Human Interest
Sri Sutini Nambal Ban Sejak Suami Buta, Demi Biayai Anak Kuliah di USM
Demi menghidupi keluarga Sri Sutini (41) menekuni pekerjaan sebagai tukang tambal ban.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
Dia buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.30 WIB.

Waktu salat Duhur dan Asar tambal bannya tutup lantaran dia pulang ke rumah untuk beribadah.
"Suami sakit, kedua matanya juga buta jadi sudah tak bisa bekerja lagi sejak empat tahun lalu," katanya.
Dia mengenang, suaminya dahulu bisa bekerja sehat seperti pria lain pada umumnya.
Tempat usaha tambal bannya cukup ramai bahkan dia harus membantu suaminya untuk melayani pelanggan.
Semua berubah saat empat tahun lalu ketika tempat usaha suaminya digusur.
Mereka lantas pindah ke tempat lain yang tak jauh dari lokasi yang digusur.
"Sewaktu membangun tempat baru itu suaminya saya kena musibah.
Mata kanan terkena jepretan karet ban saat mengikat bambu dengan tali karet ban hingga kornea matanya pecah," bebernya.
Mulai dari saat itulah Sri terpaksa menjalankan usaha bengkel sendirian.
Sesekali dia memang dibantu oleh anak perempuan satu-satunya.
Namun dia selalu meminta anaknya untuk fokus kuliah dan tak terlalu banyak membantunya di bengkel.
Sekarang putrinya tersebut duduk di semester 4 Universitas Semarang (USM) jurusan Psikologi.
Dia bersyukur anaknya selalu mematuhi kata orangtua dan tak pernah malu meski Ibunya hanya tukang tambal ban.
"Saya bilang ke anak biar Ibu saja yang kerja.