Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

KPCDI Desak Pemerintah Prioritaskan Pasien Gagal Ginjal Dapatkan Vaksinasi Covid-19

Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir mendesak pemerintah untuk segera menetapkan pasien gagal ginjal kronik

Istimewa
Ketua Umum KPCDI, Tony Samosir (kanan) bersama Sekretaris Jenderal KPCDI, Petrus Hariyanto (kiri) saat menghadiri acara World Kidney Day 2019 di Lampung. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir mendesak pemerintah untuk segera menetapkan pasien gagal ginjal kronik sebagai prioritas penerima vaksin covid-19.

Hal ini harus dilakukan mengingat pasien gagal ginjal kronik adalah bagian dari populasi yang rentan terpapar virus corona.

Di Indonesia, angka pasien yang menderita gagal ginjal tahap akhir menyentuh angka 250 ribu orang. Angka tersebut masih akan terus bertambah jika kampanye ke pelbagai pihak tidak dilakukan secara masif tentang deteksi dini kesehatan ginjal.

Dari catatan KPCDI, tingkat kematian pasien penderita gagal ginjal yang terpapar covid-19 cukup tinggi. Lebih memprihatinkan lagi, sampai hari ini sarana rumah sakit (RS) yang menyediakan ruang isolasi khusus sekaligus perlengkapan ruangan hemodialisis masih sangat minim dijumpai.

"Kebijakan vaksinasi tidak hanya melindungi pasien gagal ginjal tetapi juga tenaga medis. Ada perawat, dokter, keluarga pasien di rumah dan semua pihak karena tingkat interaksi yang tinggi dari dan ke rumah sakit," kata Tony di Jakarta, Sabtu (27/3).

Menurut Tony, para pasien gagal ginjal kronik harus melakukan perjalanan minimal delapan kali dalam satu bulan untuk menjalankan terapi hemodialisis di rumah sakit. Hal itu menjadi rentan karena para pasien banyak yang menggunakan sarana transportasi umum menuju ke RS atau klinik hemodialisisnya.

Tony mencontohkan, ketika seorang pasien gagal ginjal terpapar covid dan tanpa gejala mereka tidak bisa diisolasi di rumah--dan harus tetap pergi ke RS untuk cuci darah. Bagi pasien, lebih mengkhawatirkan jika mereka tidak cuci darah dibandingkan terpapar covid. Tidak cuci darah, sama saja menyerahkan nyawa kepada sang pencipta.

"Angka kunjungan tindakan hemodialisis ini kan sering 8-12 kali satu bulan sehingga resiko terkena covid sangat tinggi. Artinya pemerintah harus segera menetapkan pasien gagal ginjal sebagai penerima vaksin prioritas, sama halnya dengan tenaga kesehatan, usia lanjut dan pelayan publik," ujarnya.

Desakan KPCDI sendiri sejalan dengan desakan dari tiga organisasi ginjal global yang meminta pemerintah di seluruh negara untuk memprioritaskan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani proses dialisis untuk mendapatkan vaksinasi covid-19.

Desakan itu sebelumnya dikeluarkan oleh American Society of Nephrology (ASN), The European Renal Association-European Dialysis and Transplant Association (ERA-EDTA) dan International Society of Nephrology (ISN).

Dalam keterangannya, ketiga organisasi tersebut menjelaskan orang yang mengalami gagal ginjal tidak dapat mengisolasi diri di rumah karena harus melakukan proses dialisis ke fasilitas kesehatan dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Dalam melakukan proses dialisis waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 3-4 jam lamanya.

"Untuk menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa ini. Mereka terlalu sakit dan rentan untuk bepergian ke lokasi vaksinasi publik. Sehingga perlu digaris bawahi harus menyiapkan vaksin di tempat dialisis pasien," kata tiga Presiden Organisasi Ginjal Global, dalam keterangan resminya, Rabu (17/3).

Disisi lain, Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) memberikan rekomendasi bagi para pasien penyakit ginjal kronik, geriatri, dan kardiovaskular untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 (CoronaVac).

Ketua PAPDI dr. Sally A. Nasution, menjelaskan beberapa hal yang dijadikan bahan pertimbangan pemberian vaksinasi adalah upaya untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada populasi penduduk Indonesia untuk memutus transmisi COVID-19 sehingga diperlukan cakupan vaksinasi yang luas.

Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Aida Lydia, PhD, Sp.PD-KGH, menjelaskan pihaknya sudah melakukan komunikasi secara intensif dengan Kementerian Kesehatan. Pun, menurut Aida, himbauan dari internasional untuk memberikan vaksinasi bagi pasien gagal ginjal juga sudah disampaikan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved