Berita Internasional
Gletser Himalaya Longsor Picu Banjir Bandang, 14 Orang Tewas dan 170 Lainnya Hilang
Sebanyak 14 orang dilaporkan tewas dan 170 orang masih menghilang setelah bongkahan gletser pegunungan Himalaya longsor dan memicu banjir bandang.
TRIBUNJATENG.COM, NEW DELHI – Sebanyak 14 orang dilaporkan tewas dan 170 orang masih menghilang setelah bongkahan gletser pegunungan Himalaya longsor dan memicu banjir bandang.
Bongkahan gletser besar tersebut jatuh di bendungan Sunagi Alaknanda dan memicu banjir bandang.
Bencana itu juga menyapu stasiun pembangkit listrik tenaga air ( PLTA) dan menghantam sejumlah wilayah di Distrik Chamoli, Uttarakhand, India, pada Minggu (7/2/2021).
Tim tanggap bencana nasional dan tim tanggap bencana negara bagian telah dikerahkan, begitu pula tim dari Indo-Tibetan Border Police (ITBP).
• Ratusan Orang Hilang Setelah Gletser Himalaya Ambrol Terjang Bendungan Pembangkit Listrik
Angkatan Darat juga mengerahkan beberapa regu sedangkan Angkatan Laut India juga mengirim tujuh tim penyelam sebagaimana dilansir dari NDTV.
Sebanyak 170 orang yang terdiri atas 148 karyawan PLTA dan 22 orang di Rishiganga masih hilang.

Sekitar 30 orang terperangkap di dalam terowongan sepanjang 2,5 kilometer dan tim penyelamat bekerja sepanjang malam untuk menyelamatkan mereka.
Upaya penyelamatan masih terus dilakukan terlepas dari sulitnya medan, dinginnya suhu, lumpur, dan puing-puing di dalam terowongan merupakan tantangan besar bagi tim penyelamat.
NDTV melaporkan, sebanyak 12 orang yang terjebak dalam terowongan yang sedang dibangun diselamatkan oleh tim ITBP.

Pada Senin (8/2/2021) pagi waktu setempat, Pasukan Tanggap Bencana Negara Bagian (SDRF) Uttarakhand membersihkan puing-puing dan lumpur di terowongan dekat bendungan Tapovan di Distrik Chamoli sebagai bagian dari upaya penyelamatan.
Personel SDRF harus menunggu hingga permukaan sungai turun untuk memulai operasi penyelamatan terhadap orang-orang yang terjebak di dalam terowongan.
Komandan Pasukan Tanggap Bencana Nasional (NDRF) Praveen Kumar Tiwary mengatakan personelnya telah memulai operasi penyelamatan.
“Kami berharap yang terbaik dan melakukan yang terbaik. Kami menggunakan peralatan terbaru dan terbaik,” ujar Tiwary kepada NDTV melalui sambungan telepon.
Dia menambahkan medannya sangat sulit dan suhunya mencapai di bawah nol derajat Celsius.
“Tetapi tim kami melakukan yang terbaik," sambung Tiwary.