Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Facebook Resmi Larang Militer Myanmar Gunakan Fasilitasnya dan Instagram

Pengumuman itu disampaikan oleh perusahaan media sosial tersebut pada Kamis (25/2/2021) sebagaimana dilansir dari Reuters.

Editor: m nur huda
STR / AFP
Para pengunjuk rasa mengikuti demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Mandalay, Senin (22/2). Aksi kemarin disebut-sebut sebagai 'Revolusi 22222' karena berlangsung pada 22 Februari. Ada juga yang menyebut dengan protes 'Five Twos', mengacu pada tanggal di hari Senin, yakni 22-02-2021. 

TRIBUNJATENG.COM, NAYPYIDAW – Facebok secara resmi melarang militer Myanmar menggunakan Facebook dan Instagram.

Pengumuman itu disampaikan oleh perusahaan media sosial tersebut pada Kamis (25/2/2021) sebagaimana dilansir dari Reuters.

"Peristiwa sejak kudeta 1 Februari, termasuk kekerasan mematikan, telah memicu perlunya larangan ini," tulis Facebook dalam sebuah pernyataan.

“Kami percaya risiko mengizinkan Tatmadaw (nama resmi militer Myanmar) di Facebook dan Instagram terlalu besar,” imbuh Facebook.

Militer Myanmar merebut kekuasaan sipil setelah menahan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh partai National League for Democracy (NLD) pada 1 Februari.

Setelah itu, Tatmadaw mengambil alih kekuasaan di Myanmar.

Kudeta tersebut lantas ditentang oleh rakyat Myanmar.

Awalnya, aksi protes dilakukan dalam skala kecil.

Namun belakangan, gelombang demonstrasi tak terbendung dan terus berlangsung di Myanmar.

Beberapa demonstrasi tersebut berujung kekerasan dan beberapa orang harus kehilangan nyawa mereka.

Reuters melaporkan, setidaknya ada tiga pengunjuk rasa dan satu polisi tewas sejak aksi demontrasi pecah di Myanmar.

Selain melarang Tatmadaw menggunakan Facebook dan Instagram, perusahaan media sosial tersebut juga melarang semua entitas komersial yang terkait dengan Tadmadaw untuk beriklan di platformnya.

Reuters melaporkan, Facebook melarang Tatmadaw menggunakan platformnya karena adanya pelanggaran hak asasi manusia yang sangat parah.

“Dan risiko yang jelas dari kekerasan yang diprakarsai oleh militer di masa depan di Myanmar,” imbuh Facebook.

Selain itu, Facebook beranggapan bahwa militer telah berulang kali melanggar aturan Facebook, termasuk sejak kudeta.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved