Jateng di Rumah Saja
Panic Buying Warga Jelang Jateng di Rumah Saja, Dewan: Kebijakan Harusnya Dikaji dan Dikomunikasikan
Ia mencontohkan, jika pasar ditutup maka bagaimana dengan nasib petani sayur yang hari itu adalah waktunya panen
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Pada Hari Prepegan, biasanya mereka tumpah ruah di pasar untuk membeli kebutuhan pokok atau logistik.
Beruntung, tidak semua daerah di Jateng melakukan penutupan pasar. Sehingga panic buying se-Jateng tidak terjadi.
Terkait penutupan pasar selama dua hari, Yudi menilai sulit untuk dilaksanakan.
Warga Jateng tidak semuanya PNS dan karyawan di mana pada akhir pekan adalah hari libur.
"Karakteristik masing-masing daerah juga berbeda beda. Banyak warga Jateng yang bekerja sebagai petani, buruh, pedagang yang tetap harus bekerja di akhir pekan serta upah mereka harian," terangnya.
Ia mencontohkan, jika pasar ditutup maka bagaimana dengan nasib petani sayur yang hari itu adalah waktunya panen.
Sama halnya dengan pedagang yang hanya mengandalkan pemasukan harian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Maka jelas kerugian di depan mata.
"Yang seperti-seperti itu harus dipikirkan. Karena tidak semua warga Jateng itu PNS dan karyawan yang dapat gaji bulanan," tandas wakil rakyat dari daerah pemilihan (dapil) Jateng 1 (Kota Semarang) ini.
Ia menambahkan penolakan beberapa elemen masyarakat terjadi karena kurang komunikatifnya gubernur.
Gubernur pun diminta lebih komunikatif saat akan menelurkan sebuah kebijakan kedepannya.
"Sebuah kebijakan harusnya dikaji dan dikomunikasikan lebih dulu.
Karena ini berhubungan langsung dengan masyarakat di 35 kabupaten/kota. Gubernur mesti lebih komunikatif," kata Yudi. (mam)