Berita Temanggung
Mengenal Sentra Pengolahan Keripik Kepompong Khas Temanggung
Lima belas tahun menjadi waktu Tri Amaningsih (54) bersama suami Sudarno Rifai dalam merinstis usahanya.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: galih permadi
Pada akhirnya, Amaningsih mencoba mengolah singkong menjadi sebuah adonan.
Dari adonan tersebut, dicetak dengan mesin hinga menjadi lembaran-lembaran.
Kemudian, dijemur sampai kering dan dipotong-potong berbentuk persegi panjang. Hasil potongan digoreng hingga menjadi keripik dengan rasa khas gurih.
"Namanya keripik kepompong karena ketika digoreng, keripik akan mengembang seperti kepompong," ucapnya.
Usaha keripik Amaningsih berjalan perlahan dengan modal awal 5 kilogram singkong menjadi 25 kilogram, hingga 4 kwintal dalam sehari.
Kini, Amaningsih sudah memiliki sartifikat hak paten produknya yang tidak bisa ditiru siapapun tanpa ada i'tikad baik.
Dengan itu, nampaknya mampu meningkatkan jumlah produksinya hingga meluas ke beberapa daerah.
Ia dan karyawannya kini hanya mengolah produk dan mengemasnya, sementara pengepul berdatangan membeli produk keripik kepompong langsung di rumah produksi.
Untuk 1 kilogram keripik kepompong dibandrol Rp 18.000. Amaningsih juga melayani pembeli yang mengecer berapapun nominalnya, juga menyediakan paketan ukuran besar.
"Alhamdulillah bahan baku singkong sampai saat ini tidak kesulitan. Harganya pun relatif murah dari Rp 1.500 - Rp 2.500 per kilogram," terangnya.
Untuk menjaga kualitas produknya, perempuan 54 tahun itu selalu menjaga kualitas bahan baku sebelum diolah
Terhadap singkong yang kualitasnya kurang prima, ia tidak berani memakainya untuk membuat olahan keripik kepompong.
Selain dari wilayah Kecamatan Gemawang, Amaningsih juga sering mencari singkong berkualitas di beberapa daerah lain, seperti contoh di Kecamatan Tretep.
"Untuk bahan baku singkong masih aman, begitu pun bahan baku kayu bakar masih banyak.
Kalau bahan baku bumbunya juga banyak, paling garam dan bawang putih. Juga dikasih penyedap rasa," jelasnya.