkan melebihi orang Indonesia asli.
Mereka juga bisa menguasai 15 tarian daerah asal Indonesia," terangnya.
Dia mengatakan, sangat berkesan ketika bisa menampilkan Wayang Kulit di Tchaikovsky Concert Hall yang sangat terkenal di Rusia bahkan Eropa.
Meski bukan di panggung utama namun antusias penonton dari warga Rusia sangat luar biasa yang memadati kursi penonton berkapasitas ratusan penonton.
"Buat saya berkesan sebab tak mudah memasukan musik selain dari barat ke Tchaikovsky bahkan mungkin ini baru pertama kalinya," kata pria yang juga pernah jadi Dubes Uni Emirat Arab ini. (Iwn)