Berita Regional
Tak Kebagian Tenda, Pengungsi Banjir Karawang Tidur di Emperan Toko: Saya Khawatir Anak Saya Sakit
Meli Nopita Dewi (32) dan keluarganya sudah dua hari mengungsi di emperan toko di Pertokoan Karawang Hijau, Jalan Tarumanegara, Karawang Barat.
TRIBUNJATENG.COM, KARAWANG - Meli Nopita Dewi (32) dan keluarganya sudah dua hari mengungsi di emperan toko di Pertokoan Karawang Hijau, Jalan Tarumanegara, Karawang Barat.
Dia dan keluarganya tidur di emperan toko karena terbatasnya tenda pengungsi.
Dari delapan anggota keluarganya, dua di antaranya lansia.
Baca juga: Kata Gelay Makin Populer Setelah heboh Nissa Sabyan dan Ayus, Yuk Simak Artinya Biar Makin Gaul
Baca juga: Cara Membuat Gula Darah Stabil, 10 Hal Ini Harus Dilakukan
Baca juga: Cara Unik Photocycle Community Semarang Bantu Pedagang: Nglarisi Sedulure Dewe
Baca juga: Bocah 12 Tahun Tembaki Perampok Hingga Tewas: Demi Selamatkan Nenek
"Ayah ibu saya umurnya sekitar 70 tahun.
Semuanya tidur di sini," ujar dia.
Di area tersebut hanya tetdapat satu tenda dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB). "Penuh, gak muat (tenda)," ujar dia.
Meli mengaku membutuhkan selimut lantaran jika malam udara sangat dingin dan banyak nyamuk. Sementara untuk makanan cukup lantaran disuplai dapur umum.
"Pengennya ngungsi di aula atau apalah," ujarnya.
Dalam dua minggu kena dua kali banjir
Meli masih bertahan di pengungsian lantaran rumahnya masih terendam.
Ia dan keluarganya mengungsi lantaran rumahnya di Dusun Jenebin, Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang terendam banjir hingga setinggi dahi orang dewasa.
"Sekarang sudah turun (ketinggian air)," ujar Meli ditemui di lokasi.
Air banjir datang sekitar pukul 10.00 WIB Sabtu lalu. Air dari luapan Sungai Citarum itu mengalir deras. Ia menyebut ini banjir kedua dalam dua minggu terakhir.
"Kemarin banjir tapi gak setinggi ini. Tapi lumpurnya segini," ujar Meli menunjukkan ketebalan lumpur.
Terpaksa tidur di emperan toko
Entin Kartini (40), pengungsi lainnya, menyebut anggota keluarganya ada lima orang. Yang terkecil bayi berusia empat bulan. Semuanya tidur di emperan toko.
"Tenda yang ada cuma satu, itupun sudah penuh. Saya tidak ada tempat lagi untuk tidur, bayar hotel harganya malah, jadi terpaksa tidur di lantai emperan toko ini," kata Entin.
Entin mengaku, saat malam hari anaknya yang masih bayi sempat kedinginan. Ia pun sempat kewalahan mencari minyak kayu putih di posko pengungsi.
"Saya khawatir anak saya sakit," ujar Entin.
52.000 warga Karawang terdampak banjir
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Yasin Nasrudin mengungkapkan, hingga Senin (22/2/2021) terdapat 33 desa dari 15 kecamatan yang terdampak banjir dengan ketinggian bervariasi.
Sedikitnya 52.000 orang di Karawang terdampak banjir.
"Sekitar 20.433 warga masih mengungsi di titik pengungsian maupun rumah kerabat," ujarnya.
Sejauh pantauan Kompas.com, jumlah pengungsi mulai menurun. Salah satunya di Ruko Karawang Hijau. Sebagian pengungsi sudah pulang meski masih khawatir ada banjir susulan.
Akibat banjir, sebanyak 14.340 rumah terendam. Selain rumah, banjir juga merendam 217 hektar sawah, 31 masjid, dan 9 sekolah.
Sejumlah kantor pemerintahan, seperti Kantor Dinas Pertanian, Dinas Pangan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Kantor Kecamatan Karawang Barat, dan Kantor KPU Karawang. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pengungsi Banjir Karawang, Tak Kebagian Tenda, 2 Hari Tidur di Emperan Toko"
Baca juga: Belasan Mobil Mewah dari Desa Miliarder Tuban Rusak Akibat Kecelakaan, Pemilik Belum Lincah Nyetir
Baca juga: Kecelakaan Truk Rem Blong Tabrak 2 Mobil di Salatiga, 2 Orang Meninggal
Baca juga: 2 Pendiri Demokrat Tuding SBY Telaah Membuat Partai Keluarga Sejak Anas Urbaningrum Lengser
Baca juga: Guru Les Privat Cabuli Beberapa Murid Laki-laki di Perpustakaan, Alasannya Stress Ditinggal Istri