Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

17 Demonstan Lagi Tewas dalam Sehari, Militer Myanmar Tingkatkan Kekuatan Redam Aksi Protes

sekitar delapan demonstran tewas di Myaing, tiga di Myeik, satu di Mandalay, dua di Bago, satu di Myingyang, dan satu di Dagon utara dekat Yangon.

Editor: Vito
ANTARA/REUTERS/STRINGER
Warga mengikuti aksi protes menolak kudeta militer di Yangon, Myanmar, Selasa (2/3/2021). Gambar diambil dari balik jendela. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/WSJ/djo. 

TRIBUNJATENG.COM, NAY PYI TAW - Aksi protes menentang kudeta militer di Myanmar terus berlanjut pada Jumat (12/3), meski jumlah korban tewas akibat demonstrasi dilaporkan bertambah 17 orang dalam sehari pada Kamis (11/3). Korban tewas itu tercatat di sejumlah lokasi.

Mengutip Asia One, sekitar delapan demonstran tewas di Myaing, tiga orang di Myeik, satu orang di Mandalay, dua orang di Bago, satu orang di Myingyang, dan satu orang di Dagon utara dekat Yangon.

Junta militer terus meningkatkan kekuatannya untuk meredam para demonstran. Banyak di antara mereka yang tertembak di bagian kepala.

Menurut berita dari grup media sosial, di Myaing, korban tewas dipicu bentrokan yang berakhir ricuh antara polisi dan massa pedemo. Polisi mencoba menangkap para demonstran, sehingga kericuhan pun tak terelakkan.

Polisi menembakkan peluru tajam ke arah massa hingga menewaskan sejumlah pedemo. Mereka yang tewas berusia antara 36 tahun dan di bawah 30 tahun.

Mengutip Reuters, satu korban yang tertembak di Dagon Utara terindentifikasi sebagai Chi Min Thu. Menurut keterangan istri Thu, Aye Mhat Thu, suaminya nekat ikut unjuk rasa demi anak lelakinya.

"Dia bilang mati pun tidak apa-apa. Dia khawatir dengan orang-orang yang tidak mau ikut berdemo. Jika demikian, maka demokrasi tidak akan pernah kembali ke negara ini," ujar Chi.

Hingga saat ini tercatat sudah 70 orang pedemo di Myanmar tewas. Selain itu, diperkirakan ada sekitar 2.000 orang ditahan aparat akibat keikutsertaannya dalam aksi protes.

Militer Myanmar tidak merespons jumlah korban jiwa dalam aksi unjuk rasa kemarin. Mereka hanya menyatakan sudah memberi perintah kepada prajurit dan opsir di lapangan supaya menggunakan senjata jika hanya terpaksa.

Terpisah, pakar hak asasi manusia (HAM) PBB di Myanmar pada hari Kamis (11/3) melaporkan bahwa telah ada 70 orang korban tewas di Myanmar dalam rangkaian unjuk rasa menentang kudeta militer.

Laporan tersebut langsung mendapat perhatian khusus dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), dan menjadi bahasan penting dalam pertemuan di Jenewa.

"Laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa, hingga hari ini, pasukan keamanan Myanmar telah membunuh sedikitnya 70 orang," ungkap perwakilan PBB di Myanmar, Thomas Andrews.

Dalam laporannya di depan UNHRC, Andrews mengungkap bahwa junta menahan lusinan hingga ratusan orang setiap harinya. Sejak 1 Februari, dia menambahkan, jumlah penangkapan dan penahanan sewenang-wenang telah meningkat melebihi 2.000 kasus.

"Kekerasan terhadap pengunjuk rasa, termasuk kekerasan terhadap orang-orang yang duduk dengan tenang di rumah mereka, terus meningkat," ungkap Andrews, seperti dikutip dari Kyodo.

Koordinasi internasional

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved