Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Respons Pengungsi Rohingya Soal Kudeta Militer Myanmar, Tak Kasihan dengan Sang Suu Kyi

Pemimpin komunitas Rohingya, Mohammad Yunus Arman mengatakan militer Myanmar telah menghabisi keluarga para pengungsi di negara bagian Rakhine saat Au

Editor: m nur huda
ANTARA FOTO/RAHMAD
Warga melakukan evakuasi paksa pengungsi etnik Rohingya dari kapal di pesisir pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, Kamis (25/06). 

"Kami telah lama hidup di bawah rezim militer. Pemerintah sipil Aung Sun Suu Kyi tidak melakukan apa-apa untuk kami. Mereka tidak memprotes genosida yang terjadi di komunitas kami," katanya.

"Sekarang militer berkuasa, kami merasa proses pemulangan kami semakin terhenti."

"Tidak mungkin tentara membiarkan kami kembali ke tanah air kami," jelas Ullah.

Kudeta militer di Myanmar membuat risau pemerintah Bangladesh karena perjanjian pemulangan warga Rohingya kemungkinan akan terhenti.

Myanmar dan Bangladesh kerap berselisih soal proses repatriasi yang berulang kali terhenti.

Menteri Luar Negeri Bangladesh, AK Abdul Momen mengatakan perubahan rezim di Myanmar tidak serta merta menghalangi proses repatriasi.

"Kami harus menunggu dan melihat," katanya.

Joe Biden Angkat Bicara

Suu Kyi merupakan tokoh demokrasi Myanmar yang pernah meraih Nobel Perdamaian.

Kudeta militer terjadi dilatari sengketa hasil Pemilu November 2020 lalu, dimana Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menang telak.

Hasil pemilihan ini ditentang militer dengan mengatakan ada kecurangan.

Setelah pemerintah sipil ditangkap, Jenderal Min Aung Hlaing mengambil alih negara dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kudeta itu menjadi serangan langsung kepada Myanmar yang sedang bertransisi menuju demokrasi dam supremasi hukum.

Sebelum reformasi, Myanmar berada di bawah pemerintahan langsung militer selama puluhan tahun.

Joe Biden mengatakan, pemerintahan AS akan mengawasi tanggapan negara-negara lain perihal kondisi politik Myanmar.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved