Berita Solo
Segera Ditempati Gibran, Loji Gandrung Punya Sejarah yang Panjang, Termasuk Soal Arti Namanya
Usai pelantikan, Gibran dan keluarganya bersiap menempati rumah dinas wali kota Solo, Loji Gandrung
Khalayak saat ini memahami, nama Loji Gandrung diambil dari kegiatan sosialiasi kalangan elite Eropa yang diwarnai pesta makan, minum dan berdansa.
Dari kegiatan tersebut, dianggap menyerupai orang yang sedang "gandrung" atau jatuh cinta.
Sehingga secara harfiah dipahami sebagai rumah kolonial (Loji) yang digunakan untuk bersenang-senang (gandrung).
Namun Sejarawan Susanto memiliki pandangan berbeda terkait sebutan Loji Gandrung.
Susanto menilai, tempat berpesta dan berdansa pada masa itu bukan di Loji Gandrung, melainkan di Harmoni Straat.
"Kalau tempat dansa, saya kita tidak ada. Itu di Harmoni Strat, tempat untuk berdansa, tepatnya di belakang Beteng," kata dia.
Nama Loji Gandrung, kata dia, justru muncul dari kekaguman Presiden Soekarno yang mengagumi tokoh wayang orang Sriwedari bernama Rusman dan Darsi.
Rusman biasa memerankan tokoh Gatotkaca sedangkan Darsi sebagai Pregiwa.
"Soekarno kagum hingga terinspirasi cara berbicara Rusman dan Darsi itu, sehingga pidato Soekarno pun gayanya seperti mereka," tutur Susanto.
Jika Soekarno berkunjung ke Solo, lanjut dia, pertunjukan wayang dengan lakon "Gatotkaca Gandrung" selalu ditampilkan.
Sehingga dari situlah nama Loji Gandrung digunakan.

Peristiwa penting di Loji Gandrung
Ketika masih ditinggali oleh keluarga Dezentje, Loji Gandrung digunakan sebagai pusat perkumpulan pengusaha gula.
Sebab, Dezentje merupakan seorang pengusaha gula ternama di masa itu.
Peristiwa penting lainnya, bangunan ini pernah digunakan sebagai markas Kolonel Gatot Subroto menyusun strategi melawan Belanda pada Agresi Militer II (1948-1949).